6. Behind that

788 154 54
                                    

"Bagaimana tadi Jeno?" Renjun selalu bertanya tentang keseharian Jeno saat di kelas pada Injun.

Kini keduanya sudah duduk di kursi berhadapan yang ada di aula besar milik Xyrenys, yang biasa dipakai makan siang para murid dan pengajar.

"Ia memperhatikan seperti biasanya." Jawab Injun.

Renjun mengangguk, kemudian kembali bertanya. "Minggu lalu saat di hutan bagaimana?"

"Ia nyaris menguasainya." Injun kembali menjawab seadanya.

Sebenarnya Renjun sadar hal itu, bahwa kakak kembarnya kadang terlihat tak begitu suka saat mereka membahas Jeno. Meski memang Injun tak pernah dengan terang-terangan juga menunjukkan ketidaksukaannya, tapi Renjun bisa merasakannya dari sahutan seperlunya juga raut yang tak begitu tertarik setiap membicarakan Jeno.

Kalaupun Injun yang mendahului membahas dan menyebut nama Jeno, Renjun taunitu hanya sekedar basa-basi agar Renjun tak menyadari ketidaksukaannya. Meski tetap saja Renjun sadar itu.

"Minummu." Tiba-tiba ada Jeno yang menyimpan satu gelas minum di hadapan Renjun, kemudian duduk di samping kekasihnya.

Sementara Injun hanya melihatnya sekilas sebelum kembali melanjutkan acara makannya.

"Jaemin tak kemari?" Jeno mencoba berbasa-basi pada Injun yang langsung menggelengkan kepalanya.

Jeno pun setelahnya hanya mengangguk, lalu kembali beralih pada Renjun.

"Jadi kan hari ini?" Tanya Jeno, tangannya memainkan surai Renjun yang mencapai tengkuk.

Renjun balas memainkan jarinya di atas hidung tinggi Jeno. "Kau begitu kukuh mengajakku pergi." Ujar Renjun.

Suara kekehan Jeno terdengar. "Terakhir kita pergi bersama adalah hanya saat kita pergi ke danau di Avalon."

"Dan itu sudah lama." Lanjut Jeno, kemudian menarik pinggang Renjun mendekat.

Ketika jarak keduanya semakin dekat, Renjun selalu menggunakan kesempatan itu untuk menatap mata Jeno dengan lekat. Mencari apapun yang bisa ia temukan lewat tatapan itu.

Mengenai hubungannya dengan Jeno, itu dimulai setahun yang lalu. Sebelumnya Jeno tak banyak ia ketahui keberadaannya, tapi sosok itu terus berusaha dekat dengannya sejak perkenalan di aula utama ketika mereka pertama kali masuk Xyrenys.

Renjun tau bahwa Jeno adalah salah satu anak keluarga bangsawan terkenal, dan ia memiliki dua orang kakak, Renjun tau kakak kedua Jeno yang memang aktif sebagai pengurus Xyrenys. Sementara kakak sulung Jeno, Renjun tak pernah mendengar bagaimana keberadaannya dan pekerjaannya. Ia juga belum seberani itu untuk bertanya terlalu jauh tentang keluarga Jeno pada kekasihnya tersebut.

Dulu Jeno mengungkapkan kalimat cinta padanya diantara banyaknya orang yang berada di sekitar mereka, iya Renjun cukup kagum dengan kepercayaan diri Jeno kala itu.

Padahal bisa saja Jeno berpikir ada kemungkinan ia menolak pernyataan cintanya, tapi Jeno tetap dengan berani mengungkapkannya di depan banyak orang.

Tapi memang sepertinya Jeno sudah sadar juga kalau Renjun pun menaruh rasa, maka dari itu ia begitu percaya diri. Lagi pula memangnya bagaimana cara Renjun tak jatuh hati pada Jeno disaat sosok itu begitu menyenangkan.

Setelah mendengar tentang rencana Renjun dan Jeno yang hendak pergi kencan, Injun pun jadi memikirkan hal tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mendengar tentang rencana Renjun dan Jeno yang hendak pergi kencan, Injun pun jadi memikirkan hal tersebut. Ia dan Jaemin tak pernah memiliki sebuah hari dimana mereka sengaja pergi berdua.

Adapun mereka bisa berbicara pasti itu di sekolah, atau ketika Jaemin memang datang berkunjung dengan keluarganya. Dan itu tak bisa dikatakan waktu untuk mereka berdua, karena Jaemin sangat jarang sengaja mengambil kesempatan untuk bisa berduaan dengan Injun.

"Jaemin, pulang nanti kau sibuk?" Injun menahan langkah Jaemin sebelum sosok itu berhasil keluar kelas.

Injun memang sejak beberapa menit yang lalu sudah menunggu kelas Jaemin bubar disana.

"Aku akan menemani Asha." Jawab Jaemin.

Jaemin benar-benar selalu terasa sibuk di mata Injun.

"Bisakah kau telat sedikit?" Tanya Injun penuh harap.

Dan hal itu berhasil mengundang satu kerutan bingung di dahi Jaemin. "Ada apa?" Ia bertanya balik.

"Aku ingin kita pergi ke sekitaran sungai dekat Avalon, Renjun bilang disana ada beberapa kebun buah." Jawab Injun dengan senyumnya, mendengar Jaemin yang bertanya balik dengan nada ingin tau saja sudah cukup membuatnya memiliki harapan.

"Kau tak memiliki buku yang harus kau baca?" Jaemin menatap Injun.

Sementara itu Injun diam-diam menghela napasnya, Injun tau maksud pertanyaan itu, Jaemin sedang berharap Injun membatalkan ajakannya karena teringat ada hal yang harus ia kerjakan. Tapi sayangnya Injun sekarang ingin lebih berusaha untuk bisa lebih dekat dengan Jaemin.

Tak mungkin disaat perjodohan mereka sudah berjalan setahun, tapi ia dan Jaemin belum juga sedekat itu.

"Tidak, aku telah menyelesaikannya kemarin." Jawab Injun masih mencoba tersenyum.

"Kita tak pernah pergi berdua Jaemin." Lanjutnya dengan sabar, meski dihadapannya adalah sosok yang hanya berdiri dengan raut dinginnya.

"Kau tidak takut sesuatu terjadi padamu disana?" Tiba-tiba Jaemin bertanya seperti itu.

Kali ini Injunlah yang mengerutkan dahinya. "Bukankah aku denganmu?"

Dan Jaemin mengatupkan bibirnya.

"Apa jika terjadi sesuatu padaku, kau tak akan menolongku?" Tanya Injun memastikan apa yang ia tangkap dari pertanyaan Jaemin barusan.

"Bukan, maksudku—"

Injun tak berharap lebih dengan lanjutannya, tapi melihat sendiri bagaimana Jaemin begitu kesulitan menemukan kata untuk membela diri membuat Injun mencelos kecewa. Jaemin benar tak memiliki pikiran untuk selalu melindunginya?

"Bagaimana? Mau kan?" Injun pun memutus keheningan itu dengan mencoba tetap memasang senyumnya.

Tapi begitu jawaban Jaemin itu terlontar dari mulutnya, senyum Injun lenyap detik itu juga tanpa ia tutup-tutupi.

"Kapan-kapan saja ya, Injun?" Meski tangan Jaemin mengusap lembut kepalanya, hal itu tak membuat perasaan Injun menghangat.

Karena ia tau, jawaban Jaemin itu adalah sebuah kebohongan. Saat Jaemin mengatakan kapan-kapan, tak pernah ada keberangkatan yang mereka lakukan kedepannya.

Elderspire ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang