20. The fact

1.1K 67 28
                                    

Happy Reading!

(Jangan lupa Vote dan komen part ini sebelum membaca)
_____________________

"I'm thinking how to get you in my bed right now!"

Tubuh Alexa mendadak kaku, ia meneguk ludah susah payah. Lalu berusaha melepas cengkraman tangan itu dari pahannya.

"I often wear more than this, hangout bahkan ke club. Kenapa lo marahnya pas gue cuman pakai pakaian rumahan gini. It's just a simple outfit." Cicit Alexa, berusaha menahan cengkeraman tangan Aldrich yang bertengger di pahanya.

"In my opinion, men prefer it when women wear oversized t-shirts like this, it looks different from the clothes they usually wear when dressing up just to go out, men have often seen women like that and many think it is normal. And you know, if the women they usually see often dress up just to go out and now wear oversized clothes that look simple in your opinion like this, it can arouse their sexual desires. You will never know how wild a man's mind can be when he looks at a woman who is able to attract his attention." Ujar Aldrich menjelaskan dengan lembut pada gadis yang berada di depannya.
Terjemahan>>>

Alexa terdiam mendengar hal tersebut, lalu saat satu kalimat yang terasa janggal menurutnya ia langsung menatap Aldrich penuh protes. "Berarti lo bakal kepancing gitu kalo ada cewe yang pakai ginian diluar, Iya?"

Aldrich yang sedari tadi tampak serius menatap Alexa spontan tergelak mendengar pertanyaan tersebut. "From everything I explained and did you just absorb that?"

Alexa mencak-mencak ditempatnya, "Jawab aja. Gue nanya lo jangan malah balik nanya gitu dong!" Kesalnya.

Aldrich makin tergelak mendengarnya lalu memandang Alexa sayang. "Exception for me or some men out there, gue gak akan tertarik kalau itu bukan cewek yang gue suka, like now."

Alexa tiba-tiba merasakan sesuatu yang panas menjalar ke pipinya, ia mengalihkan pandangannya tidak mau menatap pria di depannya---berusaha menormalkan jantungnya yang berdetak kencang seakan ingin meloncat keluar mendengar hal tersebut.

Aldrich yang menyadari Alexa tengah salah tingkah, tersenyum menggertakkan giginya gemas pada cewek yang berada di hadapannya.

"Ini kenapa pipinya merah gini, Lo sakit?" Tanya Aldrich memegang pipi Alexa pura-pura tidak tahu.

Alexa spontan menepis tangan tersebut lalu menatap ke arah jendela, "Udah mau siang gue balik dulu deh." Serunya berdiri dari tempat duduknya, berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Biar gue anterin." Baru saja Aldrich berdiri Alexa sudah menahan Aldrich terlebih dahulu.

"Ga usah, gue naik taxi aja. Nanti keluarga gue curiga kalo lo yang nganterin."

Aldrich menatap Alexa sejenak, sebelum mengangguk-angguk. "Siap-siap gih, gue anterin kebawah."

***

"NAH. INI NIH ORANG YANG KITA TUNGGU-TUNGGU. Di telfonin kaga aktif, di samperin gak dirumah, mana semalam cabut gak bilang-bilang mau kemana. Lo kemana aja kagak pulang ke rumah semalam kata Bi Rafah, gue tanya?"

Aldrich yang baru saja memasuki rumahnya yang bisa di katakan mansion itu menoleh ke sumber suara yang ternyata adalah Frans dan melihat ke empat temannya sudah duduk di sofa ruang tamu dengan berbagai makanan dan minuman yang sudah tersedia di atas meja.

"Ngapain lo semua disini?" Bingung Aldrich menatap mereka.

"Pake nanya lagi, ya main lah." sewot Didit menatap Aldrich sensi.

Double ALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang