"Kakak, sebentar lagi aku mau naik kelas 5!"
Suasana di teras milik kediaman keluarga Johanson tampak riuh oleh perbincangan yang begitu hangat terjalin di antara Yuri, Ben, dan Yelena. Berbeda dengan kesan pertama yang Yuri dapat dari Yelena, ternyata anak perempuan itu sangat periang dan cerewet. Sorot matanya tampak datar setiap kali melihat orang lain, namun manik kehitamannya akan berbinar setiap kali berbicara dengan Yuri. Kedua tangannya bahkan tidak pernah bisa diam. Yelena akan memanfaatkan setiap kesempatan untuk menggandeng tangannya. Membuat Yuri merasakan kehangatan melalui sifat cerianya itu.
"Oh ya? Baguslah, Yelena cepat tumbuh besar ya," puji Yuri, seolah ia telah menyaksikan pertumbuhan Yelena.
"Tinggiku juga sudah 150 cm lho! Anak-anak lain cuma sampai 140 an," sambung Yelena, "kata ibu, aku bisa jadi model karena aku tinggi!"
Yuri terkekeh melihat bagaimana Yelena membanggakan diri dengan menggebu-gebu. Menggemaskan sekali, sudah lama ia tidak berinteraksi dengan anak kecil yang seceria ini. Yuri tiada hentinya menyunggingkan senyuman saat melihat seorang anak yang mirip sekali dengan mendiang adiknya. Terima kasih kepada Ben karena telah mempertemukannya kembali dengan Yuna di kehidupan ini. Yuri bisa berinteraksi lagi dengan sang adik, setelah di kehidupan sebelumnya ia terlalu sibuk dengan urusannya sendiri dan mengabaikan Yuna.
Di saat seperti ini, Yuri kembali merasakan penyesalan di dalam benaknya.
Apakah kehidupannya kali ini memang diperuntukkan padanya supaya Yuri bisa memperbaiki semuanya? Ia telah dipertemukan oleh reinkarnasi dari orang-orang terdekatnya. Jika memang begitu, maka Yuri akan merangkul adik tercintanya ini. Keluarga yang dulu selalu ia curigai dan ia campakkan.
"Lalu kata ibu-"
Celotehan Yelena terhenti saat ia merasakan ada sebuah tangan yang mengelus kepalanya. Membuatnya menoleh ke arah si pelaku. Rupanya, Yuri yang melakukannya seraya menatapnya dengan begitu lembut hingga kedua matanya tampak berkaca-kaca. Yelena tertegun melihat ekspresi itu. Walaupun ia hanyalah anak kecil, Yelena bisa menangkap adanya rasa rindu yang tersirat dari tatapan Yuri.
Seolah gadis itu tengah bertemu dengan orang yang sudah lama dirindukannya.
"Kau pasti akan tumbuh menjadi wanita yang hebat," ujar Yuri, "aku jadi tidak sabar melihatmu tumbuh dewasa dan berhasil mewujudkan mimpi."
Yelena berbinar mendengarnya. Ucapan Yuri terdengar begitu tulus sampai hatinya terenyuh dibuatnya. Mau sebanyak apapun seseorang memujinya, hanya Yurilah satu-satunya orang selain keluarganya yang mengatakannya dengan sorot mata selembut itu. Tanpa adanya gelagat seorang penjilat.
Dan entah mengapa, Yelena sudah sangat menyukai Yuri meskipun mereka baru pertama kali bertemu.
"Bolehkah aku memeluk kakak?"
Yuri menganggukkan kepalanya tanpa ragu.
"Peluk saja kapanpun Yelena mau."
Setelah mendapatkan izin, Yelena segera merentangkan tangannya untuk merengkuh tubuh Yuri. Disambut pula dengan hangat oleh gadis itu, bahkan ia menyalurkan kasih sayangnya melalui setiap elusan di rambut Yelena. Membuat Ben yang sedari tadi hanya diam mengamati interaksi mereka mulai menyunggingkan senyuman tipis. Selain merasa senang karena Yelena telah membuka kesempatan untuknya mendekati Yuri, tidak bisa dipungkiri kalau Ben merasa lega karena sang adik menemukan teman baru.
Akhirnya, Yelena yang cenderung bersifat kaku dan sulit menerima kehadiran orang lain mulai membuka diri.
"Hm?"
Di saat Ben menyeruput secangkir teh yang disajikan oleh Sebastian, ia merasakan ada tatapan seseorang yang membuatnya bergidik. Anak itu pun menoleh ke arah ruang tamu, lalu mendapati sosok Jaden yang tengah duduk di sofa seraya melirik ke arah mereka. Tatapannya begitu tajam dan penuh akan dendam, seolah anak itu bersiap untuk membunuhnya jika seandainya tidak ada orang lain di sini. Bukannya merasa takut ataupun terancam, Ben justru menunjukkan seringaian dengan penuh kemenangan. Dengan santai, ia kembali menikmati kebersamaannya dengan Yuri tanpa menghiraukan kehadiran Jaden. Ben justru semakin mendekatkan diri pada Yuri, seakan ia sengaja memamerkan keakrabannya dengan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Little Monster
Vampire[SEQUEL OF INTO THE BEAST LAND] Setelah pembantaian kaum vampir membawakan perdamaian, kehidupan pun berjalan dengan damai tanpa adanya peperangan lagi. Tak terasa, manusia sudah memasuki kehidupan modern pada abad ke-20. Jaden Johanson, mendapati...