BAB 9

10 5 0
                                    


Tiga orang ini mendadak tuli kala Sean meminta untuk berhenti. Ketiganya terus menyeret pemuda itu menuju tempat yang mereka inginkan.

"Ke arah sini kan, Yum?" tanya Widya.

Ayumi mengangguk. "Iya. Tuh di sana udah rame. Acaranya pasti udah mau di mulai."

"Cepetan jalan!" Lion berjalan semakin cepat dan mau tidak mau Sean mengikuti kecepatan langkahnya karena sebelah tangannya ditarik oleh Lion.

Sean menghelakan nafasnya. Ia tau betul tempat apa ini. Tetapi sungguh, ia tidak ingin berada di sini. Kenapa mereka bertiga begitu ngotot menarik Sean untuk datang ke tempat ini.

"Kak, acaranya belum dimulai kan?" tanya Ayumi pada salah satu panitia acara yang tengah berdiri di luar ruangan itu.

"Belum, Kak."

"Syukur deh, yuk masuk!"

Ayumi mendorong Sean masuk namun panitia itu langsung menghadang mereka.

"Maaf, tapi tidak sembarangan orang bisa masuk. Bisa tunjukkan tiket kalian dulu?" pintanya.

Ayumi menyerahkan tiga tiket kepada wanita di depannya.

"Hanya tiga tiket?"

"Iya kak, yang satunya kan peserta. Gak perlu tiket, dong."

Wanita itu memperhatikan orang yang ditunjuk oleh Ayumi.

"Oh, kamu yang waktu itu? Bukannya kamu sudah gugur?"

Sean yang tengah menunduk hanya bisa diam dengan tangan yang bertaut satu sama lain. Ya, benar. Mereka tengah berada di tempat kompetisi yang seharusnya Sean ikuti. Kompetisi yang menjadi alasannya berlatih dengan keras beberapa minggu yang lalu. Ia yakin ketiga temannya tidak tau bahwa ia telah gugur dalam perlombaan ini.

"Lomba aja belum udah main gugurin orang aja," ujar Lion.

"Maaf kak, dia tidak memenuhi persyaratan. Jadi kami terpaksa menyatakan bahwa teman kakak tidak bisa mengikuti kompetisi ini."

Ayumi memandang Sean. Pemuda itu membalas tatapan Ayumi dan tersenyum padanya seolah ia menyatakan bahwa 'tidak apa-apa, aku baik-baik saja'. Argh, Ayumi ingin sekali memeluknya.

"Udah gue tebak kalian ke sini."

Keempat orang itu langsung beralih pada Julian yang tiba-tiba datang dari arah belakang mereka.

"Bagus banget ya lo. Udah mau bikin pacar lo mati, sekarang malah nyulik anak orang, mau jadi kriminal lo?" Kekesalan Julian terhadap penghadangan mobil ternyata masih ada.

Lion yang menjadi objek amarah Julian hanya diam dengan tatapan bodo amat yang memancing kembali amarah Julian.

"Maaf, ya Julian," cicit Ayumi. Gadis itu menyenggol lengan kekasihnya untuk ikut meminta maaf.

Lion berdecak. "Sorry," ujarnya dengan terpaksa.

"Udah ah, yuk balik!" ajak Lion.

"Ga jadi masuk?" tanya Julian.

Widya menjawab. "Sean ga jadi tampil jadi buat apa tetep nonton?"

"Kata siapa Sean ga jadi tampil?"

Kata-kata Julian tersebut membuat antensi Sean tertarik. Begitupula dengan Ayumi, Widya, dan Lion mereka kompak memandangi Julian.

Julian kemudian mengambil ponselnya dan mendial sebuah nomor.

"Hallo, Om. Ini Julian," ujar Julian tepat saat panggilannya dijawab.

Marigold [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang