#03 | 𝐊𝐨𝐥𝐨𝐧𝐞𝐥 𝐊

18.4K 559 120
                                        

Beberapa saat berlalu, keadaan menjadi hening, Kapten masih terdiam sambil menatap pasrah ke bawah seolah-olah ia memang tak berniat untuk memberitahukan informasi yang diinginkan.

Di tengah-tengah suasana yang mencekam itu, raut wajah Kolonel berubah dingin, tatapannya terlihat menakutkan bagi siapa saja yang menyadari arti tatapan itu. Bahkan, para Askar dibuat menelan ludah karenanya.

Tap.

Kolonel menempatkan tangannya pada bahu Kapten, menepuknya seakan-akan ia adalah teman yang mengerti apa yang dirasakan temannya(Kapten) itu.

"Baik, aku memang tak berharap banyak." seru Kolonel dengan nada rendah.

Setelah mengucapkan itu, satu tangan Kolonel yang lain berayun menyentuh sebuah pistol yang terbungkus holster di sisi samping pinggangnya, Kolonel lalu mengarahkan pistol itu ke arah depan, tepatnya ke arah para bawahan dari sang Kapten.

DOR--!!!

Dengan sedikit tekanan pada pelatuk pistol di tangannya, peluru akhirnya ditembakkan dengan ganas ke arah depan sehingga tepat mengenai objek sasaran. Suara yang keras menggema di dalam ruangan yang kosong, menambahkan rasa ngeri pada setiap telinga yang mendengarnya, dan peluru itu berhasil menembus salah satu kepala yang berjejer di depan sana.

DEG!

***

Bruk!

Tubuh dari salah satu anggota BlackBerry terjatuh tak berdaya dengan kondisi bersimbah darah di bagian kepala, darah segar mengucur begitu derasnya membasahi lantai yang berdebu. Ke-empat anggota lainnya yang tersisa dibuat terdiam dengan tubuh yang menegang penuh akan keterkejutan, mata mereka membulat sempurna setelah baru saja menyaksikan kematian rekannya dengan begitu mengenaskan.

DEG!

"..."

Keadaan menjadi hening untuk beberapa saat, Kapten memutar kepalanya secara tak sadar untuk melihat salah satu anggota divisinya yang baru saja tewas dalam sekejap mata. Bahkan, telinganya masih berdengung karena suara tembakan yang nyaring itu.

Setelah menyaksikan sendiri tubuh yang tergeletak dengan bersimbah darah itu, Kapten dibuat mematung, pikirannya menjadi kosong, seakan-akan semuanya telah pergi meninggalkan tempatnya.

"..."

Kolonel menyadari ekspresi terkejut di wajah Kapten, dari tempatnya berada, ia hanya memasang senyum sinis sambil menurunkan senjatanya kembali dengan begitu tenang. Suara tawa rendah terdengar begitu samar di telinga Kapten, saat itu ia menyadari sepenuhnya bahwa pria disampingnya ini tengah bersenang-senang dengan keadaan.

"Mari kita coba lagi." ucap Kolonel dengan tawa rendah diujung kalimatnya.

"Apa yang kau--" ucap Kapten terpotong.

"Lokasi markas rahasia." potong Kolonel dengan nada penuh penekanan.

Click!

Kolonel menunduk menatap pistol dibawah lalu mengongkang hammer pada pistol tersebut bersiap untuk kembali menembakkan peluru didalamnya. Wajahnya yang dingin dan datar itu itu sama sekali tak menunjukkan rasa bersalah setelah baru saja membunuh seseorang dengan senjata di tangannya.

"Dimana itu?" tanya Kolonel lagi.

Merasa diabaikan dan marah atas terbunuhnya salah satu rekan dalam timnya, dengan geram Kapten meninggikan suaranya pada Kolonel.

"Orang-orang ini tidak tahu apa-apa!" marah Kapten dengan suara lantang.

"Aku tahu." balas Kolonel dengan santainya.

KOLONEL K Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang