Jeno selalu merasa bahwa langkahnya begitu ringan dan menyenangkan ketika ia berjalan menemui Renjun, kekasihnya yang cantik. Tapi semenjak tau bahwa Renjun mengetahui awal mula tujuan ia mendekatinya, Jeno merasa langkahnya menjadi terasa berat.
Bukan karena ia tak menyukai bertemu Renjun, melainkan karena ia begitu putus asa dengan cara agar Renjun percaya bahwa sekarang Jeno bersungguh-sungguh dalam menyayangi Renjun.
Seperti yang Injun katakan, bahwa Jeno terjebak dalam permainannya sendiri.
Biasanya setiap matanya bertemu dengan mata Renjun, Jeno selalu merasakan kekaguman karena mempesonanya sosok Renjun itu. Tapi sekarang begitu matanya bertemu tatap dengan mata Renjun, Jeno justru diliputi rasa bersalah karena membuat sosok itu merasakan sebuah pengkhianatan atas apa yang sempat Jeno lakukan dengan memulai hubungan mereka atas dasar keuntungan untuk Jeno sendiri.
Renjun tersenyum cantik seperti biasanya begitu matanya melihat Jeno yang menghampirinya, tangannya langsung meraih rahang Jeno dan lebih dulu mencium bibir dominan itu.
"Kau selalu menyukai Avalon, jadi lebih baik kita disini sebentar sebelum ke tempat lain ya?" Renjun tersenyum cantik.
Tak ada yang berubah dari Renjun, anak itu tetap bersikap manis dan mesra pada Jeno. Anak itu tak pernah mengungkit apapun, tak pernah mengomentari perubahan Jeno sekalipun.
Tapi justru itulah yang membuat Jeno—tak tenang. Renjun benar-benar biasa, tak mempermasalahkan apapun. Tak terlihat memiliki keinginan untuk meluruskan dan meminta pada Jeno untuk memperbaiki kesalahan yang diperbuat Jeno. Artinya Renjun tak peduli pada hubungan mereka, dan Jeno dibuat mencelos dengan pikiran itu.
Apa ini yang selalu Renjun rasakan ketika tak menemukan ketulusan pada matanya dulu?
Jeno pun mengikuti langkah Renjun dengan tak keberatan, dengan pandangan sendu yang mengarah pada kekasihnya. Jeno selalu terlihat kosong dan putus asa, ia benar-benar buntu dengan apa yang harus ia lakukan untuk meyakinkan Renjun.
Kini Renjun berbaring diatas rumput tanah avalon dengan berbantalkan paha Jeno, tangannya memainkan sihir avalon pada dedaunan yang masih menggantung di ranting pohon yang ada di atasnya dan Jeno.
Posisi Jeno duduk saat ini memang bersandar pada salah satu pohon yang ada disana. Mata Jeno tak lepas dari wajah Renjun yang terlihat berseri ketika memainkan sihirnya, tangan Jeno memainkan surai putih milik Renjun.
"Bagaimana white?" Jeno membuka suara, karena sejak tadi ia belum mengajak berbicara kekasihnya itu.
Renjun mengangguk. "Ia ada di rumah. Akhir-akhir ini ia sering di rumah dari pada di gedung tua."
"Ia terlihat waspada ketika aku ke rumahmu tempo hari."
Kekehan Renjun terdengar. "Kau tak sedang berpikir ia seperti itu padamu saja kan?"
"Mungkin instingnya tau aku pernah memiliki maksud buruk padamu."
"Jaemin tak pernah memiliki maksud buruk pada Injun, tapi ia juga mendapat white sinis padanya."
Setelah mendengar itu Jeno hanya mengangguk dengan sambil bergumam.
Beberapa saat Jeno diam memperhatikan permainan sihir Renjun, hingga kemudian ia merasakan dorongan untuk mengatakan ini.
"Kakakku seorang penjahat, ia pembunuh dan juga banyak catatan kriminal lainnya tentang kakakku yang satu itu."
Gerakan Renjun yang tengah memainkan sihirnya kini berhenti, ia menatap Jeno dari posisi berbaringnya itu.
"Kalau suatu hari nanti kabar itu akhirnya tak bisa ditutupi, jangan pernah menemuiku lagi. Kau bisa mengatakan pada semua orang bahwa hubungan kita berakhir jauh sebelum itu." Suara Jeno nyata sekali berupa permohonan.
Dan Renjun melihat itu juga di mata Jeno.
"Lakukan apapun untuk melindungi nama keluargamu." Jeno mengusap kepala Renjun.
"Jangan mau terhubung lagi dengan keluargaku." Ada pahit yang Jeno rasakan saat mengatakan itu.
Jeno menatap mata Renjun yang sejak tadi menatapnga juga. "Aku tak mau nama Huang terseret buruk karena kau yang diketahui memiliki hubungan denganku." Ujar Jeno dengan tulus.
"Jeno.." Panggil Renjun lirih, ia bangun dari posisinya agar bisa duduk menatap kekasihnya itu.
"Kakakmu benar-benar brengsek." Renjun memaki tiba-tiba.
Ia luar biasa kesal pada kakak Jeno yang bahkan rupanya belum pernah ia ketahui itu, karena sosok itu Jeno harus berusaha menyembunyikan busuknya sifat si kakak, karena sosok itu Jeno harus mendekatinya bukan dengan awalan ketulusan. Renjun benar-benar benci pada kakak Jeno itu.
Secara tak langsung sosok itu juga yang membuat hubungannya dan Jeno seperti ini, diliputi ketidakpercayaan, semuanya menjadi terasa seprti kebohongan.
Cinta Renjun pada Jeno rasanya tetap sama, entah kenapa. Padahal ia telah mengetahui kenyataan itu, telah mengetahui bahwa awal mula pendekatan Jeno padanya memang untuk memanfaatkannya, bahwa memang awalnya Jeno tak tulus saat bersamanya.
Dan setelah mendengar pembelaan Jeno, penjelasannya, juga melihat upayanya, Renjun belum bisa semudah itu menaruh seluruh percayanya pada Jeno.
"Jeno, kau tau, aku melihat semuanya dari mata mu. Kalau kau terus memberiku tatapan bersalah dan sendu, dimana aku bisa melihat ketulusanmu?" Karena iya, Renjun belum juga menemukan ketulusan itu di mata Jeno.
Sosok itu hanya terus memberinya tatapan bersalah, kemudian mengenai sikap Jeno, sejak dulu pun ia selalu memperlakukan Renjun dengan baik, tak pernah ada yamg berubah. Karena itulah Renjun menunggu waktu dimana ia bisa memberikan kepercayaannya pada Jeno disaat ketulusan itu nampak pada mata Jeno, pada tatapan yang terarah padanya.
"Berhenti menatapku dengan rasa bersalah." Ujar Renjun.
Mendengar penuturan Renjun itu, Jeno merasa begitu ringan. Renjun seolah mengatakan ia tengah memberi Jeno kesempatan, dan membuka dengan terang-terangan bagaimana cara agar Jeno bisa meyakinkan Renjun tentang perasaannya.
Hal itu nyaris membuat Jeno tak percaya, tapi begitu melihat tatapan lekat Renjun. Jeno tak bisa untuk tak mendekat pada Renjun dan menciumnya dengan penuh damba.
Jeno akan meyakinkan Renjun dengan lebih baik lagi, ia akan menunjukkan bagaimana ia begitu mencintai sosok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elderspire ✔
ФанфикNORENMIN JENO - RENJUN - JAEMIN [noren-jaemren] ⚠️ bxb mature