Chapter 1: The Beautiful Creature

715 129 47
                                    

Suasana jalanan di ibukota Greonimaria tampak masih ramai di malam hari.

Waktu sudah menunjukkan pukul 23.30 malam. Namun semakin larut, lingkungan ibukota justru semakin ramai oleh orang yang berlalu-lalang. Mereka yang masih beraktivitas di malam hari pun kebanyakan adalah para wanita dengan pakaian minim dan para pemabuk yang bercengkrama di alun-alun kota. Tak sedikit juga ada beberapa pasangan yang melakukan hubungan intim, baik di dalam gang yang gelap ataupun di setiap sudut taman. Semua penyimpangan itu merupakan pemandangan yang biasa terlihat di lingkungan ibukota. Mengingat bahwa Greonimaria merupakan urutan ketiga negara yang memiliki angka pergaulan bebas tertinggi di dunia. Bahkan prostitusi dilakukan terang-terangan di jalanan maupun di alun-alun kota ketika hari telah menjelang malam. Tidak ada pula aparat yang menertibkan masyarakat, sehingga semua penyimpangan sosial sudah tidak dianggap lagi sebagai perilaku yang salah.

"Dasar, kenapa masih belum pulang?"

Di tengah hiruk pikuk kota di malam hari, seorang anak lelaki yang tinggal di sekitar alun-alun sedang mengamati jalanan melalui balkon. Ia adalah Jaden Johanson, anak berusia 12 tahun yang dikenal sebagai adik dari Sebastian Johanson yang merupakan salah satu detektif swasta di wilayah ibukota.

Kini, Jaden hanya bisa menggerutu lantaran sang kakak sama sekali belum kembali. Perutnya yang kosong sejak tadi sore mulai terasa perih, namun yang bisa dilakukannya hanyalah meminum air putih untuk mengganjal rasa laparnya. Tinggal berdua bersama kakaknya di tengah masyarakat individualis membuat Jaden hidup kesulitan apabila sang kakak disibukkan oleh pekerjaannya sampai malam. Padahal sedang tidak ada kasus pembunuhan atau sejenisnya, lantas apa yang membuat detektif swasta seperti kakaknya belum pulang sampai malam hari tiba?

"Ayah bodoh," umpatnya seraya merebahkan diri di atas ranjang, "kalau seandainya dia tidak nekat menjemput ibu di saat masih hujan lebat, dia tidak akan mengalami kecelakaan."

Ketika kekesalan mulai hinggap di benaknya, Jaden segera menggelengkan kepala pelan. Percuma, mau ia mengumpat kepada ayahnya sebanyak apapun, pria itu tidak akan kembali hidup. Ibu mereka yang mengalami depresi dan memilih untuk meninggalkan mereka pun juga tidak akan kembali pulang. Jadi, Jaden lebih memilih untuk merebahkan diri di atas ranjang demi mengalihkan pikirannya. Matanya menatap dengan kosong atap apartemennya, terdiam dalam waktu yang cukup lama. Setelah suasana hatinya memburuk karena kelaparan, entah mengapa tiba-tiba sebuah senyuman perlahan terukir di bibirnya.

Sebuah ide untuk mencoba tidur dan berlayar ke alam mimpi mulai terbesit di pikirannya.

"Nona manis itu ...." gumam Jaden, "sudah lama tidak bertemu di dalam mimpi."

Setelah mengingat bahwa sudah 3 hari lamanya ia tidak memimpikan gadis pirang yang dipanggilnya "Nona manis" itu lagi, membuat Jaden merasa resah. Mungkin ini terdengar tidak masuk akal, namun anak lelaki itu mengalami fenomena aneh sejak ia berusia 8 tahun. Setiap tidur, Jaden akan memimpikan sosok dirinya sendiri yang menjalani kehidupan pada zaman kerajaan. Mimpi itu terasa begitu nyata, seolah ia memang pernah menjalani kehidupan seperti yang digambarkan di dalam mimpi. Jaden terkadang merasa terganggu lantaran memimpikan banyak sekali kejadian mengerikan. Seperti rangkaian praktek aliran sesat, penyiksaan terhadap manusia, dan juga pemandangan di mana dirinya melakukan pergaulan bebas. Untuk anak sekecil dirinya, mimpi itu benar-benar membuatnya merasa tidak nyaman.

"Mereka juga terus-menerus memanggilku 'Jake'. Sebenarnya siapa itu?" gerutunya dengan kesal.

Ada saat di mana Jaden merasa lelah secara batin. Namun, ada pula suatu hal yang membuatnya menyukai mimpi aneh itu. Ketika ia sudah melewati berbagai peristiwa mengerikan, akan tiba waktu di mana Jaden bertemu dengan seorang gadis misterius yang entah mengapa eksistensinya begitu memikat perhatiannya. Anak itu tidak tahu siapa dia, namun wajahnya terlihat begitu familiar. Setiap kali melihat gadis itu, akan muncul perasaan nyaman, senang, dan rasa terharu yang bercampur aduk di dalam benaknya. Membuat Jaden bingung dengan dirinya sendiri, namun ia tidak pernah bisa menang melawan perasaannya. Sehingga Jaden pun memilih untuk mengikuti kata hatinya dan tetap bermimpi demi bisa melihat gadis itu.

Dear My Little MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang