bab 10

84 7 0
                                    

Sebuah suara yang mengusik gendang telinga bagi beberapa orang yang berlalu lalang, suara dari pihak bandara yang sangat nyaring ditelinga mengintrupsikan bagi para penumpang yang akan lepas landas dengan pesawat mereka masing-masing, terlihat dari suara itu ada beberapa orang yang berlarian atau mendapati sebuah keluarga yang berpelukan karna melepas rindu atau karna merelakan salah satu keluargannya untuk pergi ke tempat yang mereka tuju.

kini Agnes berada di sebuah terminal tiga bandara bersama tuan Samudra dan juga dua anak buahnya yang senan tiasa mendampingi tuannya.

Siapa lagi kalo bukan sekertaris Kenn dan juga Ansell.

Berbekal perlengkapan Samudra dan juga Ansell tampaknya akan segera lending dengan pesawat pribadi yang Samudra miliki. Pesawat yang akan membawa mereka pergi dari negara ini.

Lebih tepatnya pesawat yang kemarin Ansell bawa beserta anak pasawat yang memang sudah lama bekerja dengan tuan Samudra tanpa Agnes ketahui sebelumnya.

Agnes hanya berfikir jika tuannya akan berada dipesawat dengan banyak ribuan orang yang akan terbang juga menuju negara yang memang sama fikir Agnes.

Karna dia tidak tau jika samudra memiliki pesawat pribadi dan bahkan dia tidak tau jika sebenarnya orang yang dia rawat beberapa bulan itu ternyata seorang mafia yang sangat kejam bakan ditakuti diberbagai wilayah seperti dinegara-negara yang terkenal dengan pekerjaan bawah tanahnya.

Agnes mendorong kurisi roda tuannya sampai depan pintu masuk pengecekan.

Ia melihat sekertaris kenn yang membawa koper dan juga temannya yang bernama Ansell yang baru saja ia kenal beberapa hari ini menuju mereka.

"Bagaimana Ansell apa semuanya aman?" Tanya Samudra.

"Aman tuan, sejauh ini tampa gangguan." jawab ansel.

"Saya pergi dulu ya nes.." ujar samudra melihat Agnes.

"Hati-hati tuan, jangan lupa minum obatnya yang rutin. semoga bisnisnya lancar ya" kata Agnes sambil tersenyum.

Hanya itu yang Agnes tau, sebuah bisinis yang dijalankan oleh tuannya.

Bisnis yang memang tidak bisa diwakilkan oleh sembarang orang. Karna kalo tidak semua bisnisnya akan hancur itu yang samudra katakan ketika dia izin untuk meninggalkan Agnes.

Karna tidak mungkin Samudra mengatakan hal yang sebenarnya pada Agnes. Dan karna memang Agens anaknya yang menang tidak mau tau tentang urusan bosnya hanya mengiakan saja.

Samudra memberikan koper itu kepada Ansell sebelum itu Samudra mengisaratkan Kenn untuk mendekat padanya.

"Saya titip Agnes, kenn" ujar samudra.

"Baik tuan, akan saya jaga nona sebisa saya" jawab kenn.

"Jangan biarkan dia lolos dari pandangan atau jangkawan kamu kenn, sepertinya saya mulai menyukainya.
Ingat kenn sesuatu yang sudah jadi milik saya selamanya akan tetap jadi milik saya"

"Baik tuan, akan saja jaga nona sebaik yang saya bisa" ujar sekertaris kenn lalu memundurkan langkah.

Agnes yang tidak mendengar percakapan itu hanya tersenyum ketika sekertaris kenn memundurkan langkahnya.

Setelah itu gantian Ansell yang mengambil alih tuan mereka ia memegang kedua pegangan kursi roda tuannya dan mendorong tuannya untuk segera masuk.

Kenn dan juga Agnes melihat kepergian mereka yang udah tidak terlihat lagi oleh mata.

"Nona mari saya anatar nona pulang" ujar sekertaris kenn.

"Mari sekertaris kenn" jawab Agnes.
Mereka meninggalkan terminal tiga bandara dan menuju mobil yang ada diparkiran.

stay here Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang