Part 52

223 18 5
                                    

Pagi hari merupakan aktivitas rutin untuk Yohan menikmati udara sejuk di taman sekitar kompleks perumahan Ardi, biasanya ia selalu di dampingi Ribka, anak dari ART di rumah kakeknya.

Ribka bagaikan sahabat baginya, selama ini Yohan hanya bisa berinteraksi dengan orang orang terdekat saja. Jika ada orang asing maka Ribka seperti mata untuknya.

"Kak Yohan haus?" tanya Ribka. Yohan menggelengkan kepalanya.

"Tidak, aku rasanya ingin es krim Ka."

"Ok, tunggu disini saya belikan es krim untuk kak Yohan tapi satu aja ya kak, kalo kak Yohan sakit perut saya pasti dimarahi kakek."

Yohan tersenyum dan mengangguk, Ribka berjalan menuju penjual es krim.

Belum sempat ke tempat penjual es krim, seseorang sudah menyodorkan sebuah es krim di depannya.

"Loh, kak Kevin." sahut Ribka yang sedikit kaget karena bertemu Kevin di taman.

"Ini buat kamu dan juga buat koh Yohan, biar aku yang memberikannya." ucap Kevin, Ribka hanya mengangguk lalu mengikuti Kevin memghampiri Yohan.

Yohan masih fokus menatap kosong ke depan, sesekali ia terlihat tersenyum walaupun pandangannya saat ini hanya ada kegelapan.

Dengan hati hati, Kevin menempelkan sedikit es krim itu di tangan kakaknya lalu menoleh ke Ribka.

"Ini es krimnya kak Yohan." ucap Ribka.

"Oh iya terimakasih."

Yohan mengambil es krim yang ada di tangan Kevin karena ia mengira Ribka yang memberikannya.

Kevin duduk di antara Yohan dan Ribka, ia tersenyum memperhatikan Yohan yang tengah menikmati es krim pemberiannya.

"Ribka, aku ingin bertanya padamu."

Ribka yang juga tengah menikmati es krim langsung menoleh ke Yohan.

"Kak Yohan mau bertanya apa?"

"Apa kamu memiliki seorang kekasih?"

Ribka menganggukan kepalanya walau ia tau Yohan tidak mungkin bisa melihatnya.

"Iya, tapi dia tinggal di Solo, kami sudah 8 bulan menjalin hubungan."

"Ah, kamu pasti sangat merindukannya, seperti aku yang sedang merindukan seseorang yang aku cintai."

Kevin langsung menunduk, ia menatap lurus ke sepatunya. Ia tau siapa yang dirindukan Yohan dan sungguh Kevin tak ingin mendengarnya.

"Namanya Michelle Alexandra, kamu tau? bahkan nama secantik itu belum seberapa dibandingkan dengan kecantikan parasnya. Dia sangat cantik dan anggun, dan mungkin sekarang dia sudah bahagia bersama anakku, aku ini adalah seorang ayah, tapi aku adalah ayah yang pengecut."

Kevin tersenyum miris, ia menggelengkan kepalanya.

"Kita adalah ayah dari anak yang dikandung oleh wanita yang sama." gumam Kevin dalam hatinya.

"Seandainya dulu aku tidak ceroboh, mengemudi dalam keadaan mabuk hingga aku harus merenggut nyawa satu keluarga dan mirisnya lagi mereka adalah orang orang yang aku sayangi."

Rahang Yohan mengeras, ia marah pada dirinya sendiri. Sejauh apapun waktu yang telah berlalu rasanya penyesalan itu selalu mengikuti kemanapun ia melangkah.

"Aku ini seorang pembunuh, mereka meninggal karena kesalahanku, mereka adalah ortu dari sahabatku sendiri, mirisnya lagi aku membuat sahabatku kehilangan ortunya di saat dirinya terpuruk karena penyakit yang telah merenggut penglihatannya. Dan sekarang aku menghukum diriku sendiri, aku dapat merasakan hidup dengan pandangan yang gelap sama seperti dia bahkan aku memilih menjauhi keluargaku agar aku dapat merasakan apa yang dia rasakan saat dia hidup tanpa kehadiran keluarganya."

Kevin mengusap kasar air matanya, ia menatap sendu Yohan yang bahkan saat ini tengah tersenyum tanpa menangis, padahal ia tau jika bebannya tak sebanding dengan apa yang dialami oleh kakaknya itu.








To Be Continue.....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Luar Biasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang