Teror?

173 21 36
                                    

🍹My Young Slut🍹

°°°

Dua mobil datang secara bersamaan, sekaligus keluar terburu-buru untuk menemui Jina yang ada di dalam butik.

Tanpa adanya obrolan penting, Jimin mengalah untuk membiarkan Jihwan saja yang lebih dulu melihat keadaan Jina, meski sebenarnya Jimin-lah yang ingin melakukannya.

Namun sekarang bukan saatnya untuk merebutkan siapa yang berhak atau tidak, karena keselamatan Jina jauh lebih penting.

“Brengsek!” Jimin mengumpat saat ia kehilangan jejak seseorang yang berpakaian serba hitam.

Walaupun dengan nafas memburu dan sudah berusaha mengejar, Jimin tetap tidak mampu menangkap orang itu, yang entah mengapa langkah kakinya jauh lebih cepat di bandingkan dirinya.

Beralih pada Jina yang memeluk erat Jihwan. Tubuhnya masih gemetar, pipinya telah basah karena terisak ketakutan

Dalam keadaan terduduk di lantai, sementara Jihwan bersimpuh, menyesali atas perbuatannya yang tidak mengangkat telepon secara cepat dari istrinya.

Di saat pelukan kian erat, pandangan Jina jatuh ke arah pintu, disana Jimin berdiri melihatnya dengan Jihwan saling merengkuh satu sama lain.

“Sekali lagi maafkan aku,” ujar Jihwan sembari mengusap punggung sang istri.

“Aku takut.” Jina menyahut, meremat kencang kemeja Jihwan.

Jimin yang tersentak di ambang pintu, tadinya berniat ingin masuk. Namun niatnya ia urungkan karena bagaimanapun, Jihwan lebih berhak menenangkan Jina meskipun Jimin sendiri ingin mengambil alih posisi itu.

Kepalan tangan Jimin menguat. Dadanya terasa panas terbakar karena rasa cemburu hadir di waktu yang tidak tepat.

“Kita pulang sekarang,” ujar Jihwan kemudian tanpa basa-basi menggendong Jina.

“Aku bisa jalan sendiri.” Jina menolak karena tidak nyaman.

“Ini bukan saatnya untuk menolak ... tolong biarkan aku melakukannya.”

Terpaksa Jina menurut. Mengalungkan tangannya di leher Jihwan. Hingga mereka berdua melewati Jimin yang masih berdiri di ambang pintu, kemudian ikut berjalan di belakang mereka berdua.

Jina di dudukkan ke kursi kemudi. Nyeri di perut bawahnya masih terasa berdenyut, tapi sekarang jauh lebih mendingan tidak seperti tadi ia dalam keadaan panik dan ketakutan.

Sebelum masuk mobil, terlebih dulu Jihwan dan Jimin berbicara secara empat mata.

“Aku kehilangan jejak orang itu, tapi akan aku pastikan, pelaku terornya akan aku temukan,” ujar Jimin, mimik wajahnya terkesan datar dan dingin.

Pandangan Jihwan jatuh ke lengan Jimin yang tergores dan mengeluarkan sedikit darah.

“Obati lukamu sesegera mungkin, lenganmu bisa saja terkena infeksi serius jika tidak di tangani dengan cepat.” Jihwan memperingati.

Kemeja biru muda yang tadinya Jimin gulung sampai sebatas siku itu, kembali Jimin ulur sampai lengannya tertutup, Sehingga membuat darahnya rembas mengenai kemeja kerjanya.

My Young SlutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang