Bab 1

2K 106 6
                                    

Ting.. Sebuah notifikasi berbunyi dari ponsel Adya. Jika biasnya Adya nampak malas membuka ponselnya, berbeda dengan hari ini. Adya terlihat bersemangat dan terus melihat pada layar ponselnya.

From : Randy
Dek, bertemu hari ini ya? Mas kangen.

Begitulah kira-kira pesan yang dikirim Randy yang membuat senyum Adya mengembang sepanjang hari. Tak ingin segera membalas Adya mematikan layar ponselnya dan kembali duduk pada ruang kerjanya. Randy Arlian Pratama, pria yang satu tahun ini mengisi kekosongan di hati Adya karena sikap dingin suaminya. Mungkin saja perasannya untuk Aldo juga sudah hilang seiring dengan semakin berubahnya sikap Aldo pada Adya. Hingga tiba-tiba ponselnya berdering.

"Halo, Mas. Ada apa?" Tanya Adya pada pria di ujung telepon sana.

"Hari ini kamu yang jemput Aisha ya yang, aku lembur."

"Oh oke Mas."

Begitulah kira-kira komunikasi Adya dan Aldo Dimas Setiawan suaminya. Jika bukan tentang Aisha, Aldo hanya akan menelfon untuk sekedar mengabari bahwa dia tidak pulang atau hal lain yang berhubungan dengan pekerjaan. Hal itu hanya membuat Adya menghela nafas panjang.

Drrtt.. Drrtt.. Ponsel Adya kembali berdering. Dengan malas Adya menjawab lagi telfon itu.

"Apalagi sih Mas?" Spontan Adya menjawab dengan ketus.

"Dek?" Adya salah sangka, dilihatnya lagi ponsel itu ternyata bukan lagi Aldo tapi Randy.

"Eh, maaf mas. Aku kira tadi Aldo yang telfon." Jawabnya gugup.

"Oh jadi baru telfon sama Aldo? Ya udah deh dilanjut."

"Eh.. Bukan.." tut tut.. Lagi Adya menghela nafas panjang saat Randy langsung memutus telfon tanpa mau mendengar penjelasannya.

"Ini laki dua maunya apa sih, satu telfon cuma perkara anak. Satu lagi ambekan kayak ABG baru pacaran." Gerutu Adya sangking kesalnya.

"Kenapa si mbak, masih pagi udah ngedumel aja?" Adya terkejut karena tiba-tiba Naina muncul dari pintu masuk ruangannya. Naina Adzkiyah adalah sekretaris sekaligus sahabat Adya yang sudah ia anggap seperti adik kandungnya.

"Eh nai, masuk. Gapapa biasa lah urusan rumah tangga."

Tak ada sedikitpun canggung dari jawaban Adya. Karena Naina sudah tahu semua hal tentang rumah tangga Adya dan tentu saja kedekatan Adya dan Randy. Bukannya menutup mata hanya saja berulang kali Naina memberi saran pada Adya, hanya saja Adya yang belum terbuka matanya bahwa yang ia lakukan adalah suatu kesalahan. Terlebih Naina takut jika Adya justru akan memendam segala permasalahannya sendiri dan berujung pada stress dan menyakiti Aisha.

"Mbak, mau sampai kapan sih? Apa ga lebih baik mba akhiri saja? Daripada saling menyakiti? Paling tidak selesaikan dulu salah satu." Kali ini Naina mencoba lagi memberi saran pada Adya.

"Belum tepat waktunya Nai. Aisha masih butuh ayahnya." Ucap Adya sedikit ragu.

"Kalau gitu coba mba berhenti dulu dari Randy. Beri ruang untuk pernikahan kalian, siapa tahu hasilnya baik." Bujuk Naina.

"Sudahlah Nai, biar begini dulu saja. Toh Aldo juga udah nemu kebahagiaan lain. Aku cuma nunggu keputusan dia aja kok."

"Ya udah deh, terserah kamu aja. Gue cuma ngingetin. Aku gamau Aisha kenapa-kenapa."

"Iya Nai, aku bakal pertimbangin saran dari kamu. Ini juga lagi nyoba konsultasi ke beberapa lawyer. Doain ya." Jelas Adya menenangkan kekhawatiran Naina.

"Aku harap secepatnya ya Mbak. Kasihan Aisha."

"Iya Nai. Oh ya aku cabut dulu ya Nai. Randy udah nunggu dari tadi. Handle sisa kerjaan aku ya. Bye" ujar Adya sambil berlalu keluar ruangan.

Second DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang