Chapter 33: Desperate (2)

313 54 22
                                    

"Jake ...."

Terdengar suara seorang gadis yang memanggil dengan nada mendayu-dayu, membuat Jaden yang masih terlelap pun terusik dari tidurnya. Perlahan, ia membuka matanya yang masih terasa berat, lalu mendapati dirinya sendiri yang tengah berbaring di atas ranjang. Di atas tubuhnya, ada seorang gadis dengan rambut pirang bergelombangnya yang terurai. Gadis itu tengah duduk di atas perutnya sembari memberikan tatapan sayu. Lekuk tubuhnya yang bagaikan jam pasir tercetak dengan jelas lantaran hanya mengenakan gaun tidur minim berwarna merah. Di dalam posisi seintim ini, Jaden menelan ludahnya dengan susah payah. Baru saja membuka mata, ia sudah disambut dengan pemandangan yang cukup liar seperti ini.

"Nona Yuri ...." panggilnya pada gadis itu, "apa yang nona lakukan?"

Bukannya menjawab, Yuri justru menyunggingkan senyuman tipis. Ia mengulurkan tangannya untuk mengelus dada bidang Jaden, lalu jemari lentiknya perlahan naik hingga ke permukaan leher pemuda itu. Yuri merabanya dengan seduktif, mengikuti alur urat nadi yang tercetak di sana.

"Aku haus ...."

Yuri menjilat taringnya sendiri seraya menatap leher Jaden. Mulai dari sini, pemuda itu mengerti bahwa Yuri sedang menginginkan darahnya. Padahal ia hanya perlu meminta tanpa harus naik ke atas tubuhnya seperti. Jaden akan memberikannya dengan sukarela, bahkan sebanyak apapun yang Yuri butuhkan.

Tapi, apa-apaan dengan sikapnya ini?

Tidak biasanya pula Yuri mengenakan pakaian berwarna merah, apalagi dengan warna semenyala itu. Tubuhnya tampak seperti dalam keadaaan setengah telanjang karena ia hanya mengenakan gaun tidur yang biasa disebut dengan "baju dinas". Kemudian sepasang manik kemerahan yang biasanya menatapnya dengan lembut, kini menunjukkan adanya hasrat pada diri gadis itu.

Memangnya sejak kapan Yuri memiliki sifat seberani ini?

"Ugh!"

Tanpa aba-aba, Yuri mendekatkan wajahnya ke leher Jaden untuk menancapkan taringnya di sana. Pemuda itu meringis kesakitan karena gigitan Yuri begitu dalam menembus urat nadinya. Meskipun sangat menyakitkan, Jaden sama sekali tidak melawan dan hanya pasrah menerimanya. Justru ia merasa senang sekarang. Rasa perih yang timbul setiap kali gadis itu menyedot darahnya justru menjadi kepuasan tersendiri baginya.

Karena Yuri telah berinisiatif untuk merangkak sendiri kepadanya, pemuda itu jadi merasa dibutuhkan olehnya.

"Hisap saja sepuasnya, nona."

Jaden menyunggingkan senyuman seraya mengelus surai pirang milik Yuri. Selagi membiarkan gadis itu menghisap darahnya, tangan Jaden yang masih menganggur pun terulur untuk mengelus paha gadis itu yang terekspos. Telapak tangannya bergerak naik-turun dengan perlahan, menikmati betapa lembutnya kulit Yuri.

Ah, Jaden sangat menyukai ini.

Walaupun Yuri datang kepadanya hanya karena membutuhkan darah, ia suka sekali apabila gadis itu menunjukkan insting pemangsanya sebagai vampir. Sisi semacam inilah yang membuatnya terlihat sangat seksi. Sampai rasanya Jaden tidak bisa tinggal diam saat tubuh indah milik Yuri menempel padanya seperti ini.

"Jake ...."

Kedua mata Jaden melebar mendengarnya. Seakan dijatuhkan begitu saja setelah diajak terbang tinggi, rasa kecewa seketika hinggap di benaknya. Baru satu menit lamanya menghisap darah, Yuri mencabut taringnya dari leher Jaden seolah ia sudah puas. Setelah menyudahi kegiatannya, gadis itu mengangkat kepala seraya menunjukkan senyuman kepada pemuda itu. Bibir ranumnya yang penuh akan noda darah itu tiba-tiba menggumamkan nama "Jake", namun sorot matanya tertuju ke arah Jaden.

Hal itu pun sontak membuat Jaden mengepalkan kedua tangannya lantaran merasa kesal.

"Bahkan di saat seperti ini pun, nona masih memikirkan pria lain?"

Dear My Little MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang