"Dan apa kau pikir aku hanya akan diam jika kau menjadi iparku?" Injun melihat bagaimana keterkejutan itu muncul di wajah Jeno, sepertinya ia benar-benar tak menyangka bahwa Injun mengetahui ini.Jeno tanpa sadar menelan salivanya sebelum mencoba menyangkal. "Aku tidak seperti itu."
"Aku mencintai Renjun." Ujarnya dengan harapan Injun mempercayai itu.
Karena Injun terlihat mengeraskan rahangnya menahan kesal. "Kau tidak mencintai adikku."
"Kau hanya menyukai perannya untuk keselamatan namamu." Ujar Injun sambil mengepalkan tangannya.
Dulu Injun mengetahui hal ini ketika ia dan Jaemin baru kembali dari perpustakaan inkwell—Injun yang menyusul Jaemin kala itu. Dan secara tak sengaja mereka melihat Jeno dan kakaknya terlihat terlivat pembicaraan yang mencurigakan.
Injun dan Jaemin curiga karena saat itu mereka melihat bagaimana Jeno yang berlari panik pada kakaknya, kemudian kata yang pertama terdengar jelas oleh mereka adalah nama keluarga Huang.
Jaemin yang semakin curiga akan itu dengan segera menarik Injun untuk bersembunyi, dan menguping pembicaraan yang melibatkan nama keluarga Injun.
"Papa mengatakan kakak mulai berkeliaran lagi." Itu suara Jeno.
Lalu suara lain terdengar. "Tidak apa, selama kau terikat dengan keluarga Huang kita akan baik-baik saja. Orang lain tak akan berani mengucilkan kita, apalagi mereka tak akan percaya keluarga kita memiliki cacat karena kau terikat dengan salah satu putra keluarga Huang." Ini suara kakak Jeno yang memang salah satu pengurus kelas inkwell.
"Keluarga Huang terkenal dengan keluarga bersih dan baik-baik, semua orang selalu menganggap orang baik-baik hanya akan bersama orang yang sama baiknya." Lanjut kakak Jeno itu.
Sejak hari itu, Injun mencari semua latar belakang dan cerita keluarga itu yang memang ada beberapa hal yang sulit ia temukan.
Dan Injun menemukan catatan kotor kakak sulung Jeno, kemudian mengingat lagi percakapan antara Jeno dan kakak keduanya. Injun pun mulai paham, bahwa Jeno memang hanya memanfaatkan Renjun tanpa benar-benar mencintainya.
Setelah mengetahui hal itu, Injun tentu bingung cara memberitau Renjun bagaimana. Karena ia tau Renjun akan sakit hati jika ia memberitau kenyataan itu, tapi jika dibiarkan pun Injun yakin Renjun lebih sakit hati.
Akhirnya Jaemin menyarankan untuk membuat Renjub melepas sendiri Jeno, dengan cara mengumpulkan banyak bukti catatan kakak Jeno serta bukti nyata lain tentang Jeno yang hanya memanfaatkan Renjun.
Hal pertama sudah mulai Injun kumpulkan, tapi untuk membuktikan pada Renjun bahwa Jeno hanya memanfaatkannya, itu tentu hal yang paling sulit. Injun belum menemukan cara agar Renjun percaya tanpa harus menganggap itu hanya bualan belaka.
"Aku selama ini diam bukan karena membiarkanmu untuk terus membohongi Renjun." Tentu ada alasan mengapa Injun memilih menahannya dulu sendirian selama ini.
"Kau akan melihat sendiri bagaimana Renjun melepasmu dan aku akan membuatmu kesulitan menyembunyikan buruknya namamu tanpa Renjun." Raut Injun kembali terlihat lebih cerah, ia terhibur hanya dengan membayangkan bagaimana nantinya Renjun mengetahui aslinya Jeno.
Jeno masih mencoba mengelak. "Tak ada masalah dengan nama baikku, kau hanya mengatakan omong kosong."
Injun mengabaikan semua yang keluar dari mulut Jeno, ia mencoba keluar kelas lagi tapi Jeno kembali menahannya.
Mata Injun membalas tatapan Jeno, kemudian kembaran Renjun itu tersenyum— senyum yang sebelumnya tak pernah ia perlihatkan pada Jeno. "Kau tak perlu khawatir, Jeno. Aku tak akan memberitau Renjun.."
"..setidaknya untuk sekarang" Injun terkekeh geli setelah mengatakannya.
"Kau tau sendiri aku selama ini pun aku bungkam tentang ini, jadi kau bisa percaya padaku." Injun berjalan meninggalkan Jeno yang kini menatap kosong kepergian Injun dengan tangan terkepal erat.
"Kau lama." Protes Renjun ketika melihat Jeno baru menghampirinya, padahal ia sudah hampir selesai dengan makan siangnya.
Jeno duduk di samping Renjun kemudian mengecup pelipisnya lama. "Aku mencintaimu." Bisiknya lembut.
Renjun tersenyum dan balas mengecup bibir Jeno. "Aku tadi bertemu Jaemin yang menanyakan Injun." Ia mulai bercerita dengan raut kesalnya, mengingat yang ia bicarakan adalah sosok Jaemin.
"Aku tak menjawab dan ia justru menahanku juga berbicara banyak padaku." Renjun menghembuskan napasnya. "Ternyata ia bisa mengomeliku, Jeno. Kupikir ia tak bisa mengatakan kalimat sepanjang itu."
Tangan Jeno mengusap bahu Renjun yang berada dalam rengkuhan lengannya, menenangkan amarahnya. "Apa yang ia katakan, hm?" Tanya Jeno lembut.
"Ia tak keberatan perjodohannya dibatalkan tapi jangan membuat Injun jauh darinya. Apa-apaan?! Ia yang pertama menjauh dari Injun, sampai Injun berpikir Jaemin tak menyukainya. Sekarang tinggal ia yang merasakan kesulitan dari akibat ulahnya sendiri." Ujar Renjun dengan segala emosi yang tersampaikan lewat rautnya.
"Kau belum bertemu Injun?" Tanpa sadar Jeno bertanya was-was.
Renjun menggelengkan kepalanya. "Aku hanya melihatnya saat pagi kita berangkat." Jawabnya jujur.
Jeno menatap Renjun lama, sebelum kembali mengucap tanya serius. "Renjun, kau selalu percaya apa yang kembaranmu katakan?"
"Huh?" Renjun mengerutkan dahinya bingung, kenapa kekasihnya terasa begitu aneh.
"Apa yang Injun katakan padamu kau selalu percaya?" Jeno bertanya ulang dengan kekhawatitan yang terselip disana.
"Tentu, aku dan Injun saling percaya." Jawab Renjun meski masih setengah kebingungan dengan tingkah Jeno ini.
Jeno menelan salivanya. "Apa ada kemungkinan kau tak mempercayainya?"
Renjun menyipitkan matanya. "Ada apa, Jeno?" Renjun mencoba menanyakannya.
"Aku memang kadang merasakan kau dan Injun tak memiliki hubungan yang baik, tapi aku tak tau apa penyebabnya." Ujar Renjun.
"Dan sebenarnya ada apa?" Ia menatap Jeno penuh tanda tanya.
Jeno mengulas senyum untuk Renjun. "Percaya saja kalau aku mencintaimu."
Ketika Jeno memberinya kecupan basah di bibir, Renjun hanya diam dan masih menatap Jeno dengan bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elderspire ✔
FanfictionNORENMIN JENO - RENJUN - JAEMIN [noren-jaemren] ⚠️ bxb mature