Temu Haru

144 8 1
                                    

Temu Haru√√

[14]

"Ini Ayah nak," Lirih Agler dengan tatapan yang sulit diartikan.

Alan terlihat bingung menatap pemuda tampan yang mengaku-ngaku Ayah nya. "Ayah kita udah meninggal beberapa bulan yang lalu kak, jangan mengada-ada!"

"Kalau begitu, beri luang waktu kalian untuk saya bercerita. Bisa?" Tanya Agler dengan tatapan sayunya.

Keduanya terlihat saling pandang, terdiam beberapa menit menatap ragu pada seseorang yang tidak dikenal.

"Agler, namaku Agler Zeiroun. Aku hanya ingin menceritakan kisah singkat perjalanan ku yang ada disini,"

Lagi lagi ucapannya membuat Alan bingung. Sejujurnya ia ragu tapi karena penasaran juga dengan apa yang ingin diceritakan membuat remaja itu mengangguk kecil.

"Kaka?" Lea menatap Ragu-ragu. Alan mengangguk mantap pada adeknya seolah tidak akan terjadi apa-apa.

"Oke, kita duduk ya? Biar ga cape nanti" ucapnya dianggukin kedua bocah itu. Dengan cepat ketiganya duduk didepan minimarket yang sudah disediakan.

"Jadi, apa yang mau Kaka cerita kan?" Tanya Alan terlihat tidak bisa berlama-lama berdiam diri.

"Kamu pernah denger tidak? Tentang transmigrasi?"

Alan Tampak terdiam. Satu menit berdiam dengan Agler yang sabar menunggu akhirnya remaja itu mengangguk kan kepalanya pelan.

"Aku pernah denger, bunda sering cerita tentang transmigrasi yang di tonton di series Drama Korea"

Agler menjentikkan jarinya, menatap keduanya hangat membuat keduanya merasa seperti ditatap Ayahnya.

"Nah Ay—"

"Aku cari cari ternyata lagi duduk santai disini hm?"

Ucapannya terpotong dengan seseorang yang menghampiri Kedua bocah itu, dia Elang sahabat Alka yang sekarang sudah menjadi Agler.

"Eh om, itu ada orang yang mau cerita katanya, kan Alan ga enak kalau nolak." Sahut remaja itu dengan senyuman manis nya. Ah, betapa sopannya anak sulung itu.

"Oh siapa?" Tanya Elang seraya menatap laki laki yang juga tengah menatapnya.

"Duduk" tegas Agler membuat Elang terperanjat. Baru kali ini pria itu menemukan seorang remaja yang tidak kenal takut dengan nya.

Dengan bodohnya Elang menunjuk dirinya sendiri membuat Agler memutar bola matanya malas. Terkadang sahabatnya itu bisa jadi goblok sementara disituasi yang tak terduga.

"Kucing, ya iya kamu lah. Duduk dan dengarkan apa yang saya mau omongin" ketus Agler seraya meminum soda yang ia beli.

"Jadi mau cerita apa?" Tanya Elang ketika sudah duduk dekat Lea.

Agler menghembuskan nafasnya pelan, mungkin memang sudah waktunya untuk jujur dengan mereka, lagipula Agler juga membutuhkan sahabatnya untuk menjebak sang penghianat.

"Percaya ga percaya, dengarkan dan jangan potong ucapan ku" tegas Agler membuat ketiganya mengangguk walau masih dengan wajah bingungnya.

Menghela nafas berkali-kali rasanya jiwanya seperti akan dicabut paksa.

"Saya Alka. Ayah kalian dan sahabat mu Elang"

Ucapan itu membuat ketiganya terdiam bingung. Masih diam menunggu cerita selanjutnya.

"Saya tahu kalian tidak akan percaya, bahkan saya juga tidak percaya bisa hidup lagi." Agler menatap wajah mereka satu persatu dengan helaan nafas panjang.

"Awalnya saya pikir kejadian beberapa bulan itu akan membuat saya pergi selamanya. Namun ternyata Tuhan masih memberikan kehidupan kedua untukku walau bukan diraga aslinya.

Raganya memang bukan Alka, namun jiwanya tetap lelaki yang selalu membuat mu kesal, membuat Alan ngambek dan membuat Lea selalu menunggu kepulangan nya disaat habis kerja"

"Apa yang membuat kita bisa percaya bahwa itu Alka kami?" Ucap Elang dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Elang orangnya sekali ketemu cewe bucin angkut. Alan yang ngotot minta PS, sering ngambek kalau ga dituruti sering ngompol karena dibilangin bandel. Lea sipencinta Doraemon, di kamar nya penuh dengan boneka Doraemon" jelas Agler panjang lebar membuat ketiganya menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Alan, udah ga sering ngompol. Yah," lirih Alan dengan air mata yang sudah luruh membasahi pipinya. Jangan nanyakan sigadis bernama Lea dia sudah menangis sesenggukan.

Dengan kompak ketiganya berdiri, melangkah mendekati Agler yang ikut berdiri.

Pelukan hangat seorang Ayah akhirnya mereka merasakan kembali walau bukan di raga aslinya namun sama sama nyaman.

"Ayah, kami merindukan mu. Sangat"

"Ayah, jangan tinggalin in Lea lagi. Lea ga mau ditinggal Ayah."

"Gue seneng bisa ketemu Lo lagi ka, walau bukan di raga yang sama. Tetapi Lo tetap jadi sahabat gue Nomor satu"

Ketiganya memeluk erat Agler membuat laki laki itu tersenyum penuh haru. Akhirnya doa yang selalu ia panjatkan dikabulkan oleh yang maha kuasa, dengan cerita yang terbilang tidak bertele-tele mampu membuat mereka percaya, namun ia masih ragu untuk bercerita dengan istrinya dan sahabat istrinya.

Biarkan nanti menyusul yang terpenting ia sudah bisa memeluk kedua anaknya dan sahabat terbaik nya.

"Ayah lebih lebih sangat merindukan kalian, kesayangan Ayah" bisik Agler dengan tangisan harunya. Untung saja tempat yang ia kunjungi sepi jadi tidak akan menjadi pusat perhatian.

Temu haru dengan minimarket yang menjadi saksi, tangisan keempat nya menyatu dengan langit yang bersinar seolah-olah tengah turut berbahagia.



































To be continued

Part ini fokus pertemuan kedua anaknya dan bestinya ya ehe')

Mau bilang apa sama 👇🏻

Agler or Alka ❔

Elang ❔

Alan ❔

Lea ❔

And...

Me ❔

RAMAIKAN PART INI BIAR LANJUT CEPAT🔥

VOTES 500 AND KOMEN 300 BUAT NEXT PAR!!

CEPET-CEPET TAN AYO?

TAPI JANGAN DISPAM YA!

KOMEN APA SAJA DISINI BEBAS TAPI JANGAN SPAM☞⁠ ̄⁠ᴥ⁠ ̄⁠☞

AGLER ZEIROUN √√ {On going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang