#22 | 𝐊𝐨𝐥𝐨𝐧𝐞𝐥 𝐊

5.5K 444 157
                                        


"Di sini, terdapat janin yang berusia sekitar 2 bulan, dia sangat lemah hingga hampir membuatnya gugur. Itu semua karena depresi yang dialami Ibunya."

Lagi-lagi suara itu datang entah dari mana, membawa perasaan mengganggu yang sebelumnya Tizanna rasakan. Tizanna mencoba menutup telinganya guna menyingkirkan suara itu, namun...

"Sebagai calon ibu, ketika usia kandungannya masih sangat muda, sangat rentan mengalami keguguran. Apalagi, dengan kondisi ibunya yang seperti ini."

"Namun, ini merupakan sebuah keajaiban bahwa janin tersebut masih berusaha bertahan seakan menolak untuk meninggalkan ibunya."

"Euk--Khhh...! Hicc--Heuk!" ringis Tizanna tertahan.

Tizanna menunduk mencondongkan tubuhnya ke depan berusaha menekan telinganya lebih kuat. Kenyataan ini terasa begitu pahit dan terdengar sangat tak meyakinkan, membawa perasaan mengganggu akan tanggung jawab yang belum pernah ia persiapkan.

Sekarang, rasa sakit seakan menyerang seluruh sel dalam tubuhnya, membuat tubuhnya melemah lemas sehingga air mata pun rasanya tak bisa dijadikan saksi akan perasaan tersebut.

"Mengapa jadi seperti ini...?" lirihnya.

Air mata mengalir begitu derasnya membasahi pipi Tizanna, membawa luka hati yang sulit diobati. Rasanya begitu sesak seakan-akan oksigen di sekitarnya telah dicabut, menenggelamkan dirinya dalam lautan keputusasaan bak neraka dengan api hitam.

Grep!

Di tengah-tengah itu semua, sepasang tangan terulur membawa dirinya dalam dekapan hangat seseorang. Orang itu adalah Julie, wanita itu memeluk Tizanna se-erat mungkin seakan mengalirkan kekuatan pada Tizanna, berharap Tizanna akan lebih baik dengan itu.

Tizanna terdiam untuk beberapa saat, wanita itu terpaku merasakan kehangatan tubuh seseorang yang kini mendekapnya penuh perhatian dan kasih sayang yang terkesan nyata.

"Tidak apa-apa, Tizanna."

Tizanna masih terdiam.

"Kau boleh--tidak, kau harus menagis ... sekarang." ucap Julie, "Atau aku yang akan menangis menggantikan mu."

"..."

Ucapan itu, meskipun terkesan biasa, entah bagaimana mengalirkan perasaan lega bagi Tizanna, membuat sesuatu dalam dirinya merindukan dekapan hangat, membawa perasaan masa lalu ketika orang tuanya masih ada. Pada saat yang sama, tangis Tizanna segera pecah dengan kuatnya, tangisan yang begitu pilu dan membawa perasaan menyakitkan sehingga membuat siapa saja yang mendengarnya mungkin akan ikut menangis, sama seperti Julie.

"Hiks--WAAAAAAH...! H-HUUUUU--HEUK...!!"

"..." Julie tak menjawab, wanita itu seakan mengerti apa yang Tizanna rasakan.

"Mengapa...? Mengapa ini terjadi padaku? Apa salahku padanya? Mengapa dia melakukan ini?"

"..."

"Hicc--Aku... Aku takut... Julie."

Julie menepuk-nepuk pelan bahu Tizanna, memberikan ketenangan bagi wanita yang tengah menangis pilu itu. Entah mengapa, melihat Tizanna yang seperti itu membuat dirinya ingin ikut menangis.

"Bagaimana... Bagaimana jika anak yang ku kandung ini lahir tanpa kasih sayang orang tua yang lengkap? Bagaimana jika dia tak punya Ayah...? Bagaimana jika dia menyalahkan ku atas ketidakberuntungan yang dia terima?"

Julie tersentak.

"Tidak! Tidak mungkin, Tizanna. Jangan bicara seperti itu--"

"Itu aku."

KOLONEL K Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang