Sore itu sepulang Alan dari sekolah. Ngebantuin ibunya untuk ngeles bocil Tk bahkan paud untuk main tempel tempel supaya nggak ganggu yang kelas SD. Hp yang diletakkannya di paha bagian kiri itu bergetar berkali kali tanda ada pesan beruntun. Nama Nola Serena ada disana.
Jantungnya total deg degan membaca kalimat demi kalimat itu. Serena mengajaknya untuk selesai berhubungan. Padahal mereka baru memulainya belum ada satu minggu. Dalam waktu 3 minggu mereka satu kelas, kejadian demi kejadian beruntun terjadi. Bahkan dari pacaran-pdkt-putus secepat itu.
Memang Serena diam saja setelah istirahat. Tapi Alan pikir anaknya memang tak ingin diganggu. Jadi dia nggak kepo untuk tanya ini itu, sampai pulang juga seperti itu.
"Kak Alan kenapa?" tanya salah satu anak disana karena Alan berhenti untuk mengoleskan lem ke kertas bermotif itu.
"Oh nggak papa, ayo lanjut."
Denial.
Alan itu selalu denial dan terkesan nggak peduli ke Serena. Bahkan kala anak itu mengajaknya putus, dia sempat lupa untuk membalasnya karena ada anak kecil didepan. Brengsek, sesuai kata Nola hari itu.
Tapi malamnya, Alan dengan kesadaran penuh mendial nomor Serena. Dia ingin menanyakan ada apa sebenarnya, seharusnya jalannya bukan seperti ini. Mereka berdua bahkan sudah berkomitmen istilahnya. Tapi kenapa dengan mudahnya menyelesaikan sesuatu padahal tak ada hal yang membuat itu harus selesai.
Nola Serena calling...
Didering ketiga telfon itu terangkat.
"Kenapa?" tanyanya dari seberang.
"Kamu kenapa?"
"Kenapa apa? gue nggak kenapa napa?" balas Serena tak kalah ambigu.
"Kamu kenapa napa. Yang kamu chat sore tadi itu jadi alasannya Serena." ucap Alan langsung to the point.
"Oh itu, iya gue mau selesai." balas Serena singkat. Hal itu jujur membuat Alan sedikit terpancing. Kenapa Serena ini terkesan menggampangkan semua hal.
"Kamu mikir nggak ngomong kaya gitu? tanggung jawab enggak sama pilihan kamu diawal." ingat Alan. Baginya kala Serena mengajak untuk saling mengenal Alan sudah siap menjatuhkan hatinya. Dia sudah siap mengenal Serena dan dengan yakin dengan sepenuh hati mulai mencintai pacar baru nya itu.
"Lagian lo juga nggak suka sama gue kan? kalau selesai disinipun lo nggak rugi. Yang rugi itu gue, buang buang waktu." balasnya yang membuat Alan langsung tersulut emosi.
"Omong kosong. Seharusnya nggak ada yang buang buang waktu disini. Kamu dimana? aku mau ketemu." ucap Alan langsung.
"Nggak usah, lagi nggak dirumah."
"Dimana? aku yang kesana, kamu ngomong langsung didepan ku." tegas Alan.
"Ribet. Selesai ya selesai aja. Lo nggak usah kaya orang yang terluka gara gara ini. Harusnya lo itu seneng bebas dari tanggung jawab untuk jatuh cinta." balas Serena terdengar sangat menyebalkan ditelinga Alan.
"Kamu dimana?" tanyanya tanpa merespon ucapan Serena.
"Berisik."
"Aku nggak berisik kalau kamu bilang, aku mau ketemu."
"Buat apa? kalau ketemu mau apa?"
Diam. Alan diam. Dia seketika tersadar, dia ketemu Serena buat apa dan ingin apa.
"Kan? nggak ada yang pengen lo bilang kan? udah yaa. Maaf gue udah ganggu lo selama ini, sekarang gue berhenti dan kalau lo mau sama yang lain juga nggak apa." ucap Serena.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sense Of Rythm ✔
Genç Kurgu[COMPLETED] [IRAMA'S SERIES 2] Sense Of Rythm adalah sebuah rasa dari sebuah irama. Tak seperti sebelumnya, cinta yang baru saja timbul tanpa alasan. Saling mencari dan berusaha mendapatkan. Hingga menemukan sebuah 'rasa' dalam irama. Rumit, menyeba...