part 11

211 10 0
                                    

Beberapa bulan lebih semenjak kepergian Samudra bersama Ansell, kini kehidupan Agnes seperti biasanya setiap hari membereskan rumah tuannya yang hanya dihuni olehnya dan mbah juga si mbok.

Selama tiga bulan ini Samudra tidak pernah ada kabar sama sekali, bahkan untuk mengirim pesan pun tidak ada.
Sudah berulang kali Agnes menghubungi tuanya tapi sama sekali tidak ada jawaban.

Dan anehnya walau tuannya tidak ada, gaji yang dia dapat masih sama seperti bulan-bulan sebelumnya.

Sekertaris kenn bilang selama masih bekerja dengan tuan, jangan hawatir dengan gaji dan kebutuhan sehari-hari.

Karna sampai saat ini Samudra masih memenuhi kebutuhan penghuni yang ada dirumah ini termasuk juga kebutuhan dapur, listrik dan sebagainya.

Tapi yang membuat Agnes begitu penasaran kenapa bisa tuannya dapat memenuhi kebutuhannya bahkan masih bisa menggajinya, tapi kenapa untuk menghubunginya atau hanya sekedar memberikan kabar saja sangat susah, ada apa ini sebenarnya.

Kenapa tidak ada kabar, kenapa tidak bisa dihubungi. Apa yang sebenarnya terjadi, apa yang tuannya lakukan disana, apakah dia sehat, atau ada terjadi sesuatu pada tuannya.

Jika benar itu terjadi kenapa temannya tidak memeberi tahu siapa itu namanya ahh tuan ansell, ya benar kenapa dia tidak memberi tahu jika tidak denganku kenapa juga tidak dengan sekertaris kenn bukannya mereka bersahabat.

Lalu, untuk hanya sekedar mengabari saja tidak ada gitu, masa ia.

Agnes dikejutkan oleh ketukan pintu dari arah luar, ia menguasai lagi fikirannya yang baru saja terbang kemana-mana tentang tuannya.

Ia berjalan dan membuka pintu besar itu melihat siapa yang datang.

Ia melihat dengan jelas sosok yang berdiri di balik pintu dengan pakaian formal khas orang kantoran itu adalah sekertaris kenn.

"Eh sekertaris kenn....selamat pagi, mari masuk" ajak Agnes.

"Terimakasih nona... bagaimana kabar nona aman" tanya sekertris kenn.

"Aman" jawab Agnes " sekertaris kenn mau dibikinin apa?. Kopi, teh hangat?"

"Tidak usah nona saya kesini sebentar saja kok, hanya mampir saja tadi sekalian jalan mau kekantor"

Agnes hanya menganggukan kepala tanda mengerti. Sambil memepersilahkan duduk yang diikuti olehnya juga.

"Sekertaris kenn!" Ujar Agens yang mengambil atensi sekertaris kenn.

"Kenapa nona?" Tanya sekertaris kenn sambil mengerutkan alisnya.

"Apa tuan sudah ada kabar"
Sekertaris kenn hanya diam.

Sebenarnya inilah hal yang dia takutkan pertanyaan Agnes yang tidak bisa ia jawab dengan pasti, pertanyaan yang membuat lidahnya keluh karna harus dijawab dengan apa, dia sendiri pun bingung harus jujur atau tetap membohongi Agnes untuk selamanya.

Selama satu bulan ini Agnes memang dekat dengannya, bahkan apapun itu agnes ceritakan. Tapi, jika dengan masalah ini dia juga bingung.

Dia belum siap untuk mengatakan hal sebenar-benarnya tentang tuannya itu.

Dia juga belum mempersiapkan reaksi dan antisipasi apa yang harus dia lakukan untuk menangani reaksi Agnes nantinya.

Dia masih bingung, dan belum ada solusi tentang permasalahan ini. Yang jelas, saat ini ia harus menjaga Agnes dengan baik sebelum tuannya kembali.

Sekertaris kenn menghelan nafas kasar.

"Saya juga belum tau pasti kabar tuan disana nona, tapi yang saya tau tuan meminta saya untuk melakukan semuanya seperti ketika ada tuan sebelumnya. Jadi maaf nona, jika anda menayakan kabar tuan saya juga tidak tau kabarnya dengan pasti sekarang bagaimana, tapi jika ada sesuatu yang nona mau jangan ragu untuk mengatakannya pada saya" tutur sekertaris kenn.

Agnes sedikit menghelan nafas gusar, tepatnya dia sedikit ragu untuk mengatakan kepada sekertaris kenn tentang apa yang dia rasakan saat ini.

"Kenpa nona?, apa nona butuh batuan!"

