41-cerai?

181 25 7
                                    

Menunggu kesembuhan Rasha dan penyelesaian masalah, sekarang tibalah waktu dimana keluarga Bian dan Olivia dipertemukan. Semuanya berkumpul di satu tempat yang sama, di rumah keluarga Olivia berada.

Semenjak kejadian di rumah sakit, Olivia dibantu Lukas dan dua putri kembarnya keluar dari kediaman suaminya. Barang yang cukup penting baginya sudah selesai dipindahkan ke kediaman keluarganya. Sedangkan keluarga Bian sengaja datang hari ini untuk mendiskusikan kembali mengenai keputusan Olivia beberapa waktu lalu.

Semua duduk melingkar di ruang tamu, kecuali Shani yang memang kondisi kesehatannya sedang tidak baik-baik saja. Satu persatu saling memandangi, sebelum akhirnya Paulino Haven. Papa dari Olivia yang sudah lama tinggal di Jerman, negara di mana Olivia dilahirkan.

"Jadi niat kalian, keluarga William datang kesini untuk apa?" ditatapnya satu persatu anggota keluarga William, besannya. "Untuk menyakiti putri tunggal saya kah?" Mendengar itu beberapa orang merasakan sakit yang teramat pada hatinya.

"Kami datang kesini untuk memastikan keputusan Olivia, Pa" jawab Bian terus menunduk, sudah terlanjur malu dirinya dihadapan papa mertuanya.

"Kamu terus menunduk karena malu, tapi kamu masih dengan berani panggil saya 'pa'. Malu kamu terlalu setengah-setengah, Bi" balas Paul dengan penuh wibawa, kemudian ditatapnya putri tunggalnya. "Gimana, Oliv?" Semarah apapun dirinya, Paul tetap mengutamakan keputusan putrinya.

Dengan mata yang sembab karena sepanjang malam dihabiskan dengan menangis, Olivia pun membalas tatapan penuh kasih laki-laki yang menjadi cinta pertamanya. "Olivia yakin sama keputusan awal, Pa"

Daniel dengan begitu cepat menatap mamanya. Ternyata do'a dan harapannya tak berhasil diiyakan Tuhan. "Mama yakin?" Daniel masih ingin mencoba bernegosiasi dengan wanita paruh baya yang ternyata bukan mama kandungnya.

"Maaf, Niel mama sudah terlanjur sakit. Papa mu jauh lebih mencintai wanita yang melahirkan kamu, dibanding mama. Yang berkorban di sini ga cuma mama, tapi saudara-saudara tiri kamu. Mereka memilih buat mengalah sama kamu, anak yang lahir karena alasan cinta." sesak dada Olivia mengatakan itu, tangannya terus menerus dielus-elus kedua putra kandungnya.

"Daniel..." yang menoleh tak hanya Daniel, namun juga semua orang yang ada di ruang tamu. "Maaf selama mama ngerawat kamu, mama belum bisa kasih yang terbaik. Banyak hal yang belum bisa mama kerahkan selama ngerawat kamu, bahkan mama ga bisa jadi figur mama yang ngerti perasaan kamu. Mama juga ga bisa bela kamu waktu kamu harus dijodohin waktu itu." Daniel terus menerus menggeleng mendengar penuturan Olivia, tak lama ia pun menangis dan menghampiri Olivia.

"Maafin Daniel, Ma. Maafin Daniel. Dengan kehadiran Daniel, mama malah semakin terluka. Maaf, Ma..." Daniel bersimpuh di hadapan Olivia, kepalanya terus menunduk karena tak berani menatap kedua adiknya yang ikut tersiksa karena kehadiran dirinya.

"Daniel... Tatap mama," titah Olivia dan dengan cepat Daniel melakukannya. "Mama maafin kamu, mama sudah maafin kamu, tapi mama boleh nitip pesan ke kamu?" Daniel mengangguk dengan cepat. "Cintai Indah. Jaga dia, sayangi dia, dan mulai perbaiki rumah tangga kamu. Meskipun pernikahan kamu berawal dari perjodohan yang kamu sendiri ga suka dan terpaksa harus kamu lakukan, tapi kamu harus bisa buat pernikahan kamu ini berhasil. Jangan seperti pernikahan mama dan papa mu, maaf mama ga bisa cegah perjodohan kamu waktu itu." Air mata Daniel tak henti-hentinya mengalir keluar karena perkataan mamanya.

"Daniel janji bakal buat keluarga kecil Daniel berhasil seperti permintaan mama, tapi mama ga usah cerai ya sama papa? Kita tata semuanya lagi dari awal," mohonnya, lalu berbalik menatap istrinya yang tengah terduduk ikut memandangi dirinya. "Mama bentar lagi punya cucu loh... Ini cucu pertama mama, waktu itu mama juga udah janji bakal bantu Indah rawat bayinya. Ayo tepatin janji mama itu," dengan penuh semangat Daniel menghapus air matanya, merubah suasana sekitarnya menjadi menyenangkan dengan mengingatkan Olivia pada janjinya ketika mendengar kabar Indah hamil waktu itu.

The William Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang