"Renjun, aku teringat ada sihir lain yang datang ke rumahmu hari itu." Jeno mencoba mengalihkan pembicaraan.
Selain itu memang Jeno juga penasaran dengan apa yang terjadi hari itu pada Injun karena ia mendengar pekikan keras dari kamar saudara Renjun itu.
Namun saat ia hendak melihat, ternyata Jaemin pun diusir Renjun secara terang-terangan. Dan semenjak hari itu Jeno belum memiliki kesempatan untuk menanyakan hal itu.
Renjun tak langsung menjawab, ia terlihat mengingat atau memikirkan sesuatu sebelum menjawab. "Itu, orang-orang mengatakan itu penyihir Mavi."
Penyihir Mavi. Jeno pun tau dan pernah mendengarnya.
Ada kabar bahwa penyihir itu memang lebih sering mengacau, dulu Jeno pernah mendengar juga kalau penyihir itu mengacaukan hutan kayu merah dengan sihirnya.
Tak ada yang tau penyebab penyihir itu mengacau atau marah karena apa, karena setiap ada kejadian itu tak ada hal yang sama yang bisa dijadikan tali penghubung bahwa penyebab penyihir itu mengamuk karena apa.
Semua hal yang terjadi seolah tanpa alasan karena selalu terkesan tiba-tiba. Bahkan ada yang mengatakan penyihir Mavi hanyalah anak kecil yang masih labil dan memainkan kekuatan sihirnya seenaknya.
"Kau pernah penasaran tidak dengan penyihir satu itu?" Tanya Jeno.
Pandangan Renjun menerawang, memikirkan jawabannya. "Sedikit." Jawabnya.
"Kenapa Jeno, kau penasaran atau ada hal lain?" Renjun bertanya balik.
Jeno mengerutkan dahinya. "Hal lain?"
"Ya, orang-orang bilang kalau kau bisa menjadi lebih akrab dengan penyihir Mavi kau bisa meminta apapun padanya mengingat ia begitu pandai dalam kekuatan sihir." Renjun tertawa dengan hal yang ia katakan sendiri.
"Bukankah itu lucu? Karena tak mungkin ada yang bisa mengabulkan apapun." Renjun masih terkekeh kecil.
"Setiap sihir pasti ada kekurangannya, tak mungkin ada penyihir sesempurna itu."
Jeno mengangguk setuju. "Aku penasaran dengan alasan-alasan ia mengacau itu, karena semua alasannya tak pernah ada yang benar-benar sama."
____________
Setelah percakapannya dengan Jeno tadi, Injun bisa merasakan ada kepuasan tersendiri karena akhirnya bisa menggertak sosok itu.
Sejak ia mendengar dan mengetahui bahwa sebenarnya Jeno tak pernah benar-benar mencintai Renjun, Injun selalu merasa ingin menghajar anak itu karena berani mempermainkan Renjun yang jelas-jelas mencintainya.
"Injun."
Panggilan itu membuat Injun mengerjap terkejut, karena tak membayangkan bahwa suara itu akan memanggilnya lebih dulu.
Injun baru kembali dari ruangan pengajar setelah memberi alasan mengenai ketidakhadirannya beberapa hari lalu di kelas praktek. Dan ketika keluar ruangan, bertepatan dengan Jaemin yang terlihat berjalan ke arahnya. Mungkin Jaemin juga ada urusan ke ruangan pengajar.
"Aku sempat ingin melihatmu hari itu, tapi Renjun melarangku."
Kalimat yang Jaemin ucapkan itu benar-benar terhitung panjang dari biasanya ia berbicara dengan Injun.
"Aku juga sempat merasakan energi asing itu, penyihir Mavi benar?" Jaemin juga mendengar itu secara tak sengaja dari percakapan Renjun dan Jeno tadi.
Melihat Injun yang masih diam di hadapannya tanpa menjawab apapun Jaemin hanya bisa meremas tangannya sendiri, ia benar-benar tak biasa banyak berbicara seperti ini dan rasanya cukup asing karena biasanya ia selalu kebingungan dengan pilihan kata apa yang harus ia gunakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elderspire ✔
FanfictionNORENMIN JENO - RENJUN - JAEMIN [noren-jaemren] ⚠️ bxb mature