Chapter 12 : Giant, Bunuh Atau Tidak?

14 3 0
                                    

Aku bisa merasakan detak jantungku semakin cepat, seiring dengan suara gemuruh yang terdengar dari kejauhan. Pagi ini, aku akan menghadapi sesuatu yang besar, sesuatu yang telah lama menghantui desa ini—para Giant. Persiapan telah selesai, dan aku berdiri di lapangan terbuka, melihat ke arah pasukanku yang tersembunyi di atas pohon-pohon tinggi, siap dengan busur dan anak panah mereka. Mereka adalah pasukan keamanan desa, tapi pagi ini, aku yang memimpin mereka, aku yang akan menanggung beban keputusan ini.

Dengan pedang tergenggam erat di tanganku, aku berdiri sendirian di tanah yang dingin, menanti kedatangan makhluk-makhluk besar itu. Aku tahu beberapa dari mereka yang bersembunyi di atas sana meragukan rencanaku. Mungkin mereka takut, mengingat aku memilih untuk berada di bawah, di garis depan, tanpa perlindungan. Tapi aku tidak meragukan diriku. Aku tahu apa yang harus kulakukan, dan aku yakin ini adalah cara terbaik untuk melindungi desa ini.

Kedamaian yang rapuh mulai pecah oleh suara langkah kaki berat yang mengguncang bumi. Aku bisa merasakan getarannya di tanah, makin mendekat, membuat ketegangan semakin terasa. Pohon-pohon di sekitarku mulai bergoyang, seolah-olah angin kencang bertiup, namun aku tahu itu bukan angin. Itu adalah tanda bahwa mereka sudah dekat. Pasukanku yang berada di atas pohon mulai mempersiapkan anak panah mereka, menunggu sinyal dariku, tapi aku hanya mengangkat tangan, memberi isyarat untuk tetap tenang.

Dari balik kabut yang tebal, bayangan besar mulai tampak, bentuk mereka perlahan muncul seiring dengan langkah mereka yang mendekat. Kabut malam semakin tipis, mengungkapkan lima sosok raksasa yang berdiri dengan megah di depan kami. Mereka jauh lebih besar daripada yang pernah aku bayangkan, dengan tubuh yang dipenuhi otot, dan mata merah yang berkilauan di kegelapan. Mereka adalah kekuatan alam yang tak terhentikan, makhluk yang hanya tahu satu hal—menghancurkan.

Salah satu Giant melangkah maju, lebih dekat ke arahku. Aku bisa melihat kebencian di matanya, kebencian yang diarahkan langsung padaku. Rasanya seperti waktu berhenti sejenak, dan aku bisa merasakan pasukanku di atas sana mulai gelisah, mungkin bertanya-tanya apa yang sedang kulakukan, mengapa aku tetap diam. Namun aku tahu ini adalah bagian dari rencanaku—aku harus menunjukkan bahwa aku tidak takut.

Giant itu tiba-tiba mengangkat kakinya yang besar, siap untuk menginjakku seperti serangga. Dalam hitungan detik, aku bergerak, menghindar ke samping, dan kaki raksasa itu menghantam tanah dengan kekuatan yang luar biasa, mengguncang bumi di bawah kakiku. Aku tahu mereka mengharapkan aku untuk menyerang balik, tapi aku tidak melakukannya. Sebaliknya, aku terus bergerak, menghindari setiap serangan yang datang, membuat mereka marah dan frustrasi. Mereka mencoba memukulku, tapi aku selalu lebih cepat, mengelak dari setiap serangan dengan gesit.

Pasukanku mulai ragu, aku bisa merasakannya. Mereka tidak mengerti mengapa aku belum memberikan perintah untuk menyerang, meskipun sudah beberapa menit berlalu. Namun aku tahu, waktu yang tepat belum tiba. Setiap kali mereka menyerangku, aku bisa merasakan kekuatan dan kemarahan mereka semakin meningkat, namun aku tetap tenang, menunggu saat yang tepat.

Ketika aku merasa sudah cukup, aku melompat jauh dari mereka, mengangkat pedangku tinggi-tinggi ke langit, dan kemudian, dengan lambat, aku membuangnya ke tanah. Tindakan itu membuat pasukanku tercengang, mereka tidak mengerti apa yang sedang kulakukan. Namun aku tetap tenang, menatap para Giant dengan mata yang penuh keyakinan.

"Wahai para Giant!" seruku dengan suara yang kuat dan jelas, membuat pagi yang sunyi tergetar oleh kata-kataku. "Aku tahu kalian menyukai kehancuran, menggunakan kekuatan besar kalian untuk menghancurkan apapun yang menghalangi jalan kalian. Tapi aku tidak ingin desa ini menjadi korban. Pergilah dari sini! Aku tidak ingin bertarung dengan kalian!"

Kata-kataku menggantung di udara, membuat para Giant terdiam sejenak. Mereka tampak ragu, mungkin tidak terbiasa dengan seseorang yang berbicara kepada mereka seperti itu. Namun, satu Giant melangkah maju, lebih dekat lagi, menatapku dengan mata yang penuh amarah. Dia mengepalkan tangannya, dan aku bisa merasakan tekanan udara di sekitarku berubah ketika dia mengangkat tangannya, siap untuk menghancurkanku.

Find A Way To Be HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang