🍹My Young Slut🍹
°°°
Entah kebetulan, atau memang takdir Tuhan-lah yang saat ini mempertemukan kembali antara Yena dan Jihwan. Namun pertemuan ketiga ini, Jihwan yang Yena temui sekarang tampak berbeda.
Pria itu duduk sendirian di kursi bar, sembari meminum whisky yang bartender tuangkan tatkala Jihwan memintanya lagi dan lagi.
“Hei,” sapa Yena duduk disebelah Jihwan setelah tadi menepuk pundak Jihwan satu kali.
Mata Jihwan menyayu, seperti orang yang sedang mengantuk berat karena mungkin beberapa gelas whisky sudah mulai mengambil alih kesadarannya.
Yena dibuat penuh tanya, apa yang sedang menimpa Jihwan sampai-sampai terlihat begitu berantakan?
“You okey?” tanya Yena khawatir.
Senyum Jihwan menyungging. “Ya, aku baik-baik saja. Hanya sedikit pusing,” terangnya.
Kemudian Jihwan mengangkat satu tangannya, kembali meminta untuk diberikan segelas whisky.
“No, Jihwan. Kau akan semakin mabuk nantinya,” larang Yena.
“Tidak masalah, justru aku memang ingin mabuk malam ini.” Apa yang Jihwan katakan sekarang, seolah tak memiliki beban sama sekali.
Sekitar satu jam penuh Yena menemani Jihwan minum. Tidak mungkin ia meninggalkan pria itu sendirian, apalagi dalam keadaan mabuk. Sangat berbahaya, ditambah Jihwan menyetir mobilnya sendiri.
Terpaksa Yena memapah Jihwan yang sudah mabuk itu, bicaranya pun sudah melantur kemana-mana.
“Aku benar-benar sangat mencintaimu,” kata Jihwan tanpa sadar. Matanya terkatup rapat, sementara kedua kakinya mulai lunglai.
Andai saja Yena tidak memapahnya dan sekuat tenaga menahannya, mungkin saat ini Jihwan sudah terkulai lemas di atas lantai.
“Yang mana mobilmu?” Yena bertanya meski ia kesulitan lantaran tubuh Jihwan jauh lebih besar darinya.
“Sebelah kiri, paling ujung,” sahut Jihwan.
Setelah susah payah memapah Jihwan sampai ke dalam mobil, akhirnya Yena bisa menghirup nafasnya dengan leluasa dan sedikit agak rakus. Bahkan pelipisnya di penuhi keringat, karena memang membawa Jihwan sampai ke mobil membuat energinya banyak terkuras.
Ikut masuk mobil, duduk di kursi kemudi. Yena bingung mau membawa Jihwan pulang kemana.
“Engh.” Jihwan melenguh, memperbaiki posisi duduknya yang tidak nyaman.
Dengan terpaksa, Yena mencari keberadaan dompet Jihwan. Siapa tahu, di dalamnya terdapat identitas dan alamat lengkap dimana sekarang Jihwan tinggal.
Saat tangan Yena hendak menyentuh kantung celana, satu tangan Jihwan jauh lebih dulu menahannya, sampai-sampai membuat mereka berdua saling tatap dalam jarak yang terbilang sangat dekat.
Wajah Jihwan memerah, matanya sayu. Sementara Yena mematung memerhatikan lekat-lekat wajah pria didepannya itu yang seolah sedang menahannya keras untuk tidak beralih.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Young Slut
RomanceJika boleh memiliki dua wanita? kenapa cuman harus memilih salah satu? Oh, God. pemikiran yang amat sangat bodoh.