#12 | 𝐊𝐨𝐥𝐨𝐧𝐞𝐥 𝐊

12.2K 469 121
                                        

🔞 𝐏𝐄𝐑𝐈𝐍𝐆𝐀𝐓𝐀𝐍🔞
Bab ini berisi konten yang menyebabkan trauma seperti pemaksaan/pemerkosaan. Tidak di perkenankan untuk pembaca dibawah usia 18 tahun.

***

Mendengar itu, Niki, rekan Tizanna, dibuat menegang takut, tubuhnya bergetar tak karuan, pria itu jelas sangat ketakutan, hal itu terbukti dari raut wajahnya yang menjadi pucat pasi.

"Ah, aku telah memutuskan."

Tizanna masih menatap pria itu dengan mata penuh keteguhan. Sementara sebaliknya, pria itu terus menampilkan senyum palsu yang memuakkan bagi Tizanna.

"Bagaimana jika kita memotong setiap jarinya?" tanya Kolonel, "Sampai Kapten mau merentangkan kakinya seperti anak baik, hmm?" lanjutnya dengan nada mengejek.

DEG!

***

"To-Tolong aku, Tizanna..."

Mendengar permohonan Niki, Tizanna dibuat terdiam. Apa yang harus ia lakukan? Haruskah ia menuruti perkataan Kolonel gila itu dan terjebak dalam permainannya sekali lagi?

"Kapten..." panggil Kolonel dengan nada mengejek, lagi, "Apa kau tidak dengar, bawahan mu ini baru saja meminta tolong padamu..."

"Brengsek..." - batin Tizanna.

"Apa kau tidak ingin menolongnya, hmm...?"

Suara tawa rendah menghiasi ruangan, begitu memuakkan untuk di dengar. Dalam situasi ini, Tizanna bahkan tak bisa melakukan perlawanan apapun. Benar-benar malang memang, mungkin kematian jauh lebih baik?

"... ... ... Kau..."

"Hmm, kau bilang apa?" Kolonel mendekatkan telinganya kepada Tizanna, senyuman tipis tak pernah lepas dari wajah tampan itu, bahkan matanya dibuat menyipit oleh senyuman yang merekah.

Sambil menatap Kolonel tanpa keraguan, Tizanna pun menjawab, "Ku bilang, kau bajingan."

"... Begitukah?"

"..." Tizanna tak membalas.

"Aku setuju denganmu." angguk nya mengiyakan ucapan Tizanna sebelumnya.

Tizanna memutar bola matanya muak, sementara Kolonel gila itu kembali mendudukkan dirinya diatas kursi tepat dihadapan Tizanna. Pria itu menumpuk satu kakinya diatas kaki yang lain, dan kedua tangannya menyatu diatas lutut.

"Jadi... Mari kita berkerja sama," ucap Kolonel.

Tizanna belum menjawab, namun matanya kembali bertatapan dengan mata kuning yang menyeramkan layaknya mata binatang buas yang menyala di kegelapan itu.

"... Kapten." lanjut Kolonel menampilkan senyum penuh kesenangan, seakan-akan pria itu telah menantikan momen yang ditunggu-tunggu ketika Tizanna mengatakan 'iya'.

Tizanna terdiam, wanita malang itu mengalihkan tatapannya ke arah Niki, satu-satunya temannya yang masih tersisa. Tatapan Tizanna penuh arti tersembunyi, sejenis hal yang menyimpan sebuah perasaan rindu yang bercampur dengan sesuatu, dan hal itu disadari telak oleh Kolonel.

"Benar-benar bajingan..." - batin Tizanna.

***

Zzzrrrttt--

Sebuah resleting ditarik turun sehingga menghasilkan sebuah suara yang khas, seorang pria tengah duduk dengan santainya sambil menikmati pemandangan indah yang tersaji di hadapannya.

Saat ini, Kapten dari organisasi kriminal BlackBerry tengah bersimpuh diatas lantai, tepatnya di bawah kaki Kolonel yang dibuka lebar dengan resleting celana yang turun sehingga menampilkan pen*s yang menggantung dengan cabul diantara selangk*ngannya.

KOLONEL K Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang