12. DESTROYING ANGER

418 41 1
                                    

Pagi itu, setelah menikmati sarapan di villa, Lisa, Jennie, dan teman-teman mereka memutuskan untuk menjelajahi pasar tradisional Bora-Bora yang terletak di pusat kota.

Anak-anak lebih memilih untuk tinggal di villa, sehingga para orang dewasa bisa menikmati pengalaman lokal tanpa gangguan.

Di pasar, mereka disambut oleh warna-warni kerajinan tangan, buah tropis segar, dan aroma makanan lokal yang menggugah selera.

Para pedagang lokal dengan ramah menyapa mereka, menawarkan produk-produk mereka dengan bahasa Prancis dan Inggris yang campur aduk.

Suasana pasar tradisional di Bora-Bora meriah dengan warna-warni kerajinan tangan, buah-buahan tropis, dan aroma makanan laut segar.

Kios-kios kecil berjejer di sepanjang jalan sempit, dan kerumunan pedagang serta pengunjung menambah kehangatan suasana.

Di salah satu kios makanan, seorang wanita dengan kerudung tradisional tersenyum ramah saat melihat mereka mendekat.

"Selamat pagi! Ini adalah hasil tangkapan hari ini. Apa Anda tertarik mencoba beberapa?" tanya pedagang sambil menunjuk deretan ikan dan kerang yang baru dipanen.

"Ya, tentu. Apa yang Anda rekomendasikan?" tanya Jennie sambil memeriksa ikan-ikan yang dipajang.

Pedagang itu menjelaskan dengan antusias, "Kami memiliki Mahi-Mahi dan Tuna yang sangat segar hari ini. Kerang 'Vaimiti' juga sangat lezat—biasanya kami masak dengan bawang putih dan mentega."

Sambil memeriksa kerang, Lisa bertanya, "Apa itu 'Vaimiti'? Apa keistimewaannya?"

"Vaimiti adalah kerang lokal yang kami anggap sebagai makanan istimewa. Rasanya manis dan sangat cocok dengan masakan tradisional kami," jawab pedagang sambil menyiapkan beberapa kerang untuk dicicipi.

Sementara itu, Rose dan Joy mendekati kios kerajinan tangan di sebelahnya. Seorang pria tua sedang membungkus perhiasan kerang yang berkilauan.

"Semua perhiasan ini dibuat tangan oleh pengrajin lokal. Setiap perhiasan memiliki makna tersendiri dalam budaya kami," jelas pria itu.

Irene bertanya, "Apa makna dari perhiasan ini?"

Pria itu tersenyum, "Desain ini melambangkan 'Mana', yang berarti energi hidup dan kekuatan spiritual. Ini adalah simbol penting bagi kami."

Setelah berbelanja, mereka melanjutkan perjalanan ke restoran kecil di tepi pantai. Suasana di restoran sangat santai, dengan meja-meja yang menghadap langsung ke laut.

Tane, pemilik restoran, menyambut mereka dengan senyum lebar. "Selamat datang! Nama saya Tane. Apa yang bisa saya bantu hari ini?"

"Bisa tolong rekomendasikan beberapa hidangan lokal yang harus kami coba?" tanya Seulgi sambil melihat menu.

Tane menjelaskan dengan semangat, "Anda harus mencoba 'Poisson Cru'. Ini adalah ikan mentah yang direndam dalam santan dan rempah. Juga, jangan lewatkan 'Roe Taro', kue taro khas kami yang sangat lezat."

Wendy bertanya, "Bagaimana cara mempersiapkan 'Poisson Cru'? Apa bahan-bahan utamanya?"

Tane menjelaskan, "'Poisson Cru' dibuat dengan ikan segar yang direndam dalam santan, bawang, dan rempah-rempah lokal seperti jahe dan cabe. Ini adalah hidangan segar dan ringan, sangat cocok dengan cuaca tropis di sini."

Saat hidangan tiba, Tane kembali untuk memastikan semuanya baik-baik saja.

"Jika Anda ingin rasa yang lebih kaya, cobalah menambahkan sedikit saus cabai lokal. Ini akan memberikan kick ekstra pada hidangan Anda," sarannya sambil menunjukkan botol saus cabai.

END OF THE ROAD | JENLISA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang