Bab 10

1.5K 95 9
                                    

Perjalanan dalam misi memenangkan hati Aisha dimulai subuh ini. Perjalanan yang mungkin akan memakan waktu berjam-jam. Setelah segala persiapan masuk ke dalam bagasi mobil, mereka segera memulai perjalanan ini dengan berdoa terlebih dahulu. Randy masih merahasiakan kemana mereka akan pergi.

Mobil Fortuner hitam milik Randy melaju meninggalkan pekarangan rumah Adya setelah berpamitan dengan Bu Ida tadi. Posisinya Adya di kursi depan menemani Randy yang memegang kemudi. Sedangkan Naina, Ardi dan Aisha berada di kursi penumpang.

"Lo beneran gak mau kasih tau Adya kita bakal kemana ran?" Tanya Ardi pada Randy.

"Loh Ardi sama Naina udah tahu?" Kaget Adya mendengar pertanyaan Ardi.

"Tau lah. Kalau gak tahu gimana persiapan kita buat bawa barang bawaan coba."

"Ih curang." Kini Adya mulai kesal dengan Randy. Hingga tak lama Aisha membuka suara.

"Kita mau ke gunung ma." Celetuk Aisha polos.

"Hah??"

"Iya mbak. Randy ngajak ke Dieng, Wonosobo tuh."

"Hah??" Bukan lagi kaget kini Adya menatap tajam pada Randy meminta penjelasan.

"Gak usah hah heh hah heh dek. Nikmati perjalanan panjang ini. Hahaha."

Randy emang kadar gak warasnya udah gabisa ketolong.

"Tahu gitu kita naik kereta aja Ran, dari jakarta ke Pekalongan atau ke Purwokerto. Kita bakal lama banget loh ini dijalan." Protes Adya pada Randy.

"Ada tol sayang."

"Bucin mampus." Celetuk Ardi dari belakang. Yang mendapat cubitan dari Naina sembari melirik Aisha. "Sorry sorry."

"Kita bawa Aisha mas. Kasihan kalau dia capek di jalan." Masuk akal jawaban Adya pada Randy, membawa Aisha dalam perjalanan panjang ini mungkin akan sangat melelahkan untuk Aisha.

"Gapapa sayang, kita bakal ngabisin waktu buat sama Aisha. Anggap aja longtrip ini pdkt-an aku sama Aisha." Ucap Randy lembut sembari mengelus pucuk kepala Adya. "Kalau capek kita bakal berhenti buat cari tempat untuk tidur yang nyaman buat Aisha." Imbuhnya lagi.

"Buang-buang uang dong." Ketus Adya menatap Randy.

"Uang bisa dicari lagi. Kebahagiaan kamu sama Aisha harus diusahakan sepenuhnya." Lihat gimana Adya tidak salting dibuatnya. Jika setiap perkataan Randy selalu menunjukkan begitu banyak cinta Randy untuk Adya. Dan begitu siap Randy menerima Adya beserta Aisha.

Dua pasang telinga yang mendengar di kursi penumpang hanya saling melempar senyum melihat kelakuan bucin Randy terhadap Adya. Sebenarnya Ardi sudah terlalu jijik melihat pemandangan ini, tapi apadaya ada Aisha diantara mereka yang belum pantas untuk mendengar segala sumpah serapah dari mulut ular Ardi. Randy pun sadar, sahabatnya itu pasti sudah gatal ingin menggodanya. Untung saja ada Aisha, batin Randy.

***

"Tante Nai, sha mau pindah depan dong sama mama." Ucap Aisha pada Naina.

"Sini sayang." Adya pun mengulurkan tangannya untuk mengangkat tubuh Aisha ke pangkuannya.

"Sebentar saja ya sha. Kasihan mama capek. Bahaya juga kalau Aisha di pangku gitu." Tutur Randy lembut pada Aisha yang langsung diangguki oleh gadis kecil itu.

Tiba di sebuah rest area mereka merubah posisi duduk mereka. Ardi pindah ke kursi penumpang paling belakang. Sedangkan di bangku tengah, Adya dan Naina sudah menyulapnya menjadi tempat yang nyaman untuk tidur Aisha. Biar tidak usah berhenti mencari tempat tidur kata Adya. Maklumlah jiwa ibu-ibu tetap ada pada diri Adya. Jika bisa menghemat buat apa menghamburkan uang untuk hal yang masih bisa diakali. Lagi pula biar ini menjadi pengalaman untuk Aisha, mengingat gadis kecil itu yang meminta jalan-jalan ke gunung.

Second DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang