Kritis

29 2 0
                                        

"Keluarga pasien?" tanya sang dokter

"Iya dokter, bagaimana keadaan anak saya?" kali ini Saga yang menjawab, Arka sudah tak mampu berbicara, ia hanya terduduk lemah dilantai rumah sakit dengan pandangan kosong

"Saat ini pasien dalam keadaan kritis, kami berharap keluarga terus mendoakan pasien agar bisa melewati masa kritisnya"

Dada terasa sesak, teramat sakit yang saat ini Arka rasakan. Ibu dari anaknya tengah berjuang antara hidup dan matinya

"To-long selamatkan istri saya dokter" Arka bangun dan memohon mohon

"Kami pasti akan melakukan yang terbaik pak, anda terus berdoa untuk istri anda, saat ini pasien akan dipantau terus di ruangan ICU, semoga Tuhan mendengar doa keluarga ya, kalau begitu saya permisi"

"Anak perempuan mama, kamu harus kuat, Dev nunggu kamu dirumah" lirih Sela dipelukan sang suami

"Arka, sebaiknya kamu pulang dulu kerumah ganti bajumu, banyak noda darah nak dibajumu, dan juga temui dulu anak kalian dirumah" ujar Saga

"Pa tapi Yesy gimana? Aku ngga bisa ninggal dia"

"Sebentar Arka, bersihkan dirimu dulu, kamu juga perlu lihat Dev dirumah"

"Apa yang dikatakan papa benar nak, temui anakmu" ucap Hardi

"Kami disini menjaga Yesy selagi kamu pulang" Hana mencoba menyakinkan anaknya

"Baik aku pulang sebentar"

"Sepertinya Arka tidak bisa menyetir sendiri, biar papi temani ya?" tanya Hana

"Aku bisa mi, tolong aku titip Yesy"

"Pasti, kami pasti akan menjaganya"

Arka pamit pulang untuk membersihkan dirinya dan tentunya bertemu anak mereka. Sesampainya dirumah

"Gimana keadaan kak Yesy?" tanya Arsy parau dengan Dev digendongannya

Arka tak menjawab, tangannya terulur ingin memegang Dev namun belum sempat tangan itu menyentuhnya, Arsy memundurkan badannya

"Kakak kotor, jangan pegang Dev dulu, mandilah"

"Bawa dia kekamarku" ucapnya dengan dingin lalu berjalan meninggalkan Arsy

"Ya aku akan membawanya kekamarmu kak"

"Kenapa dia dingin seperti itu? ah mungkin karena pikirannya sedang kalut" batin Arsy

tak mau pusing dengan pikirannya sendiri, ia menyusul Arka untuk meletakkan Dev dikamarnya, dan ia memutuskan untuk menunggu Arka karena khawatir jika Dev sendiri dikasur sedangkan Arka masih berada dikamar mandi

"Kenapa masih disini?" suara itu memecahkan lamunan Arsy

"G-gue nunggu Dev, takut jika kakak belum keluar dari kamar mandi dan terjadi sesuatu dengannya"

"Keluarlah, saya ingin berdua dengannya sebentar" 

"Ta-tapi kak, kamu belum menjawab pertanyaanku, bagaimana keadaan kakaku?" lirihnya

"Kakakmu kritis"

"A-pa ke-kenapa bisa kecelakaan itu terjadi" tak terasa air matanya luruh

"Keluar"

"Tapi k-"

"KELUAR, AKU BILANG KELUAR YA KELUAR ARSY" bentaknya

Arsy yang terkejut dengan bentakan itu, langsung keluar dan berlari menuju kamarnya

"Ke-kenapa dia membentakku, apa salahku, aku hanya ingin tau keadaan kakakku" Arsy menangis sendiri dikamarnya

"Sebaiknya aku telpon mama" gumamnya lalu mengambil ponselnya

"Halo.. Mama gimana keadaan kakak hiks.. ba-barusan aku tanya pada kak Arka tapi dia membentakku"

"Nak kakakmu kritis hiks..Tolong doakan dia ya, untuk sikap kak Arka, mungkin ia masih syok dengan keadaan kakakmu jadi dia tak sengaja membentakmu"

"Sekarang dimana kak Arka?"

"Dia dikamar berdua dengan Dev ma, dia meminta waktu untuk berdua dengan Dev"

"Mungkin dia ingin menenangkan diri sebentar, biarkan saja kamu tunggu kak Arka tenang"

"Iya ma"

Bertepatan dengan sambungan telpon terputus, ketokan terdengar dari pintu kamarnya

Arsy membuka pintu "Iya kak?"

"Ini Dev, tolong jaga dia saya mau ke rumah sakit"

"Iya kak, hati hati"

"Tadi saya sudah beli susu formula untuk jaga jaga jika asi yang disiapkan Yesy tadi siang kurang"

"Terimakasih kak"

Arka menyerahkan Dev dan langsung pergi meninggalkan Arsy dengan banyak pertanyaan dikepalanya.

"Mengapa ia menjadi dingin dan cuek? saya? aku rasa baru kali ini dia menyebut dirinya dengan saya"

"Aku ga tenang banget, kepikiran kakak terus, ya Allah tolong biarkan kakak sembuh kasihan Dev masih perlu kakak, aku yakin kakak orang kuat kakak pasti bisa lewatin masa kritisnya"

Oeekk.. Oekkk

"Sayang jangan nangis, kamu pasti tau ya kalau mama lagi ga baik baik aja, sayang sama aunty dulu ya, mama lagi berjuang untuk hidupnya, kamu bantu mama ya dengan ga rewel sayang" Arsy menimang Dev menenangkan Dev yang rewel sedari tadi

"Mau susu ya? ayo kita ambil susu kamu ya sayang" Arsy memasang gendongan untuk menyiapkan asi yang sudah distok Yesy dikulkas

Saat Arsy membuka kulkas "Kak gue baru sadar satu hal, lo nyiapin susu banyak banget buat Dev padahal lo cuma fitting baju, apa lo udah kerasa kalo lo agak lama ninggal Dev dirumah sama gue" Arsy kembali meneteskan air matanya. Arsy menyiapkan ASI untuk dihangatkan dan memberikan pada Dev sembari ia menuju ruang tamu bawah untuk menimang Dev agar ia kembali tertidur.

Tak lama kemudian Dev kembali tertidur, Arsy yang merasa sangat lelah mendudukan diri disofa dengan Dev digendongannya. Perlahan matanya mulai memejam

"Dek"

"K-kak Yesy, kakak baik baik aja kan?"

"D-dek kakak titip Dev ya, tolong jaga dia dengan baik anggap dia seperti anak kamu sendiri ya dek"

"Kak lo ga akan kemana mana kan?" air mata Arsy menetes

"Kakak mau istirahat dulu ya dek, kakak titip anak kakak, tolong jadi ibu dan istri untuk Arka ya"

"N-ngaaak kak, yang jadi istri kak Arka itu kakak bukan aku"

"Dek, kakak ingin istirahat dulu, kakak lelah dek"

"Nggak.. Kak jangan pergi"

"Kakak" teriak Arsy, air matanya menetes dengan keringat bercucuran dipelipisnya

"Mimpi apa ini, ga mungkin kakak pergi, aku tau kakak kuat, kakak ga boleh ninggalin Dev, kakak juga harus nikah sama kak Arka kakak yang harus jadi istrinya bukan aku" lirih Arsy sembari mengelus pipi Dev yang tertidur pulas dipangkuannya. Ia memutuskan untuk kekamar agar Dev bisa istirahat dengan nyaman, begitupun tubuhnya rasanya sangat lelah karena kejadian hari ini

Bukan Pengganti KakakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang