Bab 27

976 88 9
                                    

Suatu saat kita akan mengerti mengapa ujian datang bertubi-tubi, terkesan tanpa jeda dan hanya menimpa dirimu saja. Ternyata begitulah cara Tuhan mencintaimu dengan hebatnya. Kurang lebih seperti itu lah yang tengah Adya rasakan. Beratnya ujian yang telah ia lalui, membuat ia berhasil mensyukuri kebahagiaan sekecil apapun yang ia dapat.

"Gimana ma hasilnya?" Tanya Randy pada Adya penasaran.

"Bentar ba. Baru juga dibuka. Udah tanya aja. Lagian kamu penasaran banget sih."

"Penasaran lah ma. Masak mama engga?" Jawab Randy pada Adya.

"Mamamamma, babababa." Begitulah celotehan Khai yang sekarang berada digendongan Randy.

"Tuh adek aja penasaran loh ma." Ucap Randy seolah mengartikan ocehan Khai.

"Itu mah adek bubbling namanya ba. Adek juga mana ngerti." Jawab Adya gemas pada Randy.

"Mamamama. Babababa. Babababa."

"Tuh mama mah ga percayaan ya dek. Gimana ma? Udah?" Tanya Randy sekali lagi.

"Nih lihat sendiri?" Jawab Adya menyerahkan hasil yang sedari tadi Randy tanyakan.

"Wah hebat. Udah mau jadi baba anak 3." Ucap Randy sedikit bersorak. Adya pun tersenyum mendengar sorakan dari Randy, ia berniat mengambil Khai dari Randy namun langsung Randy tepis.

"Udah mulai hari ini Khai sama baba aja ya nak gendongnya. Sama mama kalau mau maem sama nenen aja. Selebihnya urusan kakak sha sama Abang Khai urusan baba." Ujar Randy semangat. Adya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum. Tidak hamil saja, Randy sudah melakukan hal serupa. Membiarkan Adya tetap bahagia menjalani perannya sebagai seorang ibu. Sehingga ketika ia tahu dirinya hamil lagi, tidak ada perasaan takut untuk Adya menjalaninya.

Memang sudah seminggu lebih Adya selalu merasa ada perubahan pada tubuhnya. Mual muntah berlebih saat bangun tidur, ditambah lagi ia selalu menolak aroma parfume dari badan Randy yang biasanya ia sukai. Ida yang menyadari perbedaan tingkah Adya pun langsung menyuruh Adya untuk segera memeriksa apakah benar ia sedang hamil atau tidak.

"Gimana Ran hasilnya?" Tanya Ida penasaran.

"Garis dua Bu. Ibu mau punya cucu." Ucap Randy penuh dengan senyum di wajahnya.

"Aduh aduh. Dek Khai mau jadi Abang ya? Sekarang panggilnya Abang Khai ya dek?" Tanya Ida pada Khai, seolah ia mengerti ucapan Omanya.

"Bububububu." Oceh Khai pada Ida.

"Iya Oma. Abang senang mau punya adek lagi." Jawab Randy mengartikan ucapan Khai.

"Nduk kamunya ndak papa hamil lagi?" Tanya Ida pada Adya sedikit khawatir.

"Ya kenapa si Bu, ada bapaknya ini." Jawab Adya santai.

"Bukan gitu nduk, kan Khai baru 4 bulan. Beneran gapapa?"

"Iya ibu. Ndapapa. Mas Randy kan selama ini juga bantuin ngurus anak-anak. Malah sebagian besar mas Randy yang ngurusin. Anak kan rezeki Bu, harus di syukuri. Apapun keadaannya, kapanpun ia di hadirkan harus di sambut dengan penuh syukur. Masak amanah besar dari Allah gak di terima dengan baik." Ida tersenyum mendengar jawaban Adya. Anaknya sudah benar-benar memiliki hidup baru, dengan pemikiran yang baru.

***

"Telfon bunda mas. Besok siang biar datang kesini makan siang bareng di sini. Udah lama bunda gak kesini?" Pinta Adya pada Randy.

"Minggu lalu bunda baru dari sini sayang. Kenapa mau ketemu bunda?" Tanya Randy lembut pada Adya yang tengah menidurkan Khai.

"Hehe. Tiba-tiba pengen ngerujak, tapi mau makannya sama bunda mas." Ucap Adya sambil tersenyum memperlihatkan giginya.

Second DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang