7. Forced

723 149 70
                                    

Renjun berjalan menuju kamar kembarannya, setelah mengetuk pintu sekali ia langsung membukanya. "Kau sudah tidur?"

Dan ketika ia membuka pintu, ia bisa melihat Injun yang hanya tengah berbaring—berjauhan dengan buku. Tak seperti biasanya.

"Kau terlihat lebih normal." Ujar Renjun sembari memasuki kamar kembarannya itu.

Injun terkekeh, kemudian bertanya geli. "Karena buku?"

"Ya." Jawab Renjun.

Setelah itu Renjun ikut berbaring di atas ranjang saudaranya, hingga kemudian Injun bertanya.

"Tadi ada pengurus Xyrenys yang datang kemari?" Injun tadi mendengar bahwa pihak Xyrenys baru mengembalikan kuda milik Renjun, karena sebelumnya kondisinya masih mengkhawatirkan untuk dibawa pulang.

Renjun mengangguk. "Iya, tadi mereka menyimpan kuda milikku. Perawatannya ternyata cukup bagus, kudaku benar-benar membaik. Sepertinya dibanding Judy, perawatan dari Xyrenys lebih baik."

Injun mendengus mendengar ucapan adiknya. "Aku dengar ada Jeno juga."

"Benar." Jawab Renjun.

"Kau tak menemuinya?" Karena biasanya jika Renjun menemui Jeno, anak itu akan perlu banyak waktu untuk saling berbicara. Tapi sekarang Renjun justru ada di kamarnya, yang artinya memang Renjun tak menemui Jeno.

"Kita baru bertemu tadi di sekolah." Sahut Renjun dengan malas karena harus begitu sering bertemu Jeno.

Injun termenung, bagaiamana pun jika dilihat kembali Jeno kadang terlihat lebih baik dari Jaemin. Jeno melakukan semuanya dengan begitu totalitas, dan sering menemui Renjun.

Berbeda dengan Jaemin yang tak pernah berinisiatif menemuinya lebih dulu, bahkan Jaemin selalu terlihat tak masalah ketika mereka sudah lama tak berbicara lama. Sementara Injun selalu merasa bahwa mereka perlu untuk terus saling berbicara demi keberlangsungan hubungan mereka.

"Renjun, bagaimana dengan pelatihan dari Anne." Injun teringat salah satu pembimbing mereka berdua.

"Aku sudah tak mau mengikutinya." Renjun berujar pasti.

"Tapi itu untuk pengendalian emosi." Anne adalah wanita yang papanya jadwalkan untuk datang ke rumah seminggu sekali untuk membantu Injun dan Renjun lebih pandai mengendalikan dirinya juga agar sihir yang mereka kuasai lebih baik lagi.

Renjun mengedikkan bahunya. "Aku percaya diri dengan emosiku sendiri."

Ia lalu menatap Injun. "Kenapa? Kau sedang merasa ada yang salah?"

Injun merasa kadang emosinya sangat tak stabil, berhadapan dengan Jaemin yang seperti itu terkadang terasa perlu banyak kesabaran sementara ia pikir kini dirinya mulai berada di ujung kesabarannya. Entah berapa waktu lagi ia bisa saja meledak

Pagi itu Injun merasa lebih bersemangat lagi ketika papanya mengabarkan kalau dalam minggu ini mereka akan ada kunjungan ke kediaman keluarga Jaemin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pagi itu Injun merasa lebih bersemangat lagi ketika papanya mengabarkan kalau dalam minggu ini mereka akan ada kunjungan ke kediaman keluarga Jaemin. Untuk peringatan kematian kakek Na.

Elderspire ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang