Bab 13

1.2K 105 8
                                    

Seperti yang sudah Adya dengar dari dokter tadi kandungannya telah menginjak 12 minggu, cukup terlambat disadari oleh Adya. Dokter pun sedikit terkejut mendengar penjelasan Adya yang tidak sadar bahwa di dalam tubuhnya tengah berkembang janin sekaligus calon anaknya. Mungkin betul beberapa anggapan jika anak yang hadir dari sedikit kesalahan tumbuh menjadi lebih kuat dari biasanya. Ini juga dirasakan oleh Adya, tubuhnya tak memberi warning apapun atas kehadiran embrio yang sudah terbentuk dalam rahimnya.

"Sejauh ini janinnya sehat ya Bu. Ukurannya sesuai dengan usia kandungan ibu. Yang titik terlihat di monitor itu detak jantungnya."

Randy terharu, untuk pertama kali dalam hidupnya mendengar suara yang begitu menggetarkan hatinya. Dia tak pernah menyangka berada pada posisi ini dalam kurun waktu yang begitu tiba-tiba. Adya pun tersenyum melihat mata Randy yang sedikit basah karena menahan haru. Makhluk kecil itu berhasil mendapat cinta Randy sebelum ia benar-benar ada di dunia. Sungguh cinta pertama seorang ayah pada anaknya memang tak pernah main-main.

"Ada yang mau ditanyakan lagi pak, Bu?" Tanya dokter usia selesai melakukan USG.

"Sepertinya belum ada dok. Suami saya masih agak speechless." Jawab Adya yang melihat Randy hanya diam masih memperhatikan layar USG di depannya.

"Maklum ya Bu, baru anak pertama. Oh ya baiknya banyak konsumsi makanan tinggi protein dan kacang-kacangan. Nanti saya resepkan vitamin tambahan yang diperlukan. Untuk hubungan badan, melihat kondisi janin yang cukup kuat masih diperbolehkan. Tapi sementara untuk tidak membuang sperma di dalam ya pak takut memicu kontraksi dini. Dimengerti bapak?"

"Eh, baik dok saya mengerti." Ucap Randy sedikit kikuk, karena pertanyaan itu sebenarnya juga terlintas di pikiran Randy. Maklum pengantin baru. Aheeyy!


***

Setelah menyelesaikan segala urusan di rumah sakit, Randy mengajak Adya untuk berbelanja kebutuhan di pusat perbelanjaan terlengkap tak jauh dari rumah sakit. Sementara Ida dan Aisha memutuskan untuk pulang menggunakan taksi online, karena Aisha yang sudah terlihat mengantuk dan merengek ingin pulang sedari tadi. Randy tak menjelaskan detail barang apa yang akan di beli, tetapi Adya kini merasa bingung karena langkah mereka menuju sebuah store yang menjual berbagai perlengkapan rumah tangga yang sangat lengkap.

"Mau beli apa mas? Perlengkapan kamu di rumah ibu ada yang kurang?"

"Beli beberapa perlengkapan buat kamar Aisha ma."

"Kamar Aisha?"

"Iya sayang. Kemarin aku kasih syarat Aisha buat belajar tidur sendiri. Jadi aku mau beli beberapa keperluan buat dekor dan taruh furniture yang sesuai untuk kamar Aisha." Kini Adya paham, ternyata syarat ini yang diberikan Randy pada Aisha sehingga membuat Randy tersenyum penuh arti malam itu. Setelah perpisahannya dengan Aldo, sebenarnya Adya lebih nyaman jika Aisha tidur bersamanya. Karena Adya punya lebih banyak waktu untuk membahas hal-hal kecil dengan putrinya itu. Namun Adya juga mengerti kondisi saat ini berbeda. Randy yang baru pertama kali menikah, pasti ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan istrinya sebelum bayi yang dikandung Adya lahir.

"Kamu cinta aku apa Aisha mas?"

"Dua-duanya lah." Jawab Randy yakin.

"Kalau harus pilih satu?"

"Kamu sama Aisha tuh punya porsi masing-masing di hatiku. Kalau pilih orangnya, aku pilih kamu. Tapi kalau cintanya, aku gak akan pernah bikin kamu merasa cemburu dengan cinta yang aku kasih buat anak-anakku. Kamu yang paling utama buat aku. Karena kalau kamu bahagia, anak-anak juga pasti bahagia." Ya Tuhan, Randy adalah segala doa yang Allah wujudkan untuk hidup Adya. Caranya mencintai Adya, adalah hal yang tidak pernah Adya bayangkan akan jadi seindah ini setelah sah dalam ikatan perkawinan. Pikirnya dulu, kata-kata manis dari mulut Randy hanyalah bualan, nyatanya Randy memang ingin selalu mencintai dengan cara yang paling hebat yang bisa ia lakukan.

Second DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang