Tenders

160 24 30
                                    

🍹My Young Slut🍹

°°°

Tersentak Dongman saat Jimin menggebrak meja kerjanya dengan keras. Tak berani bicara sepatah kata, Dongman hanya diam mendengarkan omelan dan kekesalan Jimin siang ini.

“Bagaimana bisa aku kalah tender? Aku sudah berusaha melakukan segala hal demi kerja sama ini,” marah Jimin, wajahnya kentara memerah.

Menghela nafas kasar, pun memburu karena tidak terima jika siang ini ia harus kalah tender. Padahal sebelumnya Jimin yakin dan begitu percaya diri jika ia bisa memenangkan tender penting ini.

Namun nihil, pil pahit harus Jimin telan mentah-mentah. Bukan hanya kehilangan tender penting, pun ia juga harus kehilangan para vendor-vendor yang seharusnya membuat perusahaannya meraih banyak keuntungan.

“Ck! Brengsek!” Jimin mengumpat masih tidak terima begitu saja.

Gelagapan Dongman dan akhirnya memberanikan diri bertanya—

“Jj-jadi bagaimana nasib para staff dan karyawan lain? Bukankah gajih mereka belum Tuan berikan?”

Melirik pada Dongman, kekesalan Jimin rasanya kian bertambah saja. Namun sekuat tenaga Jimin tahan emosinya agar tidak pecah kepada sekretarisnya itu. Lagian, ini bukan salah Dongman.

“Akan aku pikirkan soal itu. Terpenting sekarang, aku harus memikirkan bagaimana caranya agar perusahaan ini tidak bangkrut,” lontar Jimin.

Dongman kembali terbelalak mendengarnya. “Bangkrut? Tapi, Tuan, kan, sudah pernah kalah tender sebelumnya, jadi mana mungkin kita bisa bangkrut.”

Helaan nafas Jimin terdengar berat dan kasar. Duduk Jimin ke kursinya sembari memijit pelipisnya yang terasa begitu pening.

“Tolong tinggalkan aku sendiri, aku benar-benar pusing sekali sekarang,” sahut Jimin tak menjawab pertanyaan Dongman tadi.

Sigap Dongman membungkuk dan berkata, “Baik, Tuan. Jika kau butuh sesuatu, panggil saja aku.”

“Aku juga akan mengurus soal gajih para staff dan karyawan lain yang belum Tuan berikan,” lanjutnya.

Dengan satu tangan kanannya, Jimin memberi isyarat untuk Dongman agar keluar dari ruangannya. Hingga tinggalah ia sendiri. Lagi-lagi Jimin menghela nafas berat, bersandar ia ke kursi dengan kepala mendongak.

“Bangkrut? Tidak! Aku sudah berjuang mati-matian demi perusahaan ini,” lirih Jimin tidak rela.

Satu masalah selesai, tapi sekarang malah ada lagi masalah baru. Jimin benar-benar di uji.

Apa ini karma dari pengkhianatan Jimin terhadap rumah tangganya? Entahlah, Jimin sama sekali tidak berpikir sejauh itu, karena Jimin sendiri sudah pasrah jika Doona akan menceraikannya.

♪♪♪

Butik Jina siang ini masih terlihat sama, selalu ramai dengan para pengunjung yang tentunya berburu busana terbaru agar tidak ketinggalan zaman.

Di karenakan siang ini Jina ada temu janji bersama dokter kandungan, maka ia harus memutuskan untuk meninggalkan butik sebentar. Mengendarai mobilnya sendiri seperti biasa.

My Young SlutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang