part 13

107 10 4
                                    

Kereta yang di tumpangi oleh Agnes kini sebentar lagi akan mendarat pada tujuan awal.

Beberapa menit lagi kereta akan melewati gerbong utama tujuan, agnes mebereskan barang-barangnya untuk persiapan sebentar lagi akan turun.

Terhitung lima menit kemudian suara dari dalam kereta mengumumkan bahwa kereta sudah sampai tujuan.

Agnes menggunakan tasnya sabil berdiri dari duduknya.

Mengambil koper yang ia bawa, dan menariknya menuju pintu keluar.

Ia menghirup udara yang sudah lama ia rindukan, kampung halaman adalah tujuan utama yang selalu ia ingin kunjungi setiap waktunya.

Ia tidak akan menyianyiakan waktunya untuk menghabiskan masa liburnya didaerah asalnya.

Beruntung ada kesempatan ia tidak akan membuang sia-sia kesempatan itu.

Setelah turun dari kereta ia menarik koper yang ia bawa.

Berjalan menuju pintu keluar stasiun, sambil melihat sekitar area stasiun.

Ia sedikit terpukau oleh bangunan baru, menurutnya stasiun sekarang lebih layak oprasi dari pada dulu yang terlihat tidak terawat.

Sekarang yang ia lihat, sedikit bersih dan tertib tentunya.

Sambil berjalan menyulusuri tempat tunggu demi tempat tunggu yang ia lewati ahirnya, ia kini menemukan jalan menuju keluar.

Memperlihatkan jalanan raya dan juga beberapa pangkalan ojek juga beca yang berada disana.

Ya didaerah asal Agnes memang masih ada beca bahkan masih ada angkot.

Tapi bukan itu yang akan ia naiki, ia sedang menunggu seseorang yang akan menjemputnya.

Agnes sedikit melipir ke area orang jualan di pinggir stasiun.

"Bu...bade tumbas" kata Agnes.

"Monggo ndo, tumbas nopo"

Agnes mengambil air putih dingin didalam lemari pendingin yang ada didepan warung sana.

"Iki banyu pinten bu?"

"Limo ngewu cah ayu"

Agnes menganggukan kepala tanda ia mengerti, ia mengambil selembar uang kertas yang ada didompetnya.

Ia menyodorkan uang kertas tersebut, dan diambil alih oleh sang pemilik warung.

"Mboten wonten arta pas cah ayu"

"Mboten bu"

"Oh enjeh"

Ibu warung itu lalu mengabil beberapa uang sabil menghitung kembalian untuk Agnes.

"Iki cah ayu susuke"

"Oh enggih bu matur suwun"

"Sewangsulna cah ayu"

Agnes pergi dari warung tersebut menuju tempat yang dijangjikan dengan temannya yang beberapa hari lalu berkabar.

Dulu Agnes selalu ingat pesan mendiang ibunya, kalo dia bisa bahasa krama akan lebih baik menggunakannya jika berbicara dengan orang tua.

Pada dasarnya bahasa yang digunakan sehari-hari didaerah Agnes adalah bahasa jawa kasar.

Jadi jangan heran jika dia akan berbicara kasar dengan temannya.

Karna walaupun ia dari daerah jawa bukan berarti, ia berada didaerah yang khusus dengan daerah yang menggunakan bahasa kromo inggil atau sebagainya.

Agnes menghubungi temannya lewat telfon yang ia punya.

stay here Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang