Bunyi bel pertanda istirahat menggema di seluruh penjuru Muller Internasional School.
"Xa, kantin yuk?"
"Boleh... Eh tapi bentar ya, gue mau nelfon temen gue dulu, dia juga sekolah disini, gapapa kan dia gabung?" Alexa menanyakan, takut Maurin risih karena telah mengajak orang lain.
Maurin mengernyit. Tidak setuju sebenernya. Merasa kurang nyaman berteman dengan banyak orang--terkecuali untuk Alexa.
Semenjak Alexa menyapanya untuk menanyakan dimana ruang kepsek tadi, dia sudah merasa Alexa ini tidak seperti siswi lain yang suka pamer, mengumbar kekayaan, sombong, centil, dan masih banyak lagi. Terbukti dari pakaiannya yang sederhana namun branded, tidak di lebih-lebihkan seperti kebanyakan murid disini.
Tapi ya sudahlah tak apa-apa. Nanti juga jika dia tidak suka dengan teman Alexa. Dia akan menjauh saja. Akhirnya Maurin mengangguk saja sebagai balasan.
Alexa bergegas mengeluarkan handphone. Menelfon teman semasa kecilnya dulu yang juga bersekolah disini.
"Halo girl, how are you? I really miss you so bad. Ada apa nih telfon, tumben, biasanya juga kagak pernah telfon gue lagi lo gara-gara dah nemu temen baru di sonokan"
"Cici lo dimana?" Tanya Alexa, menghiraukan berbagai pertanyaan yang Cici ajukan tadi kepadanya.
"Gue lagi disekolah"
"Ia gue tau jam segini lo pasti lagi di sekolah tapi dimana nya?"
"Kantin, gue lagi di kantin. Emang ada ap--"
Alexa langsung mematikan sambungannya. Biarlah ia langsung kesana saja untuk mengejutkan sahabatnya itu, karna memang Alexa belum memberitahu Cici jika ia sudah pulang ke Indonesia sejak beberapa minggu yang lalu.
"Eh, ayo rin kita langsung ke kantin aja. Kebetulan teman gue udah di kantin nih"
"Ok."
Alexa dan Maurin pun berjalan keluar kelas menuju kantin. Disepanjang jalan banyak yang memperhatikan mereka berdua. Terutama Alexa. Alexa hanya mengabaikan karna Ia sudah biasa menjadi pusat perhatian. Akan tetapi itu tidak berlaku bagi Maurin. Ia risih. Maurin tidak suka menjadi pusat perhatian.
Alexa menoleh kepada Maurin yang tampak tidak nyaman "Maurin Lo kenapa?"
"Gue risih banget sama orang yang ngeliatin kita"
Alexa langsung mengedarkan pandangan ke semua arah. Benar sih, hampir semua orang di koridor melihat mereka. Alexa ingin marah, mencakar-cakar muka orang yang sudah membuat teman barunya tidak nyaman, tapi nanti image anak baiknya yang baru masuk sekolah hancur dong. Alexa kan ingin membuktikan kepada sang kakak-- Sevend karna kemarin sudah di ejek bahwa dia tidak bisa untuk 'tidak' membuat ulah walaupun itu hanya sehari. Akhirnya dia memutuskan untuk menahan diri untuk tidak membuat sedikit ulah di hari pertamanya.
Setelah berjalan mengitari koridor sekolah, Alexa dan Maurin pun sampai di kantin. Alexa mengedarkan pandangan dipenjuru kantin. Mencari temannya--Cici. Alexa cukup susah mencari temannya itu karna ramainya kantin, ditambah kantin ini sangat luas. Setelah mencari beberapa menit, ia akhirnya menemukan Cici di bangku pojok sebelah kanan bersama teman-temannya. Tampak asik memakan makanannya sambil sesekali tertawa.
Alexa menepuk pundak Maurin "Eh Rin, itu teman gue yuk kita kesana" ajak Alexa menunjuk kearah Cici yang sedang makan bersama teman-temannya yang lain.
Maurin melihat ke arah yang di tunjuk Alexa "Oh ok, ntar gue nyusul kesana, kita beli makanan dulu. Lo mau pesan apa?"
"Gue mau Soup aja deh minumannya lemon tea, keknya enak tuh" ucap Alexa sambil melihat ke salah satu pedagang yang menjual Soup, kenapa Alexa bisa tau? Karna sudah terbukti ada tulisan Soup disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double AL
Teen Fiction"Cowok pakai earphone, topi warna hitam arah jam satu" Alexa reflek menoleh, mengangkat sebelah alis bertanya. "Gue mau nantang lo buat bikin tuh cowok jatuh cinta bahkan tergila-gila sama lo. Ya-- itu pun kalo lo bisa" "Gak. Jawabannya tetap gak." ...