part 20

54 8 1
                                    

Mobil mereka sudah memasuki area di rumah sakit dengan Agnes yang masih menangis, dengan kepala mbok Darmi yang masih dipahanya.

Agnes panik ketika melihat tubuh mbok darmi yang sudah mulai dingin.

"Sekertaris kenn, si mbok mulai dingin" ujar Agnes panik sambil menangis.

Sekertaris kenn yang melihat kebelakang langsung membuka pintu mobil, keluar dan membuka pintu mobil belakang.

Tanpa bicara ia langsung menggendong mbok Darmi keluar dari mobil ia berlari sambil berteriak dengan keadaan dirinya yang sangat kacau karna bekas berantem barusan.

Diikuti oleh Agnes yang mengintil padanya sambil sesenggukan.

"Tolong brankar!...." suaranya melengking dilorong rumah sakit.

Perawat yang mendengar langsung membawa brankar pasien menuju mereka dan membawa mbok Darmi, Agnes maupun sekertaris kenn mengikuti brankar si mbok.

Mbok Dibawa keruang IGD, Agnes langsung tersungkur ke lantai ketika mbok sudah masuk.

Ia menyelungkupkan kepala pada kedua kakinya, ia menangis sejadi-jadinya.

Kekertrais kenn sepertinya sedang menghubungi seseorang lewat ponsel yang ia pegang.

Setelah itu ia mendekati Agnes yang masih menangis di bawah sana.

"Nona tolong jangan menangis terus ya" ujar sekertris Kenn berjongkok.

Agnes mendongkakan kepalanya, ia langsung mendekap sekertaris kenn. Saat ini ia sedang butuh sandaran ia butuh sentuhan untuk menenangkannya.

Jiwanya perfikir apa ia akan kehilangan seseorang yang ia sayang untuk kedua kalinya.

Apa lagi, kejadian mbok Darmi terjatuh tepat terekam jelas oleh matanya.

Sekertaris kenn kaget dengan Agnes yang langsung mendekapnya, tapi tak lama ia tersadar langsung menenangkan Agnes dengan mengelus punggungnya.

"Nona sudah ya, jangan nangis lagi."

Agnes sedikit tenang, tangisnya juga sudah mulai mereda walau masih ada bekas senggukannya.

Ia melepaskan pelukan mereka, sekertaris kenn mengganti posisinya untuk duduk disebelah Agnes tidak lagi didepannya.

Walau ada kursi tunggu mereka malah memilih duduk dilantai, entah kenapa pikiran mereka kini berkecamuk.

Diantara mereka juga tidak ada yang bicara.

Agnes menaroh kepalanya pada pundak sekertris kenn dengan tatapan yang kosong entah apa yang ia fikirkan.

"Sekertaris kenn!" Suaranya parau.

"Iya nona"

"Apa si mbok akan sembuh" suara Agnes menahan tangisannya.

"Pasti nona" suara sekertaris kenn melemah.

"Saya takut kehilangannya"

"Kita berdo'a semoga si mbok bisa melewati semua ini"

Agnes menganggukan kepala.

"Si mbok hebat" suara Agnes mulai tercekat oleh tangisnya " jika bukan karna.....heh... si mbok. Mungkin, saya tidak akan berada disini. Hiks...." kini Agnes sudah tidak lagi bisa membendung kesedihannya.

"Si mbok menguatkan saya...kalo saya bisa....hiks....menyakinkan tuan. Dia......dia......dia yang menguatkan saya sekertaris kenn" ia mengelap kembali air matanya yang mulai mengalir deras.

Sekertaris kenn, yang mendengar itu juga ikut sedih.

Dia juga merasakan arti ketulusan pada si mbok, walau tidak pernah sekali ada ikatan darah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

stay here Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang