Usai melewati padatnya rangkaian kegiatan di hari Senin, tibalah hari libur nasional keesokannya.
Tidak ingin menyia-nyiakan waktu senggang yang jarang sekali ia dapatkan ini, Sebastian pun mengajak Jaden dan Yuri untuk berpiknik kecil-kecilan di halaman belakang. Ia memutuskan untuk menghabiskan waktu di rumah saja bersama mereka, karena Sebastian yakin kalau jalanan akan semakin macet di hari libur seperti ini. Yang terpenting adalah kebersamaan dengan keluarga kecilnya, mengingat kalau ia jarang sekali memiliki waktu hanya untuk sekadar bersantai bersama Yuri dan Jaden.
Kini, Sebastian dan Jaden saling membahu untuk menata barang-barang yang diperlukan untuk makan bersama, sedangkan Yuri tengah sibuk menyiapkan snack dan minuman. Agaknya Sebastian cukup antusias untuk mempersiapkan semuanya, walau itu hanyalah piknik sederhana yang dilakukan di belakang rumah. Keantusiasan itu membuat Jaden menghela napas dengan jengah, lantaran sang kakak terus menyuruhnya mondar-mandir membawa barang, seolah ini adalah acara perjamuan formal saja. Yah, pemuda itu hanya bisa memakluminya. Sebastian menghabiskan masa mudanya hanya untuk belajar dan mencari uang. Sehingga hal sesederhana ini pun terkesan sangat berarti untuknya.
"Tolong angkat kursi panjang itu, Jaden," pinta Sebastian seraya mengangkat kursi lain, "setelah itu, kita angkat mejanya bersama-sama."
Tanpa merespon, Jaden segera berjalan menghampiri kursi kayu yang dimaksud oleh Sebastian. Namun saat ia hendak mengangkatnya seorang diri, gerakannya mendadak terhenti lantaran dikejutkan oleh sesuatu. Baik Sebastian maupun Jaden, mereka dibuat terperangah oleh Yuri yang berjalan melewati mereka dengan membawa sebuah meja besi yang panjang. Ia mengangkat benda yang lebih besar dari tubuhnya itu dengan santai tanpa bantuan siapapun. Padahal meja itu sangatlah berat untuk diangkat oleh satu orang, sampai Sebastian dan Jaden harus saling membahu untuk membawanya.
Sulit dipercaya. Gadis yang selalu terlihat lemas dan mudah sekali tertidur di mana-mana itu ternyata memiliki tenaga sebesar banteng. Bahkan banteng saja akan patah tanduknya setelah menyeruduk meja itu.
"Baiklah, ada lagi yang perlu disiapkan?" tanya Yuri seraya menepuk-nepuk debu yang menempel di dressnya.
Sebastian yang masih tercengang hanya menggeleng pelan seraya mengacungkan jempolnya sebagai respon.
"Katanya Mingi juga mau ikut?" Jaden mendengus kesal seraya mengangkat kursi. "Enak sekali. Semua persiapan sudah beres, dia hanya tinggal duduk manis dan mengunyah makanan saat datang."
"Kau tidak perlu sekesal itu," ujar Sebastian, "toh dia akan membawakan kopi import kesukaanmu."
"Oh ya? Minimal dia harus membawa sebanyak dua kilogram."
"Dasar. Apa kerjaanmu cuma minum kopi sampai asam lambungmu naik?"
Yuri terkekeh pelan melihat bagaimana interaksi kakak-beradik itu. Kalau dipikir-pikir, sudah lama sekali Sebastian dan Jaden tidak berkumpul atau hanya sekadar mengobrol dengan santai seperti ini. Saat sarapan pun Sebastian hanya mengomel saja karena Jaden selalu mencoba menggoda Yuri. Yah, bagaimanapun juga mereka berdua sudah semakin disibukkan oleh rutinitas masing-masing. Semoga saja inisiatif Sebastian untuk mengajak mereka berkumpul di sini dapat mempererat kembali hubungan kakak-beradik itu, seperti saat Jaden masih kecil.
"Kau sudah menyiapkan buku untuk belajar?"
Tiba-tiba Sebastian bertanya kepadanya, membuat Yuri tersadar dari lamunanya. Ia pun menunjukkan sebuah buku tebal yang sedari tadi sudah disiapkan di dekat barang-barang lain.
"Tapi apa tidak masalah kalau aku belajar sekarang?" tanya Yuri dengan tidak enak hati, "bukankah kau mengajak kami berkumpul untuk bersantai bersama?"
Sebastian menyunggingkan senyuman tipis, lalu mengusak pelan kepala Yuri dengan sayang. Sebenarnya, tujuan pria itu mengajak mereka berkumpul di sini juga demi menyiapkan suasana belajar yang nyaman untuk Yuri. Mengingat bahwa gadis itu jarang sekali keluar dari rumah dan hanya menghabiskan waktunya untuk belajar di dalam ruangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Little Monster
Vampire[SEQUEL OF INTO THE BEAST LAND] Setelah pembantaian kaum vampir membawakan perdamaian, kehidupan pun berjalan dengan damai tanpa adanya peperangan lagi. Tak terasa, manusia sudah memasuki kehidupan modern pada abad ke-20. Jaden Johanson, mendapati...