9 (ano si polos)

423 53 82
                                    

Matahari sudah meninggi, perlahan  kedua mata sosok pria berstatus duda terbuka. Ia mengecek kearah samping, sang anak tengah sibuk mengemut jempolnya.

Dengan pelan Theo turun dari kasur, dia tidak mau membangunkan sang anak. Theo sedikit berbisik kepada sang anak sebelum pergi.

Baru saja Theo akan pergi, sebuah tangan kecil menarik kaos belakang Theo. "Ayah mau kemana?" tanya Ano.

Ano mengucek kedua matanya. Ia terbangun, karena merasa bahwa sosok ayahnya tidak berada di sampingnya. Theo menghentikan tindakan sang anak. "Ayah mau mandi dulu. Nanti kita akan salat dzuhur di masjid," jawab Theo atas pertanyaan sang anak.

"Salat dalam sehari sebanyak lima kali. Kata ayah itu salat wajib saja," ujar Ano.

"Benar nak," ujar Theo.

"Memang ada salat lain lagi ayah?" tanya Ano penasaran.

Theo duduk di samping anak. Ano merangkak kearah ayahnya lantas duduk di pangkuan Theo. "Ada kok sayang. Ada beberapa salat lain yang disunnahkan untuk dilakukan oleh kita," ujar Theo.

"Sunnah itu artinya ayah?" tanya Ano.

"Suatu perbuatan yang dianjurkan untuk dilaksanakan," jawab Theo.

"Kalau Ano tidak mengerjakan memang dapat dosa?" tanya Ano penasaran.

Theo tersenyum akan pertanyaan Ano. Sejak Theo mengenalkan agama kepada Ano. Sosok Ano melontarkan banyak sekali pertanyaan, ia juga sangat kritis untuk anak seumurannya.

"Tidak dosa kok. Tapi apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala," jawab Theo.

"Salat yang disunnahkan apa saja ayah?" tanya Ano.

Baru saja Theo akan menjawab, ia menatap jam dinding sejenak. Ternyata waktu salat sebentar lagi tiba. "Ayah akan jelaskan setelah salat dzuhur. Sekarang Ano mandi dulu bersama ayah," ujar Theo.

Ano menurut saja atas ajakan Theo. Badan kecil Ano digendong dengan mudah oleh Theo, kedua tangan Ano memeluk erat leher Theo.

Ia memperhatikan wajah Theo. Wajah tegas Theo sangat keren. Ditambah menurut Vian, sang tangan kanan Theo ayahnya sulit didekati orang asing.

Setidaknya, Ano ingin egois. Ia mau kasih sayang Theo selamanya untuk dia saja. Sejak dulu Ano belum pernah merasakan kasih sayang sebesar ini dari siapapun.

"Ano akan jaga ayah. Walaupun Ano bukan anak ayah. Ano janji akan balas kebaikan ayah nanti," ujar Ano.

"Tidak perlu, nak," ujar Theo.

Di kamar mandi Theo berjongkok untuk melepaskan seluruh pakaian Ano. Wajah Theo seketika berubah, saat ia melihat ada bekas luka dari tubuh kecil Ano.

Ano yang mengerti menepuk pipi kanan ayahnya. "Ini tidak sakit kok. Ayah Ano kan hebat, bisa menghilangkan rasa sakit itu," ujar Ano dengan polosnya.

"Ayah akan cari obat untuk memudarkan lukamu segera," ujar Theo.

"Kenapa ayah tidak suka tentang bekas luka Ano?" tanya Ano.

"Bekas itu akan menjadi bumerang untukmu di masa depan. Ayah hanya mau tubuhmu mulus tidak ada luka. Biar seluruh dunia tahu, ayah Ano menjagamu dengan sangat baik, tanpa melibatkan kekerasan saat mendidikmu," jawab Theo tegas.

Jawaban Theo sungguh sangat dalam makna nya. Ano tidak paham secara rinci maksud ayahnya. Namun ada perasaan hangat mendengar ucapan sang ayah.

Ano melamun sedikit, dan dikejutkan mendapatkan kecupan di pipi kirinya. "Anak ayah perlu mandi agar semakin ganteng dan lucu," ujar Theo.

Ayah Untuk AnoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang