5 (sunat)

559 49 38
                                    

Suara Muazin mengumandangan
Adzan terdengar sangat lantang. Di belakang sang Muazin ada sosok anak kecil menatap kagum hal itu.

Selesai Adzan sang Muazin mundur beberapa langkah. Kedua tangan sang pria berdoa sejenak. Ano mengikuti tindakan sang Muazin. Sang ayah sedikit terkekeh melihat tingkah polos Ano.

Selesai berdoa sang Muazin mendapatkan tatapan polos dari Ano. "Ada apa dek?" tanya sang Muazin.

"Om keren!" kagum Ano.

"Panggil saya Mas Eko saja. Saya biasa saja kok," ujar Eko sang Muazin.

"Tapi Om Eko hebat!" pekik Ano.

Eko melirik kearah Theo yang terlihat memegang belakang baju sang anak. "Anaknya mas?" tanya Eko kepada Theo.

"Benar mas," jawab Theo.

"Kalian berdua mirip sekali," ujar Eko melirik kearah Theo dan Ano.

"Beda tahu!" protes Ano.

Eko sedikit berjongkok di hadapan Ano. "Besar nanti kamu jadi anak yang berbakti sama bapakmu," ujar Eko mengelus rambut Ano.

Ano sedikit mundur mendapatkan elusan dari Eko. Itu reaksi tersendiri dari tubuh Ano. Masa lalu mengajarkan dirinya untuk tidak mudah percaya kepada orang lain.

Sekarang dia hanya mempercayai Theo saja. Makanya Ano belum berani diberitahu kepada publik oleh sang ayah. Musuh bisnis Theo lumayan banyak, ia tidak mau mengambil resiko terhadap keselamatan Ano.

Tubuh kecil Ano bersembunyi di belakang kaki sang ayah. "Maaf mas. Anak saya sedikit kurang nyaman," ujar Theo.

"Ah iya mas. Mungkin saya terlalu gemas melihat wajah lucu anaknya mas," ujar Eko.

Beberapa saat kemudian beberapa orang saling berdatangan. Ano memegang erat celana sang ayah. Merasa mengerti maksud anaknya. Dengan pelan Theo mundur ke belakang agar Ano nyaman saat salat.

Empat rakaat selesai dijalankan. Theo menggendong sang anak untuk segera menuju rumah sakit. Di sebelah Theo ada Ano tengah asyik memakan es krim buah buatan sang ayah.

"Ayah besok buatkan yang jeruk dong," ujar Ano.

"Siap," jawab Theo.

"Ayah itu tadi Om Eko mendapatkan pahala tidak?" tanya Ano.

"Pahala Om Eko sangat besar nak. Tugas Muazin sangat mulia. Dia memberitahu tentang waktu salat kepada orang lain," jawab Theo.

"Ano boleh menjadi Muazin?" tanya Ano.

"Ayah akan sangat bangga padamu. Apabila ketika dewasa bisa menjadi seorang Muazin," sahut Theo.

"Muazin itu berasal dari bahasa apa ayah?" tanya Ano.

"Muazin menurut ejaan KBBI, atau Mu'azzin dalam bahasa Arab:مؤذن mu'aḏḏin adalah orang atau beberapa orang terpilih di masjid yang bertugas untuk mengumandangkan panggilan ibadah (Shalat), yaitu "Azan" dan "Iqamah," jawab Theo.

"Ano boleh mengumandangan Adzan saat umur berapa ayah?" tanya Ano.

"Syarat menjadi muadzin mencakup beberapa hal antara lain :

1. Muadzin haruslah seorang muslim. Adzan yang dikumandangkan oleh non muslim tidak sah hukumnya.

2. Berakal. Tidak sah adzan yang dikumandangkan oleh muadzin yang tidak waras, tidak sadar atau anak kecil.

3. Laki-laki. Artinya, adzan tidak boleh dikumandangkan oleh wanita.

4. Baligh

5. Mengetahui tibanya waktu salat
Muadzin harus bersuara keras dan jelas atau disebut jahar. Namun, apabila adzan hanya untuk dirinya sendiri maka cukup terdengar oleh dirinya dan tidak disyaratkan harus jahar, ini menurut pendapat Asy-Syafi'iyah dan Hanabilah," jelas Theo kepada sang anak.

Ayah Untuk AnoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang