Chapter 3: Shin Yuri

611 130 19
                                    

"Yang benar saja .... Dia bangkit lagi?"

Suasana di ruang autopsi menjadi penuh ketegangan setelah jasad vampir yang mereka bawa tiba-tiba hidup kembali. Baik Sebastian, Mingi, maupun Jaden, ketiganya hanya mematung di tempat dengan ekspresi tercengang. Mereka merasakan ketakutan yang luar biasa. Bagaimana tidak? Yang ada di hadapan mereka ini bukanlah manusia, melainkan makhluk yang menempati puncak rantai makanan pada masanya. Sedangkan mereka bertiga adalah mangsa alaminya, manusia biasa yang memiliki darah segar favoritnya.

Bagaimana kalau vampir itu merasa kehausan dan mencoba menyerang mereka?

"Dia .... kenapa diam saja?"

Mingi berbisik kepada Sebastian. Ia masih saja menyembunyikan diri di balik punggung juniornya itu lantaran nyalinya tidak sebesar badannya. Kewaspadaannya pun semakin menjadi karena vampir itu hanya terdiam cukup lama. Bahkan tatapannya begitu kosong, entah gadis itu masih mengumpulkan kesadaran setelah sekian lama mati suri atau bagaimana.

Di dalam situasi yang dapat membuat orang dewasa seperti Mingi saja menjauh, Jaden justru tetap di posisi yang sama, berdiri di dekat ranjang mayat. Anak itu sama sekali tidak bergeming, hanya mematung di tempat dengan ekspresi tercengangnya. Membuat Mingi mau tak mau mengendap-endap untuk menarik Jaden menjauh.

"Hei, berbahaya! Jangan hanya karena dia cantik, kau jadi-"

Bisikan Mingi untuk mengomeli Jaden terhenti lantaran ia terjingkat. Tiba-tiba, gadis vampir itu memegangi kepalanya seraya meringis kesakitan. Setelah cukup lama terdiam dengan tatapan kosongnya, akhirnya si vampir mulai menunjukkan pergerakan lagi meskipun hanya berupa gelagat orang yang sedang kesakitan. Saat melihat kondisinya, rasa khawatir mulai muncul pada diri Jaden. Anak lelaki itu sampai mengulurkan tangannya tanpa sadar, namun Mingi segera menariknya. Bagaimanapun juga, manusia biasa seperti mereka harus tetap waspada di dalam situasi seperti ini. Tidak ada yang tahu apakah vampir itu kesakitan lantaran kehausan atau karena faktor lain.

"Anda tidak apa-apa?"

Di tengah ketegangan, tiba-tiba Sebastian membuka suara. Membuat Mingi terbelalak melihat juniornya yang memberanikan diri untuk mengajak berbicara vampir itu. Daripada terlihat ketakutan, Sebastian justru menunjukkan ekspresi khawatir, sama halnya seperti Jaden. Si gadis vampir yang sebelumnya hanya menunduk seraya memegangi kepalanya itu pun mulai menunjukkan respon ketika seseorang berbicara dengan lantang. Ia memang tidak mengangkat wajahnya, namun gadis itu segera beringsut untuk memundurkan diri seraya mendekap kain putih yang menyelimuti tubuhnya dengan erat.

"Ja .... Jangan ...."

Reaksi yang tidak terduga itu membuat mereka bertiga mengernyit heran. Daripada tampak kehausan dan menunjukkan tanda-tanda untuk menyerang mereka, gadis itu terlihat begitu ketakutan. Tubuhnya bergetar hebat, dengan suara paraunya yang terdengar seperti memohon. Ia sampai meringkuk seraya memeluk kedua lututnya dengan erat.

"Apa mungkin dia tidak mengerti bahasa Greonimaria?" bisik Sebastian, "kak, coba ajak dia bicara dengan bahasa Hyden."

"Dia bilang 'jangan' kan? Dia baru saja berbicara dengan bahasa Greonimaria," ujar Mingi, "sepertinya dia hanya ketakutan dengan kehadiran kita."

Mereka berdua hanya bisa menatap si vampir lantaran bingung harus melakukan apa. Namun karena tidak bisa tinggal diam terlalu lama, Sebastian sempat melangkahkan kakinya untuk mendekat. Sayangnya, suara yang ditimbulkan oleh hentakan kakinya membuat gadis itu terjingkat, kemudian semakin merapatkan pelukannya pada kedua lututnya sendiri.

"Jangan .... Saya mohon lepaskan saya ...." pintanya dengan lirih, "saya tidak pernah memangsa manusia. Saya hanya ingin hidup dengan normal ...."

Mereka bertiga tertegun mendengar suara yang memohon dengan penuh ketakutan itu. Tidak disangka, vampir itu menunjukkan reaksi seperti ini saat pertama kali terbangun dan melihat kembali keberadaan manusia. Apakah pembantaian yang terjadi pada abad ke-18 dan juga penyegelan tubuhnya di gununglah yang memicu ketakutannya?

Dear My Little MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang