Part 20

205 16 4
                                    

Saat ini, apartemen adalah tujuan Kevin. Ia tak mungkin tetap di rumah dengan keadaan Michie yang seperti tadi atau pergi ke rumah Jonan dan Shani yang penuh dengan kenangannya bersama Yohan.

Harusnya ia bisa bersikap biasa saja, tujuannya menikahi Michie adalah untuk anak yang berada di kandungan Michie yang tak lain adalah keponakannya. Tapi ia merutuki kebodohannya sendiri yang justru jatuh ke dalam pesona kekasih kakaknya itu.

"Loh Kevin."

Kevin yang sejak tadi berjalan sambil menunduk langsung mendongakkan kepalanya melihat orang yang menyapanya barusan. Kevin mengerutkan keningnya, sepertinya ia tak mengenali seorang perempuan yang kini ada di hadapannya.

"Maaf, anda siapa ya?"

"Kamu lupa sama aku, wah kebangetan ya." ucap perempuan itu.

Kevin kembali merubah mimik wajahnya seserius mungkin, ia mencoba mengingat siapa sosok perempuan di hadapannya ini walaupun hasilnya tetap sama, ia tak mengenali wanita ini sedikitpun.

"Yakobus Kevin Sanjaya Jinarto Kusumo kamu benar benar lupa pada kakak yang pernah kamu kirimi surat cinta saat SMP dulu?"

Seketika Kevin terkejut.

"Kak Alya, ini beneran kamu kan yang namanya Alya Amanda??"

Wanita yang bernama Alya Amanda itu langsung tersenyum dan mengangguk.

"Aku pikir kamu akan semakin gendut kak."Kevin terkekeh geli membayangkan tubuh Alya yang lebih gendut dari terakhir kali mereka bertemu.

"Kurang ajar ya." Alya memukul pelan lengan Kevin sedangkan Kevin hanya tertawa menanggapinya.

"Kakak kok disini?" tanya Kevin, Alya menunjuk salah satu pintu di depan apartemen Kevin.

"Wah kita tetanggaan ternyata." ucap Kevin, Alya tersenyum dan mengangguk.

"Mau mampir?" tanya Alya, tanpa berpikir panjang Kevin langsung menganggukkan kepalanya.

Rapi, bersih dan harum. Itulah kesan pertama Kevin dapatkan saat memasuki apartemen Alya, sangat berbeda dengan apartemennya yang cenderung berantakan dan akan terlihat rapi jika Michie atau Shani yang berkunjung.

"Mau minum apa?" tanya Alya pada Kevin yang kini sudah duduk manis di sofa.

"Adanya apa aja?" Alya mengedarkan pandangannya ke sekitar dapur lalu membuka kulkas yang berada di sudut dapurnya.

"Hmm ada jus, susu, teh, kopi sama soda mau minum yang mana?"

"Air putih aja deh."

"Ishh, nanya ada apa aja tapi ujung ujungnya cuman air putih." ucap Alya dengan muka cemberutnya, Kevin hanya nyengir saja dan kembali mengamati seisi ruangan apartemen Alya.

Pandangannya teralih pada sebuah bingkai foto, terlihat Alya, Aldi dan Yohan yang sepertinya sedang tertawa dengan baju seragam yang penuh dengan coret coretan.

"Ada banyak orang yang merindukanmu disini koh, cepet pulang koh." batin Kevin dalam hati, walaupun kepulangan Yohan berarti perpisahan baginya dengan Michie tapi ia tak mau bersikap egois dengan mengambil apa yang sebenarnya bukan haknya.

"Ini Vin minumnya." Kevin menoleh dan menatap bingung pada segelas air yang Alya bawa.

"Kenapa?" tanya Alya.

"Air putih kak." ucap Kevin yang semakin membuat Alya bingung.

"Loh, ini aku bawa air putih loh bukan jus atau kopi." Kevin menggelengkan kepalanya lalu cemberut di hadapan Alya.

"Itu air bening kak, yang aku mau air putih."

Alya langsung menepuk jidatnya, kini ia paham maksud dari permintaan Kevin.

"Susu maksudnya?" Kevin langsung mengembangkan senyumnya dan mengangguk.

"Dasar bocah gendeng." gumam Alya.







"Kenapa sejak tadi kamu hanya diam? ayo jawab pertanyaan papa!"

Michie semakin menunduk takut, sungguh saat ini ia ingin Kevin datang dan menyelamatkannya dari situasi yang benar benar menyulitkannya.

"Michie!!" kini Andreas benar benar murka karena anaknya terus saja terdiam. Michie langsung berlutut di hadapan ayahnya, ia menangis lalu memeluk kaki Andreas dengan kuat.

"Maaf pa, maafin Michie."

"Apa maksud kamu dengan kata maaf?" tubuh Andreas rasanya melemas, ia sangat berharap Michie bilang jika anak yang ia kandung adalah anak dari Kevin bukan darah daging Yohan.

"Ini anak Yohan, bukan Kevin." Andreas mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras menahan emosi yang hampir meledak.

Setetes air mata keluar dari pelupuk matanya, kesalahan apa yang ia perbuat sehingga ia gagal mendidik puteri satu satunya ini.

Hatinya sempat hancur saat ia tahu Michie hamil di luar nikah dan kini hatinya kembali hancur saat ia tahu sebuah kenyataan kalo Michie memaksa Kevin untuk mengakui anak yang sedang ia kandung.

"Apa salah papa nak?" kata Andreas dengan lirih dan itu semakin membuat Michie terisak hebat.

Mulutnya terus saja berucap kata maaf walaupun ia tau, maaf saja tidak cukup untuk memperbaiki kesalahannya.

Andreas mengusap kasar air matanya, ia menarik paksa kakinya yang sejak tadi dipeluk Michie. Andreas berjalan ke arah pintu tapi ia langsung berbalik menoleh ke Michie.

"Kemasi barang barang Kevin, besok pengacara papa akan ke sini untuk mengurus perceraian kalian. Lelaki seperti Kevin tak pantas bersanding dengan wanita sepertimu!"










To Be Continue.....

Cinta Luar Biasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang