Lisa tengah duduk di ruang kerjanya di rumah, tenggelam dalam tumpukan dokumen penting mengenai pengelolaan keuangan perusahaan Jeon.
Setiap lembar dokumen penuh dengan angka dan catatan yang harus diteliti dengan teliti. Suasana di ruang kerja tersebut sangat serius, dengan lampu meja yang menerangi wajahnya yang cemas dan kertas-kertas yang tersebar di sekelilingnya.
Pintu ruang kerja terbuka perlahan, dan Jake, dengan secangkir kopi di tangannya, memasuki ruangan.
"Daddy, aku membawa kopi untukmu. Aku tahu kamu mungkin butuh sesuatu untuk menyegarkan diri," kata Jake dengan senyum lebar.
Namun, Jake tidak melihat bahwa salah satu kabel di lantai menyebabkan dia tersandung. Kopi yang dia bawa tumpah, mengenai dokumen-dokumen yang sedang Lisa kerjakan.
Lisa yang melihat kejadian tersebut langsung kehilangan kesabaran. Dengan marah, dia berdiri dari kursinya dan berteriak.
"Apa yang kau lakukan, Jake? Lihat apa yang kau lakukan pada dokumen-dokumen ini!"
Lisa mulai memukul Jake secara membabi buta, kemarahan dan frustrasi terluap pada anaknya.
Jake yang terkejut dan ketakutan hanya bisa berdiri membeku, tidak tahu harus bagaimana menghadapi kemarahan ayahnya.
Maid yang berada di luar ruangan, melihat kejadian tersebut dengan cemas, langsung meraih telepon untuk menghubungi Jennie yang sedang berada di rumah sakit.
Suara panik maid terdengar jelas di ujung telepon. "Nyonya, maaf mengganggu. Ada masalah besar di rumah. Lisa sangat marah dan sedang memukul Jake. Saya tidak tahu harus bagaimana."
Jennie yang sedang berada di ruang tunggu rumah sakit, dengan penuh perhatian mendengar berita tersebut.
Hatinya bergetar karena kekhawatiran. "Apa? Aku akan segera pulang," jawab Jennie dengan nada tegas, langsung berdiri dari kursinya dan berjalan cepat menuju pintu keluar.
Jennie tiba di rumah dengan cepat, berlari menuju ruang kerja dengan napas terengah-engah. Melihat keadaan tersebut, Jennie berlari ke arah Lisa, berusaha memisahkan Lisa dari Jake.
"Lisa! Berhenti! Apa yang kau lakukan?"
Lisa, dengan wajah penuh kemarahan dan rasa bersalah, berhenti sejenak dan menatap Jennie.
Matanya merah dan berkilat. "Dia merusak dokumen-dokumen ini! Aku sudah bilang untuk berhati-hati!"
Jennie segera menghampiri Jake yang tampak ketakutan dan berusaha menenangkan anaknya.
"Jake, apakah kau baik-baik saja?" Dia memeriksa Jake dengan penuh kekhawatiran, memastikan tidak ada cedera serius.
Jake hanya mengangguk, berusaha menahan air mata. "Aku tidak sengaja, Mommy. Aku minta maaf."
Jennie mengalihkan perhatiannya kembali ke Lisa dengan mata penuh rasa sakit.
"Apa yang kau lakukan ini, Lisa? Kamu harus tahu betapa beratnya keadaan ini untuk Jake. kau harus melampiaskan kemarahanmu pada anakmu sendiri?"
Lisa menunduk, merasa sangat bersalah. Dia menyadari bahwa amarahnya telah melampaui batas dan menyakiti orang yang paling penting dalam hidupnya.
"Aku... aku hanya terlalu frustrasi dan lelah. Aku tidak tahu bagaimana mengendalikan amarahku."
Jennie menghela napas dalam-dalam, merasakan campuran kemarahan dan kesedihan.
"Kita perlu berbicara tentang ini. Tidak bisa seperti ini terus-menerus. Kamu harus mencari bantuan untuk mengendalikan stres dan emosimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
END OF THE ROAD | JENLISA ✔️
Fanfic"aku tidak membencimu lisa, aku hanya kecewa, kamu berubah menjadi semua yang kamu katakan tidak akan pernah kamu lakukan." - Jennie