Pagi hari di rumah sakit dimulai dengan rutinitas yang biasa. Jennie tiba di kamar perawatan Lisa dengan membawa sarapan yang penuh perhatian, berharap hari ini akan menjadi hari yang lebih baik untuk Lisa.
Jennie memandang jam tangan, sudah cukup larut pagi. Dengan lembut, Jennie membuka tirai jendela untuk membiarkan sinar matahari pagi masuk ke dalam ruangan.
Namun, saat dia menoleh ke arah tempat tidur, sesuatu terasa tidak benar.
Lisa masih terbaring di tempat tidurnya dalam posisi yang sama seperti malam sebelumnya. Jennie melangkah maju dengan hati yang sedikit cemas.
Dengan lembut, dia menyentuh bahu Lisa dan memanggilnya. "Lisa, bangunlah. Aku sudah membawa sarapan untukmu."
Tidak ada respon dari Lisa. Jennie merasa ada sesuatu yang salah. Dia semakin cemas, dan dengan cepat, dia memanggil dokter.
"Tolong, dokter! Ada sesuatu yang salah dengan Lisa. Dia tidak bergerak."
Dokter dan tim medis segera datang ke kamar. Mereka memeriksa Lisa dengan cepat namun teliti. Ketegangan di udara terasa menyesakkan saat mereka melakukan pemeriksaan.
Jennie berdiri di samping ranjang dengan tatapan penuh kekhawatiran, berharap berita yang akan datang bukanlah yang terburuk.
Namun, ekspresi dokter dan tim medis tidak memberikan tanda-tanda harapan.
Dokter menatap Jennie dengan wajah yang penuh simpati dan kesedihan. "Saya sangat menyesal, Jennie. Lisa sudah tidak ada. Dia telah meninggal dunia."
Kata-kata dokter seolah menghantam Jennie dengan keras.
Rasa sakit dan ketidakpercayaan melanda dirinya seketika. Dia merasa dunia seolah runtuh di sekelilingnya, dan semua tenaga yang ada seolah lenyap begitu saja.
Jennie merasakan rasa dingin menyelimuti tubuhnya saat dia duduk di kursi di samping ranjang Lisa, mencoba memahami kenyataan pahit yang baru saja diterimanya.
Air mata mengalir di pipinya, menetes perlahan, merasakan kehilangan yang begitu mendalam.
Jennie berbicara dengan suara gemetar dan hampir tak terdengar. "Bagaimana mungkin ini terjadi? Baru kemarin dia masih ada di sini, dan kita bahkan masih punya banyak waktu bersama."
Dokter menatap Jennie dengan penuh empati. "Kita sudah melakukan yang terbaik, Jennie. Kanker dan komplikasi lainnya sangat berat bagi tubuhnya. Meskipun kami berusaha keras, kadang-kadang keadaan bisa berubah dengan cepat."
Jennie hanya bisa mengangguk, mencoba mengumpulkan kekuatan untuk menghadapi kenyataan ini. Dia merasa duka mendalam, namun dia juga tahu bahwa Lisa sekarang tidak lagi menderita.
Jennie duduk di samping Lisa, memegang tangan yang dingin dan kaku. Rasa bersalah dan penyesalan menyelimuti dirinya.
Jennie berpikir tentang semua kata-kata yang tidak sempat diucapkan, dan semua waktu yang seharusnya bisa mereka habiskan bersama.
Anak-anak akan segera datang, dan Jennie harus bersiap untuk memberi tahu mereka tentang kehilangan ini.
Jennie memejamkan mata, mengingat kembali momen-momen indah yang pernah mereka miliki bersama sebagai keluarga. Dia berharap bahwa, setidaknya, Lisa menemukan kedamaian sekarang.
Jennie tahu bahwa berita kematian Lisa adalah hal yang sangat berat untuk diterima oleh anak-anaknya.
Dengan hati yang berat, dia memutuskan untuk memberitahu mereka secara langsung. Jennie menghubungi Jake, Rora, dan Ahyeon, meminta mereka untuk datang ke rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
END OF THE ROAD | JENLISA ✔️
Fiksi Penggemar"aku tidak membencimu lisa, aku hanya kecewa, kamu berubah menjadi semua yang kamu katakan tidak akan pernah kamu lakukan." - Jennie