11 (membeli keperluan sekolah)

661 76 101
                                    

Hari ini sangat menyenangkan bagi Ano. Ia memiliki beberapa teman baru. Suasana sekolah yang sangat ramah terhadapnya. Tidak ada, yang berkata bahwa ia anak haram.

Ano tengah menunggu kehadiran ayahnya. Ada beberapa siswa lain menunggu juga. Seorang wanita menarik tangan Ano begitu saja.

Wajah wanita itu, sangat tidak bersahabat terhadap Ano. Sebuah tamparan mendarat di pipi Ano. Pelakunya, adalah wanita tersebut.

"Bagus kau! Menghilang begitu saja! Dan sekarang bersenang-senang disini?!" bentaknya.

"Kok kak Gea disini?" tanya Ano.

"Ingat kau hanya anak haram!" pekik Gea.

Yap dia adalah Gea. Salah satu orang yang menyebabkan Ano menderita. Baru saja Gea, akan menarik tangan Ano ditahan oleh seseorang.

"Lepaskan tanganmu dari putraku!" tegas seseorang.

Mendengar suara yang familiar. Tentu saja, Ano tersenyum kearah ayahnya. "Ayah!" panggil Ano.

"Ano duluan ya ke mobil, ada es krim buah kesukaanmu, tuh. Ayah perlu berbicara dengan orang ini," ujar Theo.

Theo melepaskan secara paksa pegangan tangan Gea di pergelangan tangan Ano. "Okey ayah!" pekik Ano.

Anak itu langsung berlari kearah mobil ayahnya. Dirasa Ano telah masuk mobil. Tatapan Theo berubah seketika.

"Kau Gea. Seorang pengasuh panti asuhan yang gila," ujar Theo sarkas.

"Kau menculik anak panti kami tuan," ujar Gea.

"Lagipula, putraku tidak terdaftar sebagai penghuni panti asuhan tempatmu bekerja," ujar Theo santai.

Gea kesal akan jawaban santai Theo. "Dirimu pasti seorang pedofil!" tuduh Gea.

Theo menahan geram kelakuan kurang ajar Gea. Lihat saja, wanita itu beraninya menunjuk wajah Theo. "Mengertilah batasan! Aku bisa saja membuat panti asuhan itu bangkrut," ujar Theo.

"Aku tidak takut ancamanmu!" pekik Gea.

"Vian lakukan perobohan di panti asuhan itu!" perintah Theo kepada Vian.

"Baik bos," jawab Vian.

Beberapa saat kemudian suara dering hp Gea berbunyi. Saat menjawab telepon dirinya kaget. Ucapan Theo nyata. Ia sedikit ketakutan akan pria di hadapannya.

"Terlihat kau mendekati putraku! Jangan harap bisa melihat hari esok!" ancam Theo.

Wanita itu langsung berlari begitu saja. Vian mengikuti Theo menuju mobil. Ekspresi Theo berubah di hadapan anaknya. Lihat saja, Ano tengah memakan es krim sangat lahap.

"Enak, nak?" tanya Theo.

"Banget!" pekik Ano.

Theo memindahkan tubuh Ano di pangkuannya. "Ayah kangen tahu sama Ano," ujar Theo memeluk tubuh kecil putranya.

"Lihat pak! Theo bucin sama anaknya!" pekik Vian kepada supir di sampingnya.

"Berisik kau!" kesal Theo.

"Ayah!" panggil Ano.

"Kenapa sayang?" tanya Theo.

"Itu kata bu guru harus beli buku gambar untuk besok," ucap Ano.

"Sekalian sama krayon saja ya," ujar Theo.

"Iya ayah," ujar Ano.

Theo mencium rambut anaknya. Ano anteng saja membiarkan sang ayah melakukan hal tersebut. "Tahun depan kita rayakan ulang tahun kamu ya," ujar Theo.

Ayah Untuk AnoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang