⛔ 𝐏𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐊𝐞𝐤𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐧, 𝐏𝐞𝐦𝐞𝐫𝐤𝐨𝐬𝐚𝐚𝐧, & 𝐈𝐧𝐭𝐢𝐦𝐢𝐝𝐚𝐬𝐢
[Follow untuk membuka bab terkunci]
Kapten dari organisasi kriminal pembuatan dan penjualan narkoba secara illegal(BB) telah ditangkap. Meskipun telah melalui...
Suara tenang, suara yang berat dan terkesan dingin, yang sulit didengar secara jelas ditengah riuhnya pesta yang berlangsung. Seorang pria tampan dengan balutan jas hitam yang terlihat mahal tengah berjalan mendekat dengan satu tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya.
Melalui kerumunan yang perlahan-lahan terlewati, sepasang mata hitam dapat melihat sosok pria yang melangkah penuh percaya diri, dia menatap penuh minat nyata, sebuah tatapan yang familiar serta membawa untaian memori masa lalu tragis yang sebelumnya tenggelam di dasar.
Tizanna terdiam.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sebuah meja bundar menjadi saksi akan pertemuan Tizanna dengan seseorang yang tak disangka-sangka. Mata Tizanna terus tertuju ke arah pria itu, tatapannya penuh rasa keterkejutan nyata yang dipadu dengan rasa tak percaya. Hal itu terbukti dari sorot mata hitam yang terus menatap tanpa henti, bahkan tanpa berkedip sedikitpun.
"Ini sudah lama." ucap pria itu.
"Kakak, ternyata kau sungguh datang." ucap Ruhin.
"Mengapa aku tidak boleh datang?"
"Ya? Karena ... kau adalah orang yang sibuk." jawab Ruhin, pria itu jelas kehilangan ketenangannya hanya karena satu pertanyaan.
"..."
"Ah, Kail, dia datang lebih dulu dari kalian. Dia berdiam di sudut." ucap Inke.
Ruhin mengangguk mengerti, "Begitu ya, sungguh suatu hal yang berbeda dari Kakak yang biasanya."
Untuk beberapa saat, tak ada jawaban dari Kail, pria itu justru mengalihkan tatapannya ke arah Tizanna, pada saat yang sama tatapan mereka bertemu, dan Tizanna segera dibuat tersentak, namun degan lihai ia berusaha menutupi rasa terkejutnya itu.
Menyadari itu, sudut bibir Kail terangkat membentuk senyum satu arah, "Menurutmu begitu?" ucapnya, namun mata kuning itu jelas masih menatap intens Tizanna.
Tizanna mengalihkan tatapannya ke arah lain, berusaha menghindari tatapan mengganggu dari pria itu, mata kuning itu benar-benar menguras habis ketenangannya, sampai-sampai membuatnya hampir kehilangan kendali atas dirinya sendiri.
Jari-jari Tizanna tergerak meremas kuat gaun hitam yang ia pakai guna menghilangkan rasa gugupnya, "Bagaimana dia bisa ada di sini...?" - batin Tizanna.
Kekhawatiran yang sebelumnya Tizanna rasakan dalam perjalanan kini kembali, bahkan jauh lebih kuat daripada sebelumnya. Hal yang ia takutkan akhirnya terjadi, hal yang selalu ingin ia hindari.