Chapter 6 : Perjalanan Dimulai

11 3 0
                                    

Kicauan burung terdengar sangat merdu di pagi hari, seolah merayakan awal hari baru yang penuh harapan. Matahari perlahan menyebar cahayanya yang jingga lembut melalui jendela kamarku, menghangatkan ruangan dengan sentuhan sinar lembutnya. Hari ini, cerah dan penuh potensi, mengisyaratkan awal yang baru dan perjalanan yang menanti di depan.

Di saat kebanyakan orang masih terlelap dalam tidur mereka, aku sudah terjaga sejak fajar. Sejak awal subuh, aku telah bangkit dari tempat tidurku, mempersiapkan diri untuk meninggalkan kerajaan Gatarta di pagi ini. Tidak banyak yang kubawa—sebuah pedang yang setia menemani dan beberapa koin emas yang kubawa sebagai bekal. Barang-barangku sangat sederhana, seperti halnya keputusan untuk meninggalkan tempat ini, yang penuh dengan kenangan dan cerita.

Setelah mengganti pakaian dengan hati-hati dan merapikan barang-barang yang tersisa, aku berdiri di depan pintu kamar yang terbuka lebar. Di hadapanku, ruangan ini, yang telah menjadi tempatku pulang selama ini, kini tampak berbeda—seolah memanggilku untuk melihat lebih dekat sebelum aku pergi.

Aku menatap setiap sudut ruangan dengan perasaan campur aduk, berusaha mengingat momen-momen penting yang telah terjadi di sini, dari kebahagiaan hingga kesedihan, dari tawa hingga kesunyian. Dengan satu tarikan napas dalam-dalam, aku menutup pintu kamar, meninggalkannya dengan penuh rasa hormat dan tanpa sepatah kata.

Koridor asrama prajurit kerajaan masih tampak sepi, dengan hanya suara langkah kakiku yang mengisi keheningan pagi.

Aku mengenakan jubah yang diberikan oleh Komandan Dyrus, jubah yang terasa berat dengan tanggung jawab dan harapan. Suasana di sekelilingku sangat tenang, mungkin karena waktu masih terlalu pagi bagi kebanyakan orang. Langkahku terasa seperti bagian dari keheningan pagi, menandai awal perjalananku yang panjang.

Ketika aku tiba di gerbang asrama, aku melihat sosok yang sudah menungguku dengan penuh kesabaran. Callan, sahabatku yang setia, tampak bersandar di dinding dekat pintu gerbang, menunggu kehadiranku dengan tatapan yang penuh makna. Dia tampak sedikit tidak sabar, dan sepertinya, ia telah berada di sini cukup lama.

"Maaf, ini bukan guild petualang," ejek Callan setelah melihat penampilanku, yang mungkin terlihat sedikit tidak sesuai dengan harapan.

"Kau benar-benar rajin, ya? Pagi-pagi begini sudah bangun," jawabku sambil membalas ejekannya dengan senyuman tipis.

"Tentu saja! Pagi ini aku akan mengantar kepergian sahabatku. Dia adalah orang yang sangat aneh—katanya ingin mencari kebahagiaan," jawab Callan, dengan nada yang sedikit sinis sambil memalingkan wajahnya seolah tidak ingin menunjukkan betapa pentingnya pertemuan ini baginya.

Aku bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekadar sindiran dalam kata-katanya, sesuatu yang mungkin ia kesulitan untuk ungkapkan.

Aku hanya bisa tersenyum melihat sikapnya. Meskipun sikapnya sering kali tampak sinis, Callan adalah orang yang sangat baik dan peduli. Ia rela bangun lebih awal dan menungguku hanya untuk mengantar kepergianku. Keberadaannya di sini, pagi-pagi sekali, adalah bukti nyata dari persahabatan kami yang dalam dan tulus.

"Hah, jadi, kau benar-benar akan pergi?" tanya Callan dengan nada yang lebih santai dari sebelumnya, seolah mencoba menutupi perasaannya.

"Iya," jawabku dengan singkat, merasa berat untuk mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.

"Begitu ya, baguslah kalau begitu. Semoga kau bisa menemukan apa yang kau cari," ucapnya, sambil melirik ke berbagai arah dengan sedikit gelisah. Ia tampak ingin mengatakan sesuatu lebih, namun tampaknya masih ragu.

Akhirnya, setelah menghela nafas panjang, ia berkata dengan nada lembut, "Y-ya, semangat ya," sambil mengulurkan tangan dan menatapku dengan tatapan yang penuh harapan dan kehangatan.

Find A Way To Be HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang