Waktu berlalu begitu cepat tanpa Yuri sadari.
Rasanya musim dingin baru saja datang kemarin, namun tak terasa pergantian menuju ke musim semi sangatlah cepat. Kini, bunga bermekaran dengan sangat indah dan penuh warna memenuhi halaman belakang milik keluarga Johanson. Yuri tidak menyangka, kalau taman kecil yang hanya memiliki pohon dan semak-semak itu, rupanya bisa ditumbuhi oleh banyak bunga seperti ini. Benar-benar memanjakan mata. Yuri sampai tidak ada bosannya pergi ke halaman belakang walau hanya untuk sekadar duduk diam di sana.
"Hm?"
Di saat gadis itu hendak memetik bunga, tiba-tiba terdengar suara gonggongan anjing dari arah belakang yang mengejutkannya. Ia pun menoleh ke sumber suara, lalu mendapati adanya seekor anak anjing berjenis rottweiler yang berlari menghampirinya.
Astaga, Yuri sampai lupa kalau ia memiliki seekor anak anjing di rumah ini.
"Hei, geli!"
Setelah keempat kakinya yang mungil semakin melangkah dengan cepat, anjing itu pun melompat untuk menerjang tubuh Yuri. Gadis itu sempat dibuat terjingkat olehnya, meski pada akhirnya ia tetap bisa menangkap anjingnya itu di dalam gendongannya. Yuri menjauhkan wajahnya saat anjing itu menjilati pipinya berkali-kali sampai membuatnya kegelian.
"Kau ini .... Kecil-kecil sudah agresif sekali ya."
Yuri tertawa seraya mengangkat tinggi-tinggi tubuh anjing kecil yang ada di genggaman kedua tangannya. Walaupun Rottweiler adalah anjing yang terkenal ganas dan rata-rata digunakan sebagai anjing penjaga, namun peliharaannya yang satu ini sangat berbeda. Dia begitu manja padanya dan selalu mengikuti kemanapun Yuri pergi. Sampai tanpa sadar, gadis itu sangat menyayanginya seperti adik bayinya sendiri.
Lihatlah ekornya yang tiada hentinya bergoyang itu. Benar-benar menggemaskan. Yuri jadi ingin memetik sebuah bunga untuk ditaruh di telinga anjing itu.
"Sebentar." Yuri menurunkan anak anjingnya. "Aku mau memetik bunga."
Gadis itu membalikkan badan untuk memilih bunga yang akan dipetiknya. Namun ketika ia hendak mengulurkan tangan untuk memetik bunga matahari, Yuri dibuat terjingkat oleh sesuatu yang besar tiba-tiba membebani punggungnya. Ketika menoleh ke belakang, ia terbelalak melihat seekor anjing miliknya yang mendadak menjadi besar. Anjing itu menghinggapi punggungnya, sampai Yuri dibuat membungkuk lantaran bobot tubuh anjing itu begitu berat.
"Jaden ...." panggil Yuri pada anjing itu, "sejak kapan kau jadi sebesar ini?"
Usai mengatakan itu, punggungnya jadi semakin terasa begitu berat. Entah mengapa, Yuri juga merasakan sesak pada tubuhnya seperti sedang didekap dengan erat. Rasa tidak nyaman itu menuntut Yuri untuk membuka matanya lebar-lebar, hingga pemandangan bunga bermekaran di musim semi itu hilang dan berganti menjadi pemandangan kamarnya sendiri yang remang-remang.
"Mi .... Mimpi?"
Yuri mengatur deru napasnya yang tidak karuan seraya mengusap kedua matanya yang terasa berat. Rupanya, ia baru saja bermimpi memelihara seekor anjing besar dan ditempeli olehnya sampai merasa sesak. Gadis itu hampir saja menghela napas lega, namun entah mengapa meskipun sudah terbangun dari mimpi, punggungnya masih terasa begitu berat. Yuri juga dapat merasakan adanya deru napas seseorang yang menerpa tengkuknya. Hingga kedua matanya pun menangkap adanya sepasang lengan yang merengkuh perutnya. Dengan panik, Yuri menoleh ke arah belakang, lalu mendapati sosok pemuda yang lebih tinggi darinya tengah berbaring seraya memeluknya.
"Aaahh! Siapa itu?!"
.
.
.
.
.
."Mampus. Kena pukul, kan?"
Waktu menunjukkan pukul 07.00 pagi. Kini, ada tiga orang yang tengah berkumpul di ruang makan milik keluarga Johanson, dengan ketiga piring sarapan yang sudah tertata rapi di atas meja. Salah satunya, ada Mingi yang tidak pernah absen untuk ikut sarapan bersama keluarga kecil itu. Ia tengah melirik seorang pemuda bersurai hitam yang duduk sampingnya seraya mencibirnya. Tatapan matanya menunjukkan rasa jengah pada pemuda yang mendapatkan luka lebam di pipinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Little Monster
Vampire[SEQUEL OF INTO THE BEAST LAND] Setelah pembantaian kaum vampir membawakan perdamaian, kehidupan pun berjalan dengan damai tanpa adanya peperangan lagi. Tak terasa, manusia sudah memasuki kehidupan modern pada abad ke-20. Jaden Johanson, mendapati...