Bab 4

1.2K 74 5
                                    

Sebulan sudah berlalu sejak Adya menginap di rumah mertuanya. Memang benar banyak perubahan dari sikap Aldo pada Adya. Adya pun merasa mulai menerima segala perhatian dan perlakuan Aldo. Meski begitu, Adya masih selalu berkomunikasi dengan Randy. Entah, rasanya sulit menerima kehadiran Aldo setelah satu tahun ini Adya lewati bersama Randy.

Saat ini, Adya sedang sarapan bersama Naina di rumah makan dekat kantor mereka. Banyak obrolan yang mereka berdua bicarakan, mulai dari persiapan pernikahan Naina, keadaan Aisha tak luput juga tentang hubungan Adya dan Randy.

"Nai, kayaknya aku mau nyoba ikutin saran kamu deh." Naina terkejut tiba-tiba kalimat itu yang keluar dari bibir Adya.

"Saran yang mana mba?"

"Aku mau nyoba terima kehadiran Aldo lagi, dan mulai menjauh dari Randy. Kayak ngerasa bersalah aja sama Aisha. Sama anaknya Randy juga sih."

"Sama istrinya Randy engga mba?" Goda Naina pada Adya.

Sejenak Adya berpikir, betul juga yang Naina bicarakan. Selama ini Adya tidak pernah sedikitpun bagaimana perasaan Bella. Harusnya Adya sudah berhenti sebelum hubungannya terlalu jauh dengan Randy.

"Eh mba ngomong-ngomong soal Randy, kalian udah ngapain aja?"

"Aku masih waras ya Nai. Ya kayak kamu sama Ardi ngapain aja kalau pacaran." Ketus Adya pada Naina. Yang Adya sampaikan tidak sepenuhnya sebuah kebohongan. Hubungan mereka memang tak terlalu jauh, meskipun sering make out tetapi tidak sampai berhubungan badan layaknya suami istri. Mereka hanya saling memuaskan tak sampai pada tahap making love.

"Ya siapa tahu mba."

"Udah Nai jangan bahas itu. Jadi gimana menurut kamu kalau aku nyoba buat terima Aldo lagi?"

Naina berpikir sejenak untuk menyampaikan jawaban yang tepat, "Emm, gini mba. Gak ada salahnya sih mencoba buat memperbaiki yang udah rusak. Tapi kalau di tengah jalan hubungan itu retak lagi mending berhenti deh. Aku gatau Aldo emang serius berubah buat kamu, atau dia lagi nyoba nutupin kesalahan besar yang gak bisa dia akuin ke kamu."

"Aku gak mau berprasangka buruk, kalau buktinya belum jelas di depan mata Nai." Sejenak Adya mengambil nafas. "Tapi gimana cara ngomongnya sama Randy ya Nai?"

"Ya ngomong aja, buat saling ambil waktu untuk intropeksi. Dan ngasih ruang buat hubungan rumah tangga masing-masing. Kalau jodoh ga akan kemana kok mba."

Adya akhirnya bisa bernafas lega. Setelah bertukar pikiran dengan Naina, kini niatnya sudah semakin bulat. Menerima ayah Aisha sebagaimana mestinya dan memberi ruang untuk Randy dan Bella untuk mengambil keputusan atas rumah tangga mereka. Benar kata Naina, jodoh gak akan kemana.

***

"Ahh mas. Aku keluar Mash." Desah Adya sambil memegang erat sprei di sisi kiri dan kanannya.

"Enak dek? Padahal cuma pakai jari tapi udah langsung keluar." Goda Randy yang kini berada di sisi Adya. Adya yang merasa malu pun hanya bisa menepuk perut Randy. "Gak mau di masukin aja?" Adya hanya mengangkat sebelah alisnya mendengar godaan Randy.

"Inget ya mas kesepakatan kita dari awal. Aku belum mau sampai kayak gitu sama kamu. Kamu masih punya istri dan aku masih punya suami. Aku juga gak tahu apa kamu masih berhubungan sama istri kamu. Jadi jaga-jaga aja."

"Serius banget sih dek. Aku juga inget kok. Gapapa deh, biar jadi motivasi buat cepet-cepet halalin kamu."

"Eling mas. Motivasi kok cuma pengen mesum doang!" Adya bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sementara Randy masih berbaring dengan meletakkan satu lengannya tepat pada dahinya.

Second DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang