Bab 28

883 83 7
                                    

"Bunda gak tahu ya sama jalan pikiran kamu. Anak masih 4 bulan kok istri udah dibikin hamil lagi. Kamu gak punya uang sampai gak bisa pasang kontrasepsi ha?" Omel Anisa pada Randy yang sedari tadi sudah ditarik keluar dengan paksa oleh Anisa. Dirinya masih tak habis pikir dengan jalan pikiran putranya itu. Bisa-bisanya istrinya yang 2 bulan lalu baru sadar dari koma dan baru sepenuhnya sehat justru kini harus mengandung lagi.

"Sekarang malah diem. Mulutmu yang suka goda-godain orang tuh mana Randy? Giliran bunda ajak ngobrol malah diem." Gerutu Anisa yang belum usai sejak tadi.

"Istrimu itu pasti stress. Harus ngurusin Aisha yang bentar lagi masuk SD. Belum lagi Khai yang lagi butuh perhatian buat tumbuh kembangnya. Kamu mikir gak si Randy?"

Randy hanya melihat Anisa sekilas lalu tersenyum.

"Bunda, banyak anak itu banyak rejeki." Ucap Randy singkat.

"Banyak rejeki, matamu!" Sejenak Anisa mengatur emosinya. "Astaghfirullah bukan gitu ya Allah. Maaf terlanjur emosi ngadepin anak laki satu yang kelakuannya selalu di luar nalar hamba." Imbuh Anisa sambil mengelus dada.

"Yang tenang ya Bu Anisa. Aku takut bunda tiba-tiba kena darah tinggi kalau marah-marah terus gini. Yuk di atur dulu nafasnya. Pelan-pelan tarik nafas, buang nafas."

Tak. Sebuah jitakan tepat mengenai kepala Randy.

"Aduh. Sakit bunda. Ih gak suka Randy sama bunda. Suka KDRT." Ucap Randy berpura-pura sakit padahal pukulan Anisa tak seberapa kuat.

"Gini mau punya anak tiga. Mana mantu bunda yang udah kamu perlakuin semena-mena. Pasti kamu kan yang maksa buat dia hamil lagi. Pasti kamu nih yang segala gak mau buat pakai kontrasepsi. Udah kebaca laki-laki modelan kayak kamu yang banyak janji untuk pakai KB alami." Apa yang Anisa katakan tepat sasaran. Kehamilan ini memang tak direncanakan, tapi tak juga ditolak oleh Adya juga Randy. Namun jika ditanya penyebabnya siapa lagi jika bukan Randy yang melarang Adya untuk memasang alat kontrasepsi. Kasihan kamu katanya.

"Nah diem kan? Bener-bener ya kamu Ran." Ucap Anisa kini sambil menjewer telinga Randy.

"Selamat pagi bunda." Sapa Adya yang baru saja keluar dari kamar Aisha dengan Aisha di sebelahnya.

"Halo Oma." Sapa Aisha mengikuti Adya dengan mencium telapak tangan Anisa.

"Halo cucu Oma. Kok masih di rumah sayang? Kakak gak sekolah hari ini?" Tanya Anisa pada Aisha.

"Enggak Oma. Hari ini sha belajar di rumah. Ada tugas yang lupa Aisha siapkan Oma. Kata mama gapapa hari ini main dulu di rumah. Kan ada Oma datang." Polos Aisha menjawab pertanyaan Anisa.

"Oh iya sayang. Oma kesini sama dek cenna lho. Itu di halaman depan main sama Oma Ida sama dek Khai." Jelas Anisa agar Aisha segera keluar menyusul adik-adiknya. Aisha yang mendengar nama cenna pun langsung berlari keluar menuju halaman, meninggalkan ketiga manusia dewasa yang tengah sibuk berdebat sedari tadi.

"Kok bisa si mbak? Mau-maunya dihamilin sama Randy. Pasti dia maksa kan?" Cecar Anisa pada Adya yang membuat Adya tersenyum.

"Ya gimana bun, ditinggal di rumah sakit dua bulan. Habis itu mana bisa Randy nahan buat gak ambil jatah." Jawab Randy kelewat terbuka hingga mendapat pelototan dari Adya.

"Maksa dikit sih Bun. Tapi gapapa. Mau tanggung jawab katanya."

"Tanggung jawab, tanggung jawab. Dipikir hamil tuh gampang. Belum lagi tuh bekas operasi juga baru kering. Emang bener-bener minta di kebiri tuh si Randy." Kesal Anisa yang membuat Randy langsung menutupi bagian depannya.

"Gapapa bunda. Adya happy. Adya juga tahu kalau Allah kasih amanah lagi ke Adya, itu berarti Allah tahu kalau Adya mampu. Kan ada ibu, ada bunda juga yang selalu bantu Adya kalau Adya repot. Jadi gapapa Bun, jangan terlalu nyalahin mas Randy. Selama ini juga anak-anak lebih sering di pegang sama mas Randy." Ucap Adya berusaha menenangkan Anisa. Biar bagaimanapun kekesalan mertuanya itu hanya karena ia khawatir pada Adya. Masalah yang terjadi beberapa bulan lalu membawa sedikit trauma bagi seluruh keluarga, tak terkecuali Anisa. Anisa langsung memeluk tubuh menantunya, bersyukur diberikan Adya yang tenang menghadapi segala tingkah Randy yang kadang sangat menyebalkan.

Second DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang