3. Their bond

1.4K 183 50
                                    

Injun masih mendengarkan penjelasan pengajar ketika ekor matanya melihat—lewat jendela kelasnya yang mengarah ke lorong ada sosok Jaemin. Tanpa pikir panjang ia menolehkan kepalanya sepenuhnya, berharap Jaemin menyadari ada yang melihatnya.

Dan berhasil, Jaemin menoleh beberapa detik setelah ia menatapnya. Injun langsung mengulas senyum lebar, yang dibalas senyum kecil oleh Jaemin.

Setelah itu Jaemin melanjutkan langkahnya, sepertinya tak mau mengganggu fokus Injun belajar.

Namun baru beberapa langkah ia melanjutkannya, suara Injun yang memanggilnya membuat ia kembali menoleh ke arah belakangnya.

"Jaemin." Injun keluar dari kelasnya dengan langkah lebar menghampirinya.

Mata Jaemin kemudian melihat bahwa pengajar di kelas Injun telah keluar, pantas saja Injun menyusulnya.

"Kelasmu sejak tadi selesai?" Tany Injun begitu ia ada di hadapan Jaemin.

"Iya."

Injun tersenyum tipis, mendapati jawaban singkat Jaemin. Ia pun kembali mengajukan pertanyaan. "Kau akan langsung pulang?"

"Aku akan melihat perpustakaan dulu." Jawab Jaemin yang berdiri berhadapan dengan Injun yang masih nengenakan kacamatanya.

Jarang ia melihat Injun mengenakan kacamata, karena anak itu hanya memakainya saat belajar atau membaca saja.

"Aku tidak bisa menemanimu hari ini, maaf." Ujar Injun penuh penyesalan.

"Tidak apa, aku tak memintamu melakukannya." Sebuah garis tipis muncul lewat bibir Jaemin ketika mengatakan hal itu, dengan diikuti kedua matanya yang berkedip sekilas tanda Renjun tak perlu mempermasalahkannya.

Injun menatap Jaemin. "Kau tidak ingin bertanya kenapa?"

"Kenapa?" Jaemin mengikuti permintaan Injun.

"Kuda milik Renjun sepertinya mengalami masalah, aku khawatir kudanya stress dan nanti Renjun kenapa-kenapa. Jadi aku harus mengawasinya." Jelas Injun.

Jaemin mengusap bahu Injun lembut. "Benar, pastikan adikmu aman."

"Iya." Injun mengangguk, kemudian saat Jaemin hendak melanjutkan langkahnya ia segera berujar.

"Kita keluar sama-sama ya?"

Ada dengusan geli yang Jaemin keluarkan, lalu mengangguk dan mengisyaratkan Injun untuk memulai langkah baru ia akan mengikutinya. Injun tak bisa menahan senyumnya.

"Bagaimana Asha?" Tanya Injun ketika mereka berjalan menuju tangga untuk turun ke lantai satu.

"Ia terlihat mulai mau belajar sekarang." Jaemin memiliki seorang adik perempuan yang beberapa bulan lalu sedang begitu gemar memberontak, ketika orangtua mereka memintanya melakukan sesuatu ia terus melawan.

Injun tersenyum mendengar ucapan Jaemin itu. Setiap mendengar Jaemin mengeluarkan lebih dari satu kata, selalu membuatnya senang karena memang Jaemin begitu irit bicara dan perlu ia yang berinisiatif banyak bicara.

Tapi anehnya sifat dingin Jaemin ini tak membuatnya dibenci banyak orang, itu justru dianggap sebagai sebuah daya tarik yang dimilikinya.

"Sebelumnya ia mengkhawatirkan keluargamu karena terlihat tak tertarik belajar, bukan?" Injun menoleh sekilas pada Jaemin.

Dan dibalas anggukan singkat oleh Jaemin. "Asha bilang ia ingin kemari juga." Maksudnya bersekolah di Xyrenys juga.

"Benarkah? Ia akan bagus berada di Avalon seperti Renjun." Injun pernah bertemu Asha, ia gadis cantik yang menurutnya akan cocok menggunakan sihir pesona juga seperti Renjun.

Elderspire ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang