そう 僕はいつでも大切なものを守ろうとして
強く強く 抱きしめてはいつのまにかこわしてしまう
-(Centimillimental- Lily)
(Benar, aku selalu saja begini. Mencoba melindungi apa yang berharga untukku
Semakin kudekap erat malah hancur jadinya)
***
Julian berharap ini semua hanyalah mimpi buruknya saja. Ia berharap untuk segera bangun sehingga semua ini tidak nyata.
Ia kembali lagi ke tempat ini menunggu orang yang sama dengan kondisi yang sama parahnya. Terlebih lagi, ini adalah mimpi buruk mereka. Ia tidak menyangka sama sekali hal terburuk datang juga.
Julian terus memejamkan matanya seraya berdoa dengan sepenuh hatinya berharap keselamatan temannya ini.
Ia tidak menyangka, sepulangnya ia dari perpustakaan kota, ia dihadapkan dengan kecelakaan tepat di depan matanya saat hendak menyebrang di lampu merah. Apalagi yang menjadi korban adalah Sean, pemuda yang telah memenuhi otak Julian karena rasa bersalahnya. Julian berlari tanpa takut dan berteriak pada pemuda yang tak sadarkan diri itu. Ia berteriak dengan kalut meminta tolong kepada orang-orang sekitar untuk membantunya mengeluarkan Sean. Dirinya semakin kalut kala darah segar terus mengalir membasahi wajah pemuda itu.
Bau anyir darah tak diperdulikannya. Darah milik pemuda itu bahkan sudah mengering dan ia sama sekali tidak ingin meninggalkan tempat ini setidaknya untuk membasuh dirinya sendiri.
Air matanya mengalir kala mengingat kejadian tadi. Ia berusaha mengeluarkan pemuda itu dari mobil tapi sangat sulit karena bagian yang Sean tempati menjepit tubuhnya dan remuk. Julian bahkan hampir gila karena terus berteriak meminta tolong. Nyawanya serasa melayang begitu tubuh Sean dievakuasi. Ia langsung terduduk dengan lemas hampir pingsan begitu melihat kondisi pemuda itu.
Untungnya ada orang lain membantunya untuk bangkit dan membawa Sean ke ambulance untuk segera dibawa ke rumah sakit. Sesampainya di sana, Sean diarahkan untuk segera melakukan operasi. Etah bagaimana, Julian langsung menandatangani persetujuan operasi itu. Di sinilah ia. Tepat di depan ruang di mana Sean tengah berjuang sekali lagi untuk hidupnya.
"Tolong jangan nyerah, Sean.."
Julian mengabaikan sepenuhnya eksistensi pria yang tak jauh duduk bersamanya. Ia tidak perduli dengan apapun yang pria tua itu lakukan. Tetapi sungguh ia sangat kesal karena pria itu nampak biasa saja, bahkan raut khawatir tidak sedikitpun terlihat padahal putra satu-satunya tengah berjuang hidup dan mati di dalam sana. Julian semakin yakin pria itu hatinya sudah mati.
Selang beberapa waktu seorang dokter ke luar dari ruang operasi. Ekspresinya sungguh membuat Julian takut.
"Bagaimana keadaan Sean, Dok?" pemuda itu langsung menanyai sang dokter.
Raut wajah dokter itu menurun. "Operasi Sean masih berlangsung. Saya ingin menyampaikan suatu berita yang kurang baik."
Julian benci itu. Tolong jangan kemungkinan yang ia pikirkan.
"Apa itu?" tanya Ayah Sean.
"Kami terpaksa harus mengamputasi kaki, Sean."
Jantung Julian serasa jatuh ke perutnya. Kakinya melemas membuatnya terjatuh karena tidak mampu menumpu berat tubuhnya. Kenapa hal seburuk ini harus menimpa pemuda itu. Julian sungguh tidak bisa membayangkan bagaimana perasaannya ketika mengetahui kabar buruk ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marigold [END]
Teen FictionMarigolds represent strength and power but also symbolize grief and sadness. Sean ingin terus menari. Tapi apakah bisa? Tarian bukanlah yang Ayahnya mau dari dirinya. Tarian bukanlah hal yang membanggakan untuk Ayahnya. "Ingatlah Sean, kamu dilahir...