"Sudahlah, Noah! Aku sudah lelah menghadapinya!"
Waktu menunjukkan pukul 23.30 malam. Di saat mayoritas orang telah berlayar ke alam mimpi, masih saja terdengar keributan di dalam kediaman keluarga Johanson yang memecah keheningan malam. Keributan itu dipicu oleh perbedaan pendapat di antara tuan dan nyonya Johanson ketika sedang berdiskusi. Hingga akhirnya, pembicaraan yang awalnya dimulai dengan kepala dingin itu berubah menjadi pertengkaran. Karena salah satu dari mereka tidak ada yang bersedia mengalah, perdebatan itu pun tetap terus berlanjut. Bahkan sampai terdengar suara benda yang dibanting ke lantai lantaran sang istri sudah tidak sanggup menahan emosinya. Meski begitu, suaminya tetap berusaha sebisa mungkin untuk bersabar menghadapinya. Ia tidak ingin meluapkan amarahnya, takut apabila tindakannya nanti akan menyakiti sang istri. Tapi, pria itu tetap tidak ingin mengalah. Dengan harapan, istrinya dapat menerima apapun yang diucapkannya saat ini. Karena bagaimanapun juga perdebatan ini menyangkut tentang anak bungsu mereka, sehingga ia tidak bisa menyerah begitu saja.
Sedangkan di sisi lain, anak bungsu yang menjadi alasan mereka bertengkar itu tengah meringkuk di sudut ranjang. Ia tidak berniat menguping, namun suara kedua orang tuanya sangat memekakan telinga hingga menembus dinding kamarnya. Jaden sebenarnya ingin segera tidur, mengingat kalau besok pagi ia harus dititipkan kepada pamannya. Sayangnya, pertengkaran itu membuatnya harus terjaga sampai selarut ini.
"Tolong bersabarlah. Bagaimanapun juga, Jaden adalah anak kandungmu juga," bujuk sang suami.
"Bersabar? Mau sampai kapan? Sampai anak itu melukaiku seperti dia melukai orang lain?" Wanita itu semakin meninggikan nada bicaranya. "Apa tidak ada cara lain lagi untuk mengurus psikopat sepertinya?"
"Jaga mulutmu, Ellie! Kau menyebut anakmu sendiri psikopat?" tegurnya dengan tatapan nyalang, "aku tahu kalau Jaden memanglah anak yang 'berbeda'. Tapi, apakah itu bisa menjadi alasan untuk menghindarinya? Sebagai orang tua, kita harus membantunya mengembangkan empati secara perlahan. Kalau bukan kita, siapa lagi?"
Melihat bagaimana sang suami tetap gigih membela Jaden, membuat wanita itu tidak sanggup berkata-kata lagi. Bibirnya mulai bergetar menahan isakan, disusul dengan matanya yang tampak berkaca-kaca.
"Kau kira aku menghindarinya karena aku mau?" ucapnya di sela isakan tangisnya, "aku takut, Noah. Aku tahu dia adalah anakku, tapi tidak bisa dipungkiri kalau aku merasa ketakutan menghadapinya. Apalagi setelah anak itu membunuh Chloe ...."
Tangisan yang sedari tadi ia tahan pun akhirnya pecah. Wanita itu bahkan sampai memukuli kepalanya sendiri lantaran frustasi. Ia membenci dirinya sendiri karena tidak bisa menjadi ibu yang baik untuk Jaden, namun di sisi lain ia merasa gelisah dan ketakutan karena anaknya menunjukkan perilaku yang tidak lumrah.
Sang suami pun terenyuh ketika melihat istrinya yang lelah secara batin. Ia tidak sanggup melihat orang yang dicintainya menangis, sehingga pria itu pun melupakan pertikaian di antara mereka untuk merengkuh tubuh sang istri. Membiarkannya meluapkan tangis di dada bidangnya.
"Ellie, bisakah kau lupakan masalah Chloe? Toh, dia hanyalah seekor anjing. Mungkin setelah Chloe menggigit Anna, Jaden merasa ingin melindungi temannya. Sehingga dia membunuhnya."
"Ini bukan masalah apa yang dia bunuh. Tapi pola pikirnya!" bantah Ellie, "apakah normal seorang anak kecil berpikir untuk membunuh meskipun bertujuan untuk melindungi? Bagaimanapun juga, dia telah menghilangkan satu nyawa. Ini masih seekor anjing, bagaimana kalau suatu saat nanti ada seseorang yang mengusik hidupnya?"
Mendengar bagaimana kekhawatiran sang istri, pria itu pun mulai bungkam. Jujur saja, setelah Jaden membunuh seekor anjing dengan mencabik-cabik tubuhnya dan membuangnya ke tempat sampah, ia jadi tidak bisa meninggalkan Jaden seorang diri dengan tenang. Bahkan ketika pergi bekerja, Noah tidak bisa lepas dari ponselnya lantaran harus memantau keadaan Jaden melalui kamera CCTV. Ia sama sekali tidak peduli apabila sang anak menyakitinya kapan saja, namun lebih mengkhawatirkan lagi jika Jaden sampai melukai orang lain di luar pengawasannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/364039592-288-k192127.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Little Monster
Vampir[SEQUEL OF INTO THE BEAST LAND] Setelah pembantaian kaum vampir membawakan perdamaian, kehidupan pun berjalan dengan damai tanpa adanya peperangan lagi. Tak terasa, manusia sudah memasuki kehidupan modern pada abad ke-20. Jaden Johanson, mendapati...