Bab 29

820 72 6
                                    

Memasuki trimester akhir kehamilan ketiga Adya membuat moodnya sungguh sangat baik. Randy pun menepati janjinya untuk selalu menomorsatukan Adya diatas segala hal yang ia kerjakan. Seperti hari ini sedari pagi Adya merajuk ingin berjalan-jalan ke pantai yang tentu saja di tolak oleh Randy.

"Ayolah ba.. Deket ini."

"Ma. Yang lain deh mintanya. Ke pantainya sih gapapa. Tapi naik mobil aja ya?" Randy masih terus mencoba membujuk Adya yang terus merengek.

"Yah baba. Aku juga ga pernah ngidam aneh-aneh sebelumnya. Pengen naik motor ba." Usaha Adya masih saja gagal.. Adya terus saja merengek sampai Randy hanya bisa menekan-nekan pelipisnya.

"Ma, gak lucu kalau tiba-tiba kamu kontraksi di jalan ma. Minggu depan tuh udah di jadwalin sc mama. Habis lahiran deh ke pantainya. Yang jauh sekalian deh." Ucap Randy membujuk Adya. Kini Adya mencebikkan bibirnya sambil mendengus kesal.

"Ya udah deh naik mobil. Tapi beneran ya abis lahiran kita ke pantai. Awas aja bohong."

"Janji mama. Apa si yang nggak buat mama." Gombal Randy pada Adya.

"Ipi si ying nggik biit mimi." Ucap Adya menirukan Randy.

"Gemes banget si dek mamamu. Ayo ah jadi gak mau ke pantai. Mau ajak anak-anak gak?"

"Yeu kalau ngajak mereka mah yang ada cuma ngasuh bukan jalan-jalan." Kesal Adya pada Randy.

"Ya Allah, yuk lah ma ke kamar aja. Gak usah ke pantai. Gemes banget aku sama kamu. Uuuuuh." Gemas Randy sambil mencubit kedua pipi Adya yang semakin berisi.

"Aaa baba sakit lho. Ayo keburu sore."

"Iya ayo sayang." Ajak Randy sambil merangkul pundak Adya.

***

Sepanjang perjalanan menuju pantai Adya menghabiskan waktu dengan bergelayut mesra pada pundak Randy. Jarang-jarang mereka menghabiskan waktu hanya berdua seperti ini. Karena Randy yang sangat overprotektif terhadap anak-anaknya.

"Alhamdulillah ya ba. Akhirnya bisa jalan berdua. Enak ternyata gak riweuh."

"Iya sayang. Tapi riweuh gitu kan juga anak kamu ma. Gak ada mereka juga sepi." Jawab Randy sambil mengusap kepala Adya yang tertutup hijab.

"Kamunya aja ba yang overprotektif. Padahal mereka sama Omanya juga seneng-seneng aja. Di tempat bunda apalagi, ada cenna. Makin betah tuh Aisha sama Khai." Gerutu Adya yang masih terlihat gemas di mata Randy.

"Hehe. Ya namanya juga orangtua pasti ada overthingkingnya lah kalau anak lagi gak sama kita. Tapi kayaknya memang kita butuh banyak waktu berdua gini selain di kamar ya ma, jadi bisa banyak ngobrol kayak gini." Jawab Randy yang kini sudah menautkan jarinya pada jari Randy.

"Iya dong ba. Kalau di kamar mah belum sempet ngobrol, tangan kamu udah kemana-mana." Ucap Adya frontal.

"Gapapa dong sama istri sendiri ini. Tapi ya ma, baba bersyukur banget kita bisa sama-sama sampai hari ini. Ditambah bentar lagi ada adek yang bikin keluarga kita makin bahagia ya ma. Ternyata setiap anak memang punya cerita berbeda yang tetap harus kita rayakan." Adya tersenyum sembari menganggukkan kepalanya menyetujui kalimat Randy. Hatinya selalu terasa penuh oleh kalimat-kalimat Randy yang selalu bisa menenangkan.

"Iya ya ba. Tapi kasihan juga kalau ingat pas Khai lahir ga bisa langsung ketemu mama. Tapi mama yakin baba juga hebat bisa melalui dua bulan itu dengan tetap ngurus anak-anak dengan baik. Makanya pas tahu hamil lagi, gak ada sedikitpun perasaan khawatir atau apapun karena aku yakin suamiku ini sudah melalui banyak hal untuk tetap membagi cinta yang sama untuk anak-anak. Love you baba." Ungkap Adya sambil mencium pipi Randy sekilas.

Second DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang