"Saya tidak akan membiarkan anak saya bergaul lagi dengan anak anda!"
Wanita itu menunjuk-nunjuk pria di depannya dengan amarah.
"Bund, ini rumah sakit. Ayo kita keluar," bujuk sang suami.
Wanita itu menghempaskan tangan pasangannya, ia balik memandangi sang suami dengan kecewa.
"Aku sudah memintamu untuk menjauhkan Julian dari keluarga mereka. Kenapa kamu membiarkan ini terjadi? Tidakkah kamu ingat perbuatan pria bajingan ini kepada anak kita? Bunda tidak ingin Julian terluka lagi," ujar Lana dengan pilunya. Ia masih tidak tega akan putranya yang datang dengan luka-luka. Putra yang selalu ia jaga dengan baik sedari lahir bahkan untuk sekedar mencubitnya saja ia tidak tega tetapi Pria yang bukan siapa-siapa tega mencelakainya. Sebagai Ibu, Lana tidak akan tinggal diam. Ia sudah bertekad akan menjauhkan keluarganya dari keluarga itu.
"JULIAN! AYO KELUAR PUTRAKU.. AYO KITA PULANG,SAYANG.." Lana kemudian berteriak dengan kencang di depan ruang rawat Sean. Memanggil-manggil putranya yang ada di dalam untuk segera pulang.
Kondisi di koridor rumah sakit itu tidak kondusif. Orang-orang mulai berdatangan untuk menyaksikan keributan yang ada. Akhirnya Ayah Julian menarik paksa istrinya untuk keluar.
"Ayo, kita pulang dulu. Julian pasti baik-baik saja."
"Tidak! Terakhir kali kamu mengatakan dia baik-baik saja tetapi apa yang aku dapat? Dia datang ke rumah sakit ini dengan luka-luka di tubuhnya. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi lagi."
"Maafkan aku."
Lana dan suaminya menoleh ke arah pria itu yang telah bersujud di hadapan keduanya. Seolah tak perduli dengan harga dirinya bahkan mengabaikan orang-orang yang menontonnya. Ayah Julian tertegun dengan apa yang terjadi di depannya. Sosok sombong nan angkuh ini merendahkan diri di hadapannya yang notabenenya adalah bawahannya bahkan bersujud.
Lana juga cukup terkejut. Sosok di depannya yang selalu menggunakan kekuasaan untuk menjaga harga dirinya bahkan membuat sang putra menjadi bonekanya bersujud di depannya. Apakah dunia sudah mau kiamat?
"Maafkan aku.. Tolong biarkan Julian bersama dengan Sean. Aku mohon.. Sean butuh Julian untuk menghiburnya. Aku mohon.." ujar Ayah Sean lagi.
Ayah Julian langsung menarik bosnya untuk kembali berdiri. "Pak, tolong jangan seperti ini."
Dapat ia lihat sang bos tengah merasa cukup tertekan. Wajahnya yang angkuh hilang entah kemana dan menyisakan raut sedih yang sangat ketara.
"Kami akan membiarkan Julian tetap di sini menemani Sean," putus Ayah Julian.
"MAS!" protes Lana tak terima. Ayah Julian menggelengkan kepalanya pada Lana seolah menunjukkan bahwa ia tidak akan mendengarkan bantahan sang istri.
"Terima kasih.. Aku akan menjamin Julian akan baik-baik saja. Aku akan pastikan hal terakhir tidak akan terjadi lagi. Aku akan mengantarkan Julian kembali dengan selamat."
Ayah Julian mengangguk. Ia kemudian membawa sang istri untuk pergi dari sana. Kali ini, Lana diam saja karena belum sempat ia membuka mulutnya sang suami langsung menyela.
"Kali ini saja, Lana. Julian akan baik-baik saja. Percaya padaku.."
Akhirnya ia menurut dan tak protes lagi. Ia mencoba mempercayai sekali lagi ucapan suaminya. Jika hal buruk kembali terjadi kepada sang putra maka ia akan menjauhkan putranya dari suaminya juga.
Sedangkan di dalam ruangan itu, Julian menghela nafasnya merasa lega semua berakhir. Buru-buru ia langsung kemari ketika sang Ayah mengabarinya bahwa Bundanya akan datang ke rumah sakit dengan amarah karena mengetahui dirinya masih berhubungan dengan keluarga Sean. Tanpa berpikir lama, ia langsung memasuki ruangan Sean sebelum sang Bunda datang dan menyumbat kedua telinga Sean dengan headphone agar tidak mendengar semua omong kosong sang Ibundanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marigold [END]
Teen FictionMarigolds represent strength and power but also symbolize grief and sadness. Sean ingin terus menari. Tapi apakah bisa? Tarian bukanlah yang Ayahnya mau dari dirinya. Tarian bukanlah hal yang membanggakan untuk Ayahnya. "Ingatlah Sean, kamu dilahir...