"Begini sekertaris kenn, sejujurnya saya disinikan tidak bekerja semestinya. Saya hanya membantu mbok darmi saja, kerja saya sesungguhnyakan membantu tuan Samudra. Sedangkan tuan samudra sendiri tidak ada dirumah dan gak tau sekarang kabarnya gimana. Jadi saya fikir lebih baik saya..." perkataan Agnes dipotong oleh sekertaris kenn.

"Mau resign?" Ujar sekertaris kenn was-was.

"Jika berkenan sekertaris kenn, tiga bulan ini kasarnya saya hanya membantu mengurus pekerjaan rumah, dan saya rasa saya hanya memakan gaji buta saja" ujar Agnes.

"Kata siapa?. Nona membantu di mbok bukan!. Itu, sama saja nona bekerja"

Sekertaris kenn tidak pernah membayangkan tentang permintaan resign dari mulut Agnes. Dia lupa akan hal itu, dia lupa kapan saja Agnes bisa meminta resign pada dirinya, karna tuannya tidak ada kabar. Jika, seperti ini lalu bagaimana.

Lalu seperti apa reaksi tuannya jika asisten pribadinya meminta resign dari pekerjaannya, bagaimana reaksinya jika tau kalo dirinya mengizinkan asisten tuannya hengkang dari pekerjaannya, bagaimana reaksi tuannya jika itu benaran terjadi. Mungkin, bisa saja ia akan menemui ajalnya nanti. Engga, ini gak boleh terjadi sebisa mungkin Agnes harus tetap disini, berada dinaungannya selama tuannya tidak ada.

"Tapi sekertaris kenn, pekerjaan saya disini begitu ringan lalu kenapa masih digaji dengan utuh, padahal saya tidak melakukan pekerjaan utama saya. Bahkan beberapa bulan belakangan ini kerjaan saya hanya tidur dan makan saja, tidak ada kegiatan lain yang mengharuskan saya untuk tetap tinggal disini"

"Jika nona bosan, nona bisa jalan-jalan. Jika nona tidak ada teman boleh minta tolong ke saya. Bisa saya temani kemana nona ingin pergi"

"Tapi sekertaris kenn, saya ingin pulang saja. Saya juga kangen dengan bapak saya yang dikampung."

"Jika seperti itu, saya izinkan. tapi nona harus balik lagi kesini, karna saya tidak tau jika kalo tiba-tiba saja tuan datang dan tidak ada lagi asisten yang membantu tuan lalu siapa lagi nona. Siapa lagi yang akan membantu tuan. Akan sangat susah untuk mencari orang yang memang cocok dengan tuan. Nona tau sendiri bagaimana sikap tuan, jadi. Tolong fikirkan lagi"

Agnes yang mendengar penuturan dari sekertaris kenn lagi-lagi terenyuh tentang perasaannya. Agnes bingung dengan apa yang ia akan ambil. Benar, benar yang diucapkan oleh sekertaris kenn. Tuannya akan sangat susah untuk menerima orang baru, Agnes jadi ingat bagaimana ia mengambil hati tuannya agar bisa diterima.

Dari keegoisan tuannya, kekasaran tuannya, umbatan kasarnya yang sangat melukai hatinya. Mungkin, ada beberapa orang diluar sana yang tidak bisa menahan rasanya sakit ketika diolok, direndahkan, dicaci seperti dirinya.

Agnes menghelan nafas kasar tentang ini semua.

"Bagaimana nona?"

"Tapi saya boleh pulangkan?"

"Boleh jika nona, akan kembali kesini lagi. Saya akan izinkan bila perlu saya yang akan menghantar nona"

"Apa tidak merepotkan sekrtaris kenn?"

"Saya tidak akan pernah merasa direpotkan. Jika itu, menyangkut kesetabilitas keamanan hidup tuan. Jadi, bagaimana?"

"Saya akan pulang sekertaris kenn, dan mungkin. Saya kembali lagi"

"Baik jika nona setuju dengan ide saya, jadi, mau berapa lama nona disama?"

"Belum tau pasti sekertaris kenn. Tapi saya harap tuan pulang dengan cepat atau paling lambat memberikan kabar keadaannya disana seperti apa serta mengabarkan pulang kapan"

"Saya harap seperti itu, terimakasih nona telah membantu atas kelancaran tugas saya. Kalo begitu saya permisi untuk kekantor"

"Mari sekertaris kenn saya antar"

Agnes mengantar sekertaris kenn keluar. Setelah didepan pintu sekertaris kenn berbalik menghadap Agnes.

"Jika nona sudah siap akan pulang, kabari saya"

"Ia sekertaris kenn"

"Kalo begitu saya permisi"

Agnes melihat kepergian mobil yang ditumbangi oleh sekertaris kenn.

stay here Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